MENGENAL BABI HUTAN

Just Kidding

Babi Hutan atau dikenal juga dengan nama Celeng, memiliki nama latin Sus Scrofa. Merupakan babi dari genus Sus, bagian dari keluarga Suidae. Spesies tersebut memiliki banyak subspesies dan merupakan nenek moyang dari babi yang diternak. Babi Hutan tersebar di berbagai penjuru dunia, mulai dari Eropa Tengah dan Utara, Daerah Mediterania, dan banyak di Asia, termasuk Jepang dan ke Selatan hingga Indonesia, dan Australia. Ukuran tubuh Babi Hutan bermacam-macam dari yang kecil hingga yang besar. Bahkan ada yang ukurannya bisa menyaingin Babi Hutan Raksasa (Giant forest hog). Tinggi Babai Hutan dewasa diukur dari pundaknya sekitar 55 – 110 cm. Babi Hutan dewasa dapat memiliki panjang 90 hingga 200 cm. Itu belum ditambah dengan panjang ekornya yang bisa mencapai 15 – 40 cm. Berat babi hutan rata-rata sekitar 50 – 90 kg, tergantung dari daerah tempat tinggalnya. Babi Hutan jantan memiliki taring panjang yang terus tumbuh dari gigi taring atas dan bawah mereka. Taring yang panjang tersebut berguna sebagai senjata sekaligus alat bantu. Panjang taring babi hutan normalnya adalah sekitar 6 cm. Namun bebrerapa ada yang bisa mencapai 12 cm. Babi Hutan betina juga memiliki taring, tetapi cenderung lebih kecil. Saat merasa terancam, babi hutan jantan akan menurunkan kepalanya dan menyeruduk si pengganggu dengan taring tajam dan kuatnya. Sementara babi hutan betina biasanya akan mengangkat kepalanya dan menggigit si pengganggu. Babi Hutan memang merupakan salah satu mangsa Harimau. Namun harimau selalu menghindari menyerang Babi Hutan jantan yang sudah dewasa, karena dalam beberapa kasus, harimau ada yang mati karena tertusuk tanduk si babi hutan. Manusia juga harus sangat waspada terhadap hewan yang satu ini, apalagi jika si babi hutan sedang bersama anak kecilnya. Anak babi hutan memiliki warna yang berbeda dengan babi hutan dewasa. Mereka memiliki bulu yang berwarna cokelat dengan garis-garis atau tutul berwarna krem di sekujur tubuhnya. Garis-garis tersebut akan semakin menghilang seiring bertambahnya umur si babi hutan. Babi Hutan jantandewasa biasanya hidup menyendiri kecuali pada saat musim kawin. Namun babi hutan betina dan anaknya akan hidup dalam satu kelompok yang disebut sounder. Satu sounder biasanya terdiri dari sekitar 20 ekor babi hutan, tetapi ada juga yang berisi lebih dari 50 ekor. Biasanya kelompok tersebut, terdiri dari 2 atau 3 induk babi dengan anak-anaknya. Dan salah satu induk babi akan menjadi yang paling dominan. Struktur grup tersebut akan berubah ketika salah satu betina (entah itu si induk atau si anak) tengah siap kawin dan melakukan migrasi. Babi Hutan terkadang menjadi binatang nokturnal, tetapi terkadang juga menjadi binatang crepuscular (aktif saat senja dan fajar). Mereka adalah binatang omnivora. Apapun yang mereka temui bisa mereka makan, mulai dari rumput hingga bangkai. Bahkan di Australia, babi hutan juga menjadi predator bagi anak-anak domba dan rusa muda.

 

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Famili: Suidae; Genus: Sus; Spesies; Sus verrucosus (Muller 1840).

Deskripsi, Ciri Fisik, dan Kebiasan

Ciri khas babi kutil atau babi jawa (Sus verrucosus) adalah adanya surai atau bulu panjang yang mulai dari leher, sepanjang tulang belakang, hingga mencapai pangkal ekor. Selain itu juga memiliki tiga pasang kutil (benjolan daging yang mengeras) di wajahnya.

Panjang tubuh sekitar 90-190 cm dengan tinggi bahu berkisar antara 70-90 dengan berat bervariasi antara 44-108 kg. Bulu tubuhnya berwarna kuning kemerahan hinga hitam. Ekornya panjang dan berumbai ujungnya. Kakinya lebih ramping dan memanjang. Babi kutil dapat berusia 10-14 tahun.

Babi kutil merupakan hewan nokturnal yang soliter, namun kadang berkelompok. Merupakan omnivora meskipun lebih sering memakan tumbuhan seperti daun, akar dan umbi-umbian, kulit kayu, atau batang, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Saat merasa terancam surai di leher dan punggungnya akan berdiri. Sedangkan untuk berkomunikasi dengan sesama mereka, terutama saat memperingatkan bahaya, babi kutil mengeluarkan suara melengking.

Persebaran, Habitat, dan Konservasi

Babi kutil atau babi goteng, Sus verrucosus, merupakan babi liar yang endemik untuk P. Jawa dan P. Bawean. Populasinya yang dahulu pernah ada di P. Madura sekarang diyakini telah punah (Semiadi & Meijaard 2006). Habitatnya adalah hutan sekunder dataran rendah hingga ketinggian 800 meter dpl.

Pada tahun 2000, The IUCN Species Survival Commission menempatkan Sus verrucosus dalam katagori ‘Endangered’, atau sebagai jenis yang menghadapi kemungkinan kepunahan di alam yang cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena penurunan populasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, terfragmentasinya populasi yang demikian tinggi atau terjadinya penurunan sub-populasi serta jumlah individu dewasa (IUCN 2000). Sampai saat ini Indonesia belum memasukkan babi kutil ke dalam satwa liar yang harus dilindungi.

Ancaman kepunahan babi kutil di Indonesia disebabkan karena hilangnya habitat babi ini untuk dijadikan permukiman dan daerah pertanian oleh penduduk. Selain itu babi ini sering diburu karena merusak area pertanian dan ada sebagian penduduk yang memanfaatkannya sebagai bahan makanan.

Untuk itu diperlukan usaha dalam penyelamatan dan melestarikannya. Usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah merehabilitasi kembali sebagian habitatnya untuk tempat tinggal alami babi (konservasi in-situ) atau dengan penangkaran (konservasi ex-situ). Mengetahui status kesehatan babi yang dipelihara merupakan hal yang penting untuk mencapai keefektifan manajemen pemeliharaan, selain untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh babi lebih luas.

dari berbagai sumber

Ikuti Kami