Pemadam Kebakaran Hutan atau biasa dipanggil BRIGDALKARHUT (Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan) adalah satuan petugas yang terdiri dari Polhut, PEH dan Tenaga Teknis lainnya pada Balai TNGC yang dianggap mampu mengemban tugas yang telah melakukan serangkaian pelatihan dalam pengendalian kebakaran hutan dan pada setiap tahunnya juga dilakukan kegiatan penyegaran. Brigdalkarhut Balai TNGC beroperasi di kawasan non daops yaitu Taman Nasional Gunung Ciremai. Brigdalkarhut Balai TNGC selalu siap siaga 24 jam mengendalikan kebakaran hutan di setiap jengkal kawasan TNGC selama musim kemarau.
Tugas pokok dan fungsi Brigdalkarhut adalah melakukan pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Namun diantara ketiga tupoksi tersebut yang telah berjalan secara maksimal yaitu pemadaman kebakaran hutan. Pemadaman kebakaran hutan di kawasan TNGC dilakukan dengan pemadaman darat langsung dan melibatkan masyarakat sekitar kawasan yang tergabung dalam MPA (Masyarakat Peduli Api).
Karena Brigdalkarhut Balai TNGC beroperasi di kawasan non daops, maka kemampuannya tidak begitu mengagumkan terutama sarana dan prasarana yang dimiliki tentunya tidak “sehebat” Brigdalkarhut Daops seperti yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Meskipun demikian dengan segala keterbatasannya tersebut tidak mengurangi sedikitpun semangat untuk mengendalikan kebakaran hutan.
Sarpras Brigdalkarhut Non Daops Balai TNGC, diantaranya :
- Kendaraan pemadam: Roda 4 (4 buah), Roda 2 (15 unit)
- Hands tool (1 unit Brigdalkarhut)
- Pompa air (4 unit)
- Jet Shooter (1 unit Brigdalkarhut)
Kesiap siagaan Brigdalkarhut Balai TNGC terus di uji sepanjang musim kemarau pada setiap tahunnya. Sebagai wujudnya di bentuklah elemen-elemen pendukung pencegahan yang diantaranya berupa Posko-posko Dalkarhut yang ditempatkan di titik-titik rawan, patroli rutin dan pembentukan MPA.
Koordinasi dengan instansi terkait seperti dengan BPBD, Dinas Kehutanan, Pemadam Kebakaran Kota, POLRI dan TNI terus dilakukan untuk menguatkan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan.
Pemadaman kebakaran hutan di kawasan TNGC dilakukan dengan menggunakan metode pemadaman darat langsung dan tradisional. Mengapa demikian ? Hal ini tentunya disebabkan oleh lokasi kebakaran hutan di TNGC biasanya berada didataran tinggi dengan minim aksesibilitas. Lokasi kebakaran hutan biasanya berupa padang ilalang yang tumbuh diantara sela-sela batu dan jauh dari sumber air. Cara mencapai lokasi tersebut biasanya hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Hal inilah yang menyebabkan pemadaman kebanyakan dilakukan dengan handtools “seadanya”. Misalnya dengan membawa Cangkul, Golok, dan Arit. Bahkan dibeberapa kesempatan batang tanaman pisang yang memang memiliki kandungan air yang cukup dapat dipergunakan lumayan efektif untuk memukul-mukul api agar padam. Atau batang pohon Kaliandra (tanaman ini invasif di TNGC) juga dapat digunakan. Tanah basah juga bisa dipergunakan dengan cara menimbunkannya pada api yang berkobar.
Mungkin bagi kawan-kawan yang berada di Daops dengan peralatan yang lengkap hal ini terasa menggelikan ? Tapi bagi kami apapun caranya asalkan api yang berkobar itu dapat padam, akan kami lakukan.
Setelah kebakaran hutan benar-benar padam, maka dilakukanlah pengukuran dengan GPS untuk menentukan luas area yang terbakar. Data luas kebakaran hutan tersebut akan ditindaklanjuti dengan penanaman kembali diantaranya melalui kegiatan RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan), Adopsi pohon maupun penanaman swadaya lainnya.