CATATAN PERJALANAN KE PULAU KARIMUNJAWA part 3

t

Hari ke 3

Mengulang pagi yang datang terlalu cepat, hari masih subuh. Secangkir kopi melengkapi sebatang rokok habis dihisap setelah sebelumnya menunaikan kewajiban makhluk kepada Sang Kholik. Telah ada segerombolan orang yang sama juga menikmati kopi sambil cekakan ngobrol ngalor ngidul. Tiba-tiba datang seorang bapak mengendarai motor matic, dia berbicara dengan bapak yang menyuguhi kami. Setelah diselidik ternyata bapak yang mengendarai motor itu adalah pemilik dari penginapan Nemo. Dia mengkomplain AC yang menyala, padahal dalam paket pesanan fullboard tidak tercantum fasilitas AC. Langsung saja kejadian itu membuat kelabakan. Untung ada panitia yang menangani entah dengan cara apa.

Punten bapak pemilik penginapan Nemo! Ari geus kumaha deui da hareudang pisan? Tidak sampai disitu saja, rombongan lain yang menginap di Virzha dan Kita, ikut-ikut protes karena mereka kepanasan sepanjang malam dan pastinya itu membuat tidur mereka menjadi terganggu.

u

Jadwal kegiatan hari ini adalah mengunjungi hutan mangrove di Taman Nasional Karimunjawa. Setelah menghajar sarapan pagi dengan ikan laut yang enak itu, kami bergegas menaiki mobil carteran untuk menuju lokasi mangrove. Melalui jalan beraspal yang cukup baik sambil berbincang-bincang dengan sopirnya.

Mentari terasa terik seolah-oleh menunjukan kekuatannya.

Menurut keterangan sopir mobil carteran itu bahwa asal muasal orang tinggal di Pulau Karimunjawa adalah Sunan Muria yang salah satu anggota Wali Songo beserta pengikutnya melakukan pendalaman agama islam di Pulau Karimunjawa untuk kemudian beranak-pinak disini. Dipilihnya Pulau Karimunjawa sebagai lokasi pendalaman agama islam dikarenakan pada waktu itu pengaruh agama hindu-budha yang masih kental dari Kerajaan Majapahit. Dengan berpindahya penduduk pesisir Jepada dan sekitarnya ke Karimunjawa dapat mempermudah pembelajaran agama islam oleh Sunan Muria. Selain itu Pulau Karimunjawa juga dianugerahi kekayaan alam melimpah oleh Gusti Nu Maha Agung.

v

Sudah selayaknya orang Pulau Karimunjawa berbaga hati karena merupakan keturunan Sunan Muria.

Jalan beraspal dilalui, pada sebagiannya ada yang sedang diperbaiki. Ada pula yang masih berlubang. Perahu-perahu nelayan banyak bertebaran di halaman rumah-rumah penduduk. Tentu itu lumrah adanya karena hampir semua penduduk disini adalah nelayan. Sisanya mengandalkan pendapatan dengan berjualan dan terlibat aktif dalam pariwisata alam.

Secara umum kehidupan masyarakat di Pulau Karimunjawa tidak tertinggal jauh dari daerah lainnya di Pulau Jawa. Fasilitias umum yang  terlihat adalah Kantor Pemerintahan mulai dari Desa sampai dengan kantor kecamatan, sekolah SD, SMP, SMA; gedung serbaguna juga ada, kantor Polsek dan Koramil, Puskesmas dan tentu saja Masjid dan Mushola yang bertaburan disetiap penjuru pulau.

w

Selang waktu berganti, kami memasuki kawasan TNKJ. Tampak jalan beraspal dengan kondisi sangat baik. Pada tepi jalan tertentu, laju mobil berhenti. Disana ada sebuah gerbang bertuliskan “Tracking Mangrove”.

Track yang dilalui berupa papan kayu yang disusun melintang dengan ditopang tiang kayu dibawahnya seperti jembatan kayu.  Dengan dinaungi vegetasi bakau dan mangrove terasa lumayan teduh walau keringat tetap mengucur sedikit demi sedikit. Beberap langkah kedepan dijumpai sebuah bangunan. Bangunan itu full terbuat dari kayu, didalamnya terdapat gallery foto TNKJ track mangrove, hasil lomba lukisan TNKJ. Didalam bangunan itu Kasi 1 dan 2 TNKJ telah bersiap menyambut kedatangan rombongan kami.

x

Seperti biasa sepatah dua patah kata dilontarkan dari mulut para pejabat eselon IV itu, lalu ditimpali oleh pejabat lainnya dalam acara penyambutan yang kedua kalinya itu.

Tak lupa kami memberikan souvenir plakat kepada pihak TNKJ. Sesi foto bersama pun menjadi tidak terlewatkan dan wajib dilakukan.

