Penetapan suatu wilayah menjadi kawasan konservasi membawa konsekuensi adanya keterbatasan atau bahkan tertutupnya akses masyarakat terhadap sumberdaya alam dalam kawasan konservasi. Sementara fakta menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat di sekitar kawasan konservasi masih sangat rendah dan mereka masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam dalam kawasan konservasi.
Tertutupnya akses masyarakat terhadap sumberdaya alam dalam kawasan konservasi menimbulkan kesan tidak adanya manfaat ekonomi kawasan konservasi bagi masyarakat di sekitarnya. Bahkan timbul kesan adanya dikotomi antara konservasi dan ekonomi karena adanya perbedaan acara memandang kawasan konservasi (Darusman dan Widada 2004) dan hal tersebut di ilustrasikan sebagai berikut :
Para Konservasionis
Memandang kawasan konservasi sebagai ekosistem yang harus dijaga keutuhan fisik dan kelestarian sumberdaya alam hayatinya semata-mata untuk menjaga keaslian dan keutuhannya. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas ekonomi yang terkait langsung dengan kawasan konservasi dibatasi, bahkan dilarang sama sekali. Masyarakat dilarang mengambil kayu, biji-bijian atau buah-buahan, dan lain-lain sumberdaya alam hayati dalam kawasan konservasi, meskipun masyarakat sangat membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan pembatasan atau pelarangan tersebut adalah karena aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat dalam bentuk pemanfaatan secara langsung akan menyebabkan terdegradasinya kualitas sumberdaya alam hayati dan ekosistem kawasan konservasi.
Para Ekonom
Di sisi lain, memandang seolah-olah kawasan konservasi dengan segala potensi sumber daya alamnya merupakan aset ekonomi yang akan memberikan manfaat ekonomi atau kesejahteraan apabila di eksploitasi dan di manfaatkan secara langsung. Implikasi nya adalah perlu dilakukan aktivitas ekonomi yang berupa pemanfaatan sumber daya alam,baik secara langsung atau tidak langsung dalam di kawasan konservasi. Disamping itu, untuk menghasilkan produktivitas ekonomi atau output yang optimal, di perlukan adanya input sumber daya manusia, teknologi,dan unsur-unsur lain sebagai pendukung.
Apabila dikotomi konservasi dengan ekonomi dibiarkan berkembang secara terus menerus,maka dapat dipastikan bahwa degradasi kawasan konservasi dan sumberdaya alam hayatinya justru akan terus terjadi. Padahal, apabila kembali kepada esensi konservasi dan ekonomi, dikotomi tersebut tentu tidak perlu terjadi mengingat adanya beberapa prinsip, antara lain :
- Konservasi merupakan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, tanpa adanya jaminan ketersediaan sumberdaya alam hayati, maka pembangunan ekonomi akan terhenti.
- Ekonomi merupakan landasan pembangunan konservasi yang berkelanjutan, tanpa adanya manfaat ekonomi bagi masyarakat secara berkelanjutan, dapat dipastikan program konservasi akan terhenti karena masyarakat tidak peduli.
- Kegiatan konservasi dan ekonomi keduanya bertujuan meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
- Dengan pengetahuan konservasi, maka manusia akan lebih mampu memahami kompleksitas ekosistem alami sehingga menyadari bahwa sumberdaya alam perlu dikelola secara hati-hati dan dengan hati nurani agar tetap lestari meskipun sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan secara terus menerus.
- Dengan pengetahuan ekonomi manusia akan mampu menentukan pilihan-pilihan aktivitas ekonomi yang paling rasional dalam penggunaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya secara berkelanjutan.
Berdasarkan ke-5 prinsip di atas, atau dengan memahami esensi konservasi dan ekonomi, maka dikotomi antara konservasi dan ekonomi tidak akan terjadi, karena konservasi mendukung keberlanjutan aktivitas ekonomi. Kesan adanya dikotomi antara konservasi dengan ekonomi sebenarnya lebih disebakan oleh keterbatasan manajemen dalam mengembangkan program konservasi yang dapat mengkaitkan kegiatan ekonomi masyarakat, atau sebaliknya, mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat yang dapat mengkaitkan program konservasi.
Mewujudkan sistem pengelolaan kawasan konservasi efektif memang tidaklah mudah bagi manajemen dan para stakeholder-nya. Akan tatapi dengan kesungguhan, maka tugas berat itu akan dapat disiasati. Dengan meningkatkan capasit building organisasi dan sumberdaya manusianya, maka tugas tersebut akan dapat teratasi.
sumber : Buku “Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif melalui Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera” (WIDADA)