Gunung Ciremai telah ditunjuk sejak tahun 2004 sebagai kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan. Kawasan TNGC terletak di Kabupaten Kuninan dan Kabupaten Majalengka Prov. Jawa Barat. Dalam hal pengelolaan taman nasional dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan taman nasional adalah melakukan kerjasama pengelolaan obyek wisata alam berbasis masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah kabupaten kuningan untuk menjadi kabupaten konservasi. Pemerintah Kabupaten Kuningan telah membuktikannya dengan menolak mentah-mentah niat para pengusahauntuk membangun pabrik-pabrik besar di wilayah kabupaten kuningan.
Kabupaten Kuningan berkeyakinan bahwa masyarakat dapat mencapai kesejahteraan dengan usaha pengelolaan obyek wisata alam. Hal ini tentu sangat beralasan mengingat potensi alam di kabupaten kuningan memang sangat menjanjikan dijadikan obyek wisata alam.
Pengelolaan potensi obyek wisata alam tersebut telah, sedang dan masih dilakukan oleh Balai TNGC, Pemerintah Kabupaten Kuningan, masyarakat dan pengusaha. Beberapa obyek wisata alam yang telah ada sebelum TNGC adalah Telaga Remis, Cibulan dan Linggarjati. Tempat-tempat wisata alam tersebut telah mencapai kejayaannya pada beberapa dekade yang lalu. Saking populernya obyek wisata alam tersebut dijadikan sebuah judul lagu berbahasa daerah sunda dan cirebon. Misalnya lagu Telaga Remis dinyanyikan oleh Nining Meida, Lagu Cibulan dinyanyikan dalam tarling cirebonan.
Kepopuleran beberapa obyek wisata alam tersebut akhirnya tergerus jaman karena lahirnya tempat-tempat obyek wisata alam baru yang modern.
Untuk mengembalikan kembali kejayaan obyek wisata alam tersebut diperlukan berbagai usaha. Salah satu tantangan dalam pengelolaan obyek wisata alam adalah promosi. Promosi Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten konservasi bersama kawasan TNGC sebagai ujung tombaknya seolah-olah mandek. Hampir 15 tahun sudah TNGC mempromosikan dirinya bersaing dengan tempat wisata lain baik ditingkat lokal, regional, nasional dan internasional. Sampai saat ini masyarakat indonesia secara umum belum merasa familiar apabila mendengan nama “Ciremai”, “Kuningan”, ataupun “Majalengka”. Selama ini kami mengiklankan diri “Ayo ke Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan”. Kiranya kalimat promosi tersebut dapat dipikirkan ulang supaya lebih familiar. Sudah sering orang mengernyutkan dahi ketika mendengar nama tersebut kecuali dikalangan para pendaki gunung.
“Dimana Ciremai, dimana kuningan?” itulah pertanyaan yang sering membuat mengelus-ngelus dada.
Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan selalu memromosikan “Ayo ke Kuningan!”. Upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan. Padahal apabila merunut sejarah, Kuningan telah ada sejak 600 tahun yang lalu. Kuningan yang sejak awal didirikan oleh Pangeran Arya Kemuning telah mengalami masa sejarah dan pra sejarah yang luar biasa. Segala sejarah dan potensi yang ada seperti Ikan Dewa, Taman Purbaka Cipari (peninggalan manusia purba), dan gedung perundingan linggarjati belum mampu dinaungi oleh kalimat “Ayo ke Kuningan!”. Masih banyak yang bertanya “Dimana Ciremai, dimana kuningan?”
Untuk itu marilah kita mencari nama atau kalimat sebagai bahan promosi yang familiar dan mudah diingat !
Setidaknya ada satu nama yang dapat menanggung persoalan promosi tersebut. Ya, nama itu tidak lain dan tidak bukan adalah LINGGARJATI.
Linggarjati adalah sebuah desa di kaki gunung ciremai tepatnya di kecamatan cilimus kabupaten kuningan. Linggarjati mempunyai sejarah yang fenomenal yaitu Perundingan Linggarjati. Sebuah perundingan antara bangsa Indonesia dan Belanda dalam rangka perjuangan mencapai kemerdekaan secara diplomasi. Sejarah Perundingan Linggarjati dicatat dalam buku-buku sejarah yang diajarkandi SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.
Tercatatnya nama Linggarjati dalam buku-buku sejarah tersebut dapat dijadikan media gratis promosi. Kita tinggal menumpang tenar dengan nama yang telah populer dari dalam negeri sampai keluar negeri sekalipun. “Ayo ke Linggarjati !” admin yakin dengan kalimat ini akan memuluskan jalan promosi.
Sejatinya “Ayo ke Linggarjati !” hanyalah jargon agar mempermudah promosi Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Majalengka dsk. Dalam prakteknya wisata “Ayo ke Linggarjati !” tidak hanya harus ke linggarjati, tapi bisa juga wisatawan di giring ke wisata lain seperti Lembah Cilengkrang, Palutungan, Balong Dalem dll.
Apa pembaca ada pendapat lain??…