Selanjutnya rombongan mengitari track mangrove itu dengan ditemani pemandu dari petugas SPTN dan Resort TNKJ. Petugas pemandu itu mulai bertutur kata : “Ekosistem mangrove adalah sumber daya alam yang memiliki tempat tumbuh yang spesifik. Ekosistem mangrove tumbuh di zona pantai (berlumpur) yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut dan tidak terpengaruh oleh iklim. Ekosistem mangrove merupakan jalur hijau yang terpadu pada teluk-teluk, delta, muara sungai sampai menjorok kearah pedalaman dan garis pantai (Dephut, 1997). Dari sudut ekologi, hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem yang unik, karena pada kawasan ini terpadu empat unsur biologis penting yang fundamental, yaitu daratan air, vegetasi dan satwa. Hutan mangrove memiliki ciri ekologis yang khas yaitu dapat hidup dalam air dengan salinitas tinggi dan biasanya terdapat sepanjang daerah pasang surut (Dephut, 1992).”

y

Dilanjutkan : “Pembangunan Tracking Mangrove berada di Pulau Kemujan yang berjarak sekitar 18 KM dari Pulau Karimunjawa. Pembangunan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap yaitu pada tahun 2010 dan 2011. Tujuan pembangunan ini adalah untuk pendidikan, penelitian, dan tentu saja wisata. Panjang jalur Tracking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa sekitar 1377 meter dan diresmikan pada tanggal 9 Mei 2012.

Peresmian/pembukaan jalur Tracking Mangrove ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah, turut mendampingi dalam peresmian tersebut yaitu, Kepala Dinas Kehutanan Jawa Tengah, Bupati Jepara, Kepala BP DAS Pemali Jratun dan Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa.

Di dalam jalur wisata Tracking Mangrove terdapat 6 (enam) shelter untuk tempat beristirahat ataupun foto-foto bagi para wisatawan. Ujung jalur Tracking Mangrove terdapat lokasi Bird Watching dan Sunset Area yang menampilkan pemandangan alam ekosistem bakau yang menakjubkan. Sepanjang jalur tersebut juga ada Pusat Informasi Tracking Mangrove dan papan informasi terkait kawasan dan spesies khas mangrove yang terdapat di Taman Nasional Karimunjawa (45 jenis mangrove dengan 27 jenis mangrove sejati dan 18 jenis ikutan).”

z

Pada area tertentu di kawasan track mangrove terdapat pohon mangrove yang rupanya baru ditanam. Lalu di tengah di area agak terbuka itu terdapat menara pengawas dengan 3 tingkat. Semuanya full terbuat dari kayu.

Silih bergantian menaiki menara pengawas itu, nampak dari kejauhan laut terlihat membentang, bukit-bukit hijau pulau Karimunjawa; sungguh ciptaaan  Tuhan yang sempurna.

Tak lama jalan kaki dilanjutkan menelusuri hutan mangrove itu. Dibawah track mangrove itu tanahny berlumpur. Tapi berjalan kaki melalui track itu sungguh nyaman tanpa becek walau tak ada ojek. Heheh…

Mengamati track mangrove yang indah dengan struktur bangunan yang bagus jadi membayangkan bisakah track seperti ini digunakan di gunung ciremai. Pikiran menerawang membayangkan dimana kira-kira lokasi yang cocok menggunakan track di gunung ciremai. Iri rasanya bila menyadari bahwa di TNGC belum ada track untuk wisata minat khusus.

o

Ternyata track mangrove itu berputar menjumpai kembali bangunan pertemuan tadi. Sesaat kemudian rombongan kembali menaiki mobil carteran dan pergi menuju penginapan. Packing tas dan ransel serta koper di penginapan seteliti mungkin agar tidak ada barang yang tertinggal.

Menuju pelabuhan dengan mobil carteran lagi. Pembagian tiket KM Express Bahari per orang. Kali ini calon penumpang KM lebih banyak, perlahan tapi pasti Karimunjawa mulai menjadi primadona wisata alam menyaingi pulau Bali.

Ombak di pagi menjelang siang itu terlihat lebih bergelombang. KM Express Bahari teramati bergoyang-goyang seperti ayunan. Perahu-perahu kecil yang bersandar di pelabuhan itu tak kuasa menahan gempuran ombak, mereka terombang ambing tak berdaya.

Memasuki ruangan KM, benar saja seperti naik ayunan. Hehhe… tiba saat KM menuju Jepara, suara dentuman bawah kapal menghtam gelombang laut. “dum..” dum” terdengar jelas dari dalam ruang KM. Perutpun terasa diaduk dengan blender, seperti buah yang sedang di jus. Blerrr…..

Dalam hati berkata “Selamat tinggal Karimunjawa yang indah, suatu saat nanti aku ingin kembali rekreasi bersama anak dan istri tercintaku”.

Kerasnya gelombang laut membuat beberapa penumpang tak kuat berlama-lama di dalam ruangan. Mereka memilih untuk duduk dilantai tiga KM yang terbuka sambil menikmati cemilan dan minuman. Tapi banyak juga penumpang yang bertahan dalam ruangan KM sambil menonton film DVD atau tertidur pulas dengan dengkuran. Zzzz…..

