Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintruksi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Ada 7 bahaya gunung berapi, yakni :
1. Lava.
Lava adalah material cair mendidih yang mengalir akibat letusan gunung berapi. Dengan suhu yang bisa mencapai 1.2000C, lava bergerak menuruni lereng gunung berapi dan dapat mencapai belasan bahkan puluhan kilometer. Semua benda yang dilalui aliran lava ini pasti hangus terbakar. Bahkan, longsoran lava juga dapat menimbulkan awan pijar serta letusan gas (degasing).
2. Bom Gunung Api
Merupakan materi yang terlempar jauh akibat letusan gunung api. Dengan ukuran yang berkisar antara 1,5 m s/d 3 m, bom ini bisa terlontar jauh hingga mencapai radius 10 km, tergantung kuatnya letusan gunung tersebut. Walaupun selama terlontar bom tersebut sudah bergesekan dengan udara, namun tetap saja, panas yang dikandungnya masih cukup ampuh untuk membakar benda yang terkena. Baik itu hutan ataupun rumah penduduk.
3. Pasir dan Lapili
Yaitu lemparan material letusan yang lebih kecil dari bom. Pasir berukuran lebih kecil dari 2 mm, sedangkan Lapili lebih besar dari pasir sampai berukuran beberapa cm. Selain menghancurkan atap rumah karena bebannya, pasir dan lapili juga dapat menghancurkan hutan dan pepohonan.
4. Awan Pijar (Wedhus Gembel)
Yakni suspensi dari material halus yang diembuskan oleh gunung berapi, dan merupakan campuran pekat dari gas uap dan materi yang halus tadi. Awan panas ini mencapai jarak sampai 10 km dari pusat longsoran kubah gunung yang membara.
5. Abu Gunung Berapi dan Gas Beracun
Abu merupakan lemparan material yang paling halus dari letusan gunung berapi. Pada umumnya, suhunya tidak panas lagi. Kadar gas yang keluar terlampau tinggi dari letusan berapi dapat pula menyebabkab kematian.
6. Tsunami
Umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
7. Material Lainnya.
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar dingin.
Menghadapi letusan gunung berapi, maka tidak ada upaya lain selain menghindar, mengungsi dan menjauhi wilayah terdampak. Besarnya volume lahar, tingginya derajat awan panas yang muncul dan ketidakpastian arah angin bisa mengancam kehidupan.
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar. Pada tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya, jangan memakai lensa kontak dan pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
Ketika erupsi gunung berapi berhenti, jangan pernah menganggap bahwa episode bencana gunung meletus sudah berakhir. Kita tidak pernah tahu apakah proses erupsi sudah benar-benar selesai atau belum. Oleh sebab itu, jangan terburu-buru meninggalkan tempat pengungsian untuk kembali ke rumah sebelum pihak berwenang menyatakan bahwa proses erupsi sudah benar-benar berakhir.
Apabila ada kejadian korban inhalasi atau luka bakar pernafasan karena menghirup udara/asap panas atau bahan beracun, dapat ditandai dari bulu hidung yang hangus dan tercium bau rambut terbakar, terlihat luka bakar pada wajah, batuk serak dan susah berbicara, gerakan dada terhambat dan kulit tampak kebiru-biruan. Langkah pertolongan yang diberikan pada korban adalah dengan menjaga jalan nafas dan pernafasan korban, memberikan oksigen, memberikan bantuan nafas apabila diperlukan dan segera evakuasi ke rumah sakit.
Paparan panas juga bisa terjadi, dimana panas berlebihan pada saat dan setelah melakukan aktivitas. Secara kasat mata, korban mengalami kram dan kelelahan panas. Tindakan yang dilakukan segera adalah membawa membawa korban ke tempat yang teduh untuk dibaringkan apabila tidak sadar, melonggarkan pakaian yang dikenakan korban, menghindari kerumunan karena korban membutuhkan suplai oksigen, menaikkan tungkai korban setinggi 20-30 cm, apabila korban sadar diberikan minuman berelektrolit atau air biasa.
sumber : Buku “Gerakan Cinta Alam Indonesia” Dit. PJLKKHL Kemenhut