Mengadaptasi Darusman dan Widada (2004), untuk mengetahui efektivitas pengelolaan taman nasional, sedikitnya ada tiga indikator yang dapat dijadikan acuan pengukuran, yaitu (1) aspek ekologi, (2) aspek sosial dan ekonomi, dan (3) perepsi dan partisipasi. Apabila ketiga indikator tersebut digunakan untuk mengukur kinerja pengelolaan taman nasional saat ini, maka dapat dikatakan bahwa kinerja pengelolaan taman nasional pada umumnya belum efektif. Belum efektifnya kinerja pengelolaan tersebut dapat ditunjukkan oleh hal-hal antara lain :
Pertama : Secara ekologi, dapat dikatakan bahwa saat ini degradasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem terjadi hampir di seluruh kawasan taman nasional dan cenderung meningkat, baik yang disebabkan oleh illegal logging, perambahan kawasan maupun karena desakan pembangunan oleh pembangunan sektor non kehutanan, diantaranya untuk perkebunan, pertambangan, perindustrian dan pemukiman.
Kedua : Secara sosial ekonomi, dapat dikatakan bahwa secara umum sistem pengelolaan taman nasional belum mampu mendukung peningkatan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat di sekitar taman nasional secara optimal. Hal ini ditunjukan oleh fakta bahwa pada umumnya kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar taman nasional masih sangat memprihatinkan, yang dicirikan antara lain :
- Kebutuhan dasar (pangan, sandang dan papan) yang dapat dipenuhi pada umumnya hanya sebatas tingkat subsiten (sekedar untuk bisa mempertahankan hidup)
- Akses terhadap pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, sanitasi dan transportasi atau sarana-sarana perhubungan masih sangat rendah.
- Masa depan suram, tidak terjamin (karena tiadanya inventasi untuk pendidikan dan keluarga)
- Keterampilan berusaha atau wiraswasta sangat rendah dan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan sangat rendah
- Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar masih rendah
Ketiga : Dari sudut pandang persepsi dan partisipasi, dapat dikatakan persepsi dan partisipasi masyarakat tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistem kawasan taman nasional masih rendah. Fakta-fakta menunjukan bahwa kegiatan illegal logging di berbagai kawasan taman nasional masih marak, antara lain : illegal logging, perambahan kawasan, perburuan satwa dan penambangan emas tanpa ijin (PETI).
Belum efektifnya sistem pengelolaan taman nasional tersebut menyebabkan 5 paradoks pengelolaan taman nasional (Darusman dan Widada 2004), yaitu :
- Paradoks Kelangkaan
- Paradoks Kemiskinan
- Paradoks Konflik
- Paradoks Kepedulian
- Paradoks Kerawanan
Masyarakat menghadapi kelangkaan di tengah kekayaan sumberdaya alam hayati yang melimpahMasyarakat miskin di tengah upaya meningkatkan kesejahteraan manusiaMasyarakat menghadapi konflik di tengah keharmonisan kehidupan ekosistem di alamKepedulian masyarakat terhadap konservasi lemah di tengah menguatnya upaya konservasi
Kerawanan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tetap terjadi di tengah meningkatnya upaya perlindungan di taman nasional
sumber : Buku “Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif melalui Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera” (WIDADA)