Satu pasang bule yang duduk di kursi paling belakang menarik perhatian para penumpang lainnya. Maklum kalau kita lihat bule, gimana gitu?…

Waktu berlalu, pelabuhan Kartini, Jepara Pulau Jawa secara remang-remang mulai menampakkan dirinya dari balik tirai kabut yang membungkusnya. Pelan dengan pasti KM Express Bahari bersandar di pelabuhan Kartini.

Rombongan langsung tancap gas menuju rumah makan dipersimpangan dengan SPBU, perut yang sudah keroncongan langsung diisi santap makan siang itu. Penuh sudah perut ini, maka cacing dalam perut mulai berhenti berdemontrasi.

Bus Bhineka berlari dijalanan aspal, perjalanan laut berganti menjadi perjalanan darat kembali. Suasa didalam bus masih sama seperti ketika berangkat, riuh rendah suara tawa mengakrabkan suasana. Pak Ricky sebagai Ketua Tim dalam kegiatan ini berdiri menuangkan kata-kata khas panitia. Dengan merasa penuh legowo dan bijaksana dia berkata “Kami dari panitia mengucapkan terima kasih atas kehadiran teman-teman dalam kegiatan ini dan kami juga meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan” katanya lugas. Persoalan penginapan dengan dan tanpa AC pun dibahas untuk mengencerkannya. Alhamdulillah semuanya memaklumi.

p

Tiba di salah satu gallery ukiran Jepara yang termahsyur itu. Ada banyak barang kayu yang diukir dengan indah, ada kursi, lemari, asbak dll. Niatnya mau beli kursi, tapi bingung membawanya ke rumah. Hehhee…akhirnya tidak ada yang dibeli. Beberapa orang membeli barang yang ukurannya kecil.

Bus Bhineka tancap gas lagi, target kali ini adalah Semarang. Kelelahan yang menggerayangi badan pelan-pelan menyeret ke alam mimpi lagi. Zzzz…

Mata terbuka, terlihatlah kota Semarang, jalan yang besar, mobil-motor hilir mudik bergantian kesana kemari, pada tempat tertentu kendaraan itu berjejal berebut badan jalan.

Niat kami mencari ikan bandeng presto khas Semarang. Tapi ternyata bus yang kami tumpangi tidak diperbolehkan parkir begitu saja. Terjadilah puter-memutar bus di dalam kota. Akhirnya diputuskan bus keluar dari jalan protokol menuju belakang toko-toko itu.

Keberuntungan kembali menghampiri kami. Turun dari bus, tepat disebrang jalan disebelah jejeran pedagang kaki lima terdapat tiga mobil minibus berplat merah milik Pemprov Jateng. Setelah mendapat informasi dari drivernya bahwa tiga minibus itu adalah mobil gratis yang dikhususkan bagi pengunjung kota Semarang. Kontan saja kami langsung meminta kepada drivernya untuk diantarkan ke toko yang menjual bandeng presto itu. Dengan senang hati, ramah, murah senyum driver minibus tersebut mengantarkan kami ke tempat tujuan. Tidak sampai 5 menit kami tiba di tujuan.

Ikan-ikan presto dalam toko itu langsung diserbu pasukan pemburu oleh-oleh.hehehe…

Di dalam toko itu terdapat foto, tulisan kesan dan pesan dari para pesohor negeri ini mulai dari Tukul Arwana sampai dengan Cita Citata.

Puas memilah ikan presto, dompetpun terkuras habis.hehhe…

Rombongan kembali menaiki bus setelah disebelumnya dijemput lagi dengan minibus milik Pemprov Jateng itu. Bus Bhineka Pariwisata mengebut seperti kesetanan di jalanan tentunya masih mengindahkan peraturan lalu lintas.

Kumandang adzan bergema saling-bersahutan. Rombongan kami berhenti sejenak untuk makan sora dan menunaiakan kewajiban di Kendal. Riuh ramai suasana rest area itu, terdapat beberap bus yang penuh mengangkut penumpang wisatawan. Mereka tumpah ruah menyebar di rest area tersebut.

q

Bayangan keluarga sedang harap-harap cemas menanti kedatangan kita tergurat jelas dalam ingatan. Rindu akan anak, istri, rumah serta desa di kaki gunung ciremai tak tertahan lagi.

Lalu bersegeralah Bus melaju dengan kencang melewati rute yang sama dengan keberangkatan. Kantuk yang menyerang lagi mengabaikan hutan Alas Roban dengan begitu saja tanpa perhatian.

Saat mata terbuka, tibalah di kampung halaman, Kuningan Asri.

Tak banyak berkata, sekilat bertindak gesit mengambil tas dan sedikit kresek oleh-oleh untuk menuju rumah kecil kediaman.

Sampai pintu rumah, dibuka pintunya dengan kunci cadangan yang dibawa, tercium aroma rumahan. Melongok ke kamar, penghuninya telah terlelap dalam gelapnya malam.

Sebelum tertidur ingin sekali berucap “terima kasih TNGC atas semua yang disuguhkan selama perjalanan ini. Sungguh pengalaman yang akan terukir dalam benak. Pulau Karimunjawa, makanannya, perjalanannya, semua itu mungkin akan sulit sekali tersinggahi bila mengandalkan isi dompet sendiri”.

Ikuti Kami