KONDISI UMUM

Letak

Gunung Ciremai adalah gunung soliter tertinggi di Jawa Barat dengan puncak tertinggi memiliki ketinggian 3.078 mdpl membentuk kerucut di sisi sebelah Utara. Secara geografis kawasan TNGC terletak pada 1080 19’ 18” – 1080 29’ 30” BT dan 60 46’ 57” – 60 58’ 57” LS. Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) masuk di wilayah Kabupaten Kuningan seluas 8.792,21 Ha (59,24%), Kabupaten Majalengka seluas 6.031,26 Ha (40,64%) dan Kabupaten Cirebon seluas 17,83 Ha (0,12%)  dengan batas-batas wilayahnya secara administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara  adalah Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon
Sebelah Timur adalah Kabupaten Kuningan
Sebelah Selatan adalah Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat adalah Kabupaten Majalengka

Topografi

Topografi di kawasan TNGC secara umum didominasi oleh kelerengan agak curam (16-25%) dan curam (26-40%) yaitu seluas 5.351,25 ha (36,06%) untuk kelerengan agak curam dan 5.295,34 ha (35,68%) untuk kelerengan curam. Area dengan kelerengan sangat curam (>40%) hanya sebagian kecil saja yaitu seluas 387,09 ha (2,61%).

Geologi

Batuan yang terdapat di kawasan TNGC adalah batuan endapan vulkanik yang merupakan produk dari aktifitas vulkanik Gunung Ciremai. Merujuk pada data spasial dari Badan Geologi Bandung, formasi batuan kawasan TNGC terdiri dari :

  • Batuan Gunungapi Kuarter yang terdapat di Kabupaten Kuningan (Kecamatan Kramatmulya, Darma, Cigugur, Cilimus, Jalaksana, Mandirancan dan Pasawahan), Kabupaten Majalengka (Kecamatan Banjaran, talaga, Rajagaluh, Sindangwangi dan Argapura), serta Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon dengan luas total 9.521,70 ha (64,16%)
  • Batuan Gunungapi Plio–Plistosen yang terdapat di Kabupaten Kuningan (Kecamatan Mandirancan, Cigugur, Jalaksana, Darma dan Pasawahan) dan di Kabupaten Majalengka (Kabupaten Cikijing, Sindang, Talaga, Rajagaluh, Sindangwangi, Banjaran dan Argapura)dengan luas total 5.176,37 ha (34,88%)
  • Batuan Sedimen Neogen (Mio – Plio) yang hanya terdapat di Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka dengan luas 143,23 ha (0,97%)

Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson, iklim kawasan TNGC termasuk tipe iklim C dengan nilai Q sebesar 40,5%. Rata-rata curah hujan 2.500 hingga 4.500 mm/tahun dengan intensitas terendah 13,6 mm/hari hujan dan tertinggi 34,8 mm/hari hujan.
Temperatur bulanan kawasan Timur Ciremai (Kuningan) berkisar antara 18 hingga 22o C sedangkan kawasan Barat Ciremai (Majalengka) kisaran suhu antara 18,8 hingga 37,0°C dengan tekanan rata-rata udara sebesar 1.010 mb, dan kelembaban sekitar 63-89%

Tanah

Merujuk pada data dari Balai Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah di TNGC terdiri dari aluvial, andosol, latosol, podsol merah kuning dan regosol yang deskripsinya berikut ini dijelaskan oleh Junun (2012) dalam bukunya Pengantar Geografi Tanah dan sebaran spasialnya ditunjukkan pada gambar 3.

  • Aluvial, Satuan tanah Aluvial dikategorikan sebagai tanah muda karena belum mengalami perkembangan lanjut dari bahan induknya. Tanah Aluvial mempunyai sifat tekstur beraneka, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH beraneka, kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Persebaran tanah Aluvium terdapat di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan di daerah cekungan (depresi). Kawasan TNGC memiliki tanah aluvial seluas ±16,38 ha (0,11%) di Kecamatan Pasawahan, Kuningan.
  • Andosol, Satuan tanah Andosol merupakan tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil. Andosol mempunyai rentang sifat solum agak tebal, warna cokelat keabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya adsorpsi sedang, kelembaban tinggi, bulk density 0,85 gr/cm3 (ringan), mineral alofan menempati kompleks pertukaran paling menonjol, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari bahan induk abu dan tuf gunungapi. Persebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas dan sekitar kerucut gunung api pada ketinggian di atas 900 meter. Kawasan TNGC memiliki tanah Andosol seluas 4.272,58 ha (28,79%) di Kabupaten Kuningan, tersebar di Kecamatan Cilimus, Mandirancan, Darma, Pasawahan, Jalaksana dan Cigugur serta seluas ±4.824,95 ha (32,51%) di Kabupaten Majalengka dengan penyebaran di Kecamatan Cikijing, Sindang, Talaga, Rajagaluh, Sindangwangi, Banjaran dan Argapura.
  • Latosol, Satuan tanah Latosol merupakan tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horizon. Latosol mempunyai rentang sifat solum dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga teguh, warna cokelat, merah hingga kuning. Latosol tersebar di daerah beriklim basah dan elevasi antara 300-1000 meter. Latosol umumnya berasal dari bahan induk abu gunung api yang menyelimuti batuan induk tuf, material vulkanis, breksi atau batuan beku intrusi. Satuan tanah Latosol di Kawasan TNGC luasnya sekitar 2.819,34 ha (19%) di Kabupaten Kuningan dengan penyebaran di Kecamatan Cigugur, Darma, Cilimus, Mandirancan dan Pasawahan serta Kecamatan Dukupuntang yang masuk wilayah administratif Kabupaten Cirebon. Di Kabupaten Majalengka, satuan tanah Latosol seluas ±365,92 ha (2,47%) dengan penyebaran di Kecamatan Banjaran, Talaga dan Sindangwangi.
  • Podsol Merah-Kuning, Satuan tanah Podsol Merah-Kuning merupakan tanah mineral yang telah berkembang. Satuan tanah Podsol Merah-Kuning mempunyai rentang sifat solum tebal, tekstur lempung hingga lempung berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5,5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah sampai kuning, kejenuhan basa rendah dan peka erosi. Satuan tanah Podsol Merah-Kuning berasal dari bahan induk lapukan batu pasir kwarsa, tuf, bersifat asam, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.Satuan tanah Podsol Merah-Kuning ini ditemukan di wilayah Kabupaten Kuningan seluas ±18,09 ha (0,12%) dengan penyebaran di Kecamatan Kramatmulya, Jalaksana dan Cigugur.
  • Regosol, Satuan tanah Regosol dikategorikan sebagai tanah muda karena belum menunjukkan adanya perkembangan horizon tanah. Tanah Regosol tersusun atas bahan induk yang masih sangat sedikit mengalami alterasi baik mekanik maupun khemik. Tanah Regosol mempunyai sifat tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanis piroklastis atau pasir pantai. Persebaran tanah Regosol adalah di daerah lereng gunung api muda dan pada daerah-daerah beting dan gumuk pasir pantai. Di kawasan TNGC, satuan tanah Regosol terdapat di Kabupaten Kuningan seluas ±1.707,53 ha (11,51%) yang tersebar di Kecamatan Cigugur, Pasawahan, Mandirancan, Jalaksana dan Cilimus serta di Kabupaten Majalengka seluas ±816,51 (5,5%) ha dengan penyebaran di Kecamatan Argapura, Sindangwangi dan Rajagaluh.
Ikuti Kami