Pada tahun anggaran 2015 pegawai Balai TNGC berkesempatan melakukan kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Motivasi Pengelolaan Kawasan ke Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ). Pilihan dijatuhkan kepada TNKJ karena ingin mengetahui sistem pengelolaan Remote Control di kawasan TNKJ yang nota bene merupakan kawasan konservasi berupa daratan dan kepulauan. TKJ memiliki luas 111.625 ha yang meliputi 110.117,30 ha kawasan perairan dan 1.507,70 ha kawasan darat. Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari 22 pulau dan memiliki lima tipe ekosistem yaitu terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan hujan tropis dataran rendah, merupakan habitat dari berbagai flora khas seperti Dewadaru (Fragaea fagran), Kalimasada (Cordia subcordata), Setigi (Pemphis acudula) dan fauna yang dilindungi seperti Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Junai Emas (Caloenas nicobarica), dan Keong Gelung (Nautilus pompillus).Taman Nasional Karimunjawa terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata laut yang digemari oleh para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berbagai atraksi wisata seperti keindahan alam bawah laut, panorama pantai, sunset, dan budaya masyarakat setempat merupakan daya tarik yang mengundang decak kagum.
Kontribusi Taman Nasional karimunjawa dalam mendukung perekonomian daerah di sekitarnya cukup signifikan. Tercatat sekitar Rp 6, 421 M per tahun disumbangkan dari hasil laut, sekitar Rp 7,5 M manfaat tidak langsung dari aktivitas pariwisata. Sedangkan, nilai keberadaan ekosistem di Taman Nasional Karimunjawa adalah sebesar Rp 11,2 M per tahun.
Informasi selengkapnya mengenai TNKJ dapat diakses di http://tnkarimunjawa.dephut.go.id/
Catatan Hari ke 1
Berdasarkan surat perintah tugas Kepala Balai TNGC ada 60 personil yang ikut serta dalam kegiatan kali ini. Sisa personil yang tidak ikut mendapatkan tugas khusus memantau kawasan TNGC.
Dengan menggunakan Bus Bhineka rombongan berangkat dari Kuningan menuju Jepara dengan posisi kursi 3 di kanan dan kursi 2 dikiri. Riuh rendah suara tawa dan canda mengiringi perjalanan bus kami. Bus Bhineka memiliki standar bus pariwisata seperti AC, TV, DVD dan yang paling disukai adalah smoking area. Tepat tengah hari rombongan berhenti sejenak di Pekalongan untuk melaksanakan sholat dan makan siang. Tak lama perjalanan dilanjutkan. Rute yang ditempuh mulai dari Kuningan-Cirebon-Brebes-Pemalang-Kendal-Semarang-Demak-Jepara dengan perkiraan waktu menurut ‘Mbah Google 6 jam 15 menit tanpa macet.
Matahari mulai condong ke arah timur, tibalah rombongan kami di Jepara. Tempat pertama yang yang dituju adalah Pantai Bandengan. Menurut pandangan mata rombongan kami, Pantai Bandengan adalah kawasan wisata pantai yang relatif kecil dan tidak terlalu ramai. Rupanya Pantai Bandengan sedang memilki cuaca yang bersahabat, angin yang tidak kencang bahkan cenderung tidak ada serta ombak yang kecil turut menemani rombongan yang hanya duduk-duduk ditepi pantai sambil menikmati makanan ringan di senja itu. Namun sayang Sunset yang diharapkan tidak bersedia menampakan wujudnya. Pantai Bandengan juga mempunyai pelabuhan kecil menuju Pulau Karimunjawa dan sekitarnya. Hari mulai gelap, tak lama kumandang adzan magrib meraung-raung saling bersahutan memanggil jamaahnya. Rombongan kami pun bergegas naik bus menuju Hotel Kalingga yang lataknya tak jauh dari Pantai Bandengan.
Tiba di Hotel Kalingga, rombongan bersitirahat sejenak. Tak lama rombongan memasuki ruang pertemuan.
Bapak Sutris Heriyangka, SH-Kepala SPTN Wilayah II Karimunjawa adalah pejabat Balai TNKJ yang menyambut kami pada pertemuan malam itu. “Selamat datang di Jepara, tempat kami bekerja di TNKKJ” kata Pak Kasi dengan ramah. Lalu Pak Kasi memperkenalkan kawasan TNKJ secara gamblang dengan tutur kata literatur yang mudah dipahami.
“Secara umum kawasan TNKJ dimaksudkan untuk melindungi Penyu dari kepunahan” tutur Pak Kasi. “Setiap orang atau nelayan yang menyerahkan telur penyu kepada kami, maka kami akan mengganti biaya BBM kapanya” lanjut Pak Kasi meyakinkan.
Ir. Hawal Widodo-Kepala SPTN I Kuningan dan Ady Sularso, SH, MP-Kepala SPTN II Majalengka tak mau ketinggalan memberikan sambutannya pada pertemuan malam itu.
Selesai kata-kata sambutan itu, dilanjutkan dengan acara dari Motivator bernama Dutria Bayu Adi dari BF Institut Training Center yang beralamat di Semarang. Seperti motivator sekelas Mario Teguh, Mas Bayu pun memiliki kemampuan olah kanuragan bahasa ciri khas motivator. Inti dari motivasi yang diberikan adalah pilihan mau menjadi orang dari golongan yang mana diantara berikut ini :
- Golongan ‘Wajib’ : orang yang kehadiran, tindakan dan idenya selalu diharuskan ada dalam melaksanakan pekerjaan. Bila tidak ada keterlibatan orang dari golongan ini, maka pekerjaan tidak dapat berjalan optimal bahkan tidak dapat dilaksanakan sama sekali.
- Golongan ‘Sunah’ : orang yang kehadiran, tindakan dan idenya disarankan untuk ada dalam melaksanakan pekerjaan. Bila tidak ada keterlibatan orang dari golongan ini, maka pekerjaan masih dapat berjalan optimal. Namun keterlibatannya masih diharapkan.
- Golongan ‘Makruh’ : orang yang kehadiran, tindakan dan idenya disarankan untuk ada dalam melaksanakan pekerjaan. Bila tidak ada keterlibatan orang dari golongan ini, maka pekerjaan masih dapat berjalan optimal. Namun keterlibatannya masih tidak begitu diharapkan. Bahkan cenderung lebih baik tidak ikut terlibat.
- Golongan ‘Haram’ : orang yang kehadiran, tindakan dan idenya tidah diharapkan dalam melaksanakan pekerjaan. Karena akan menghambat pekerjaan.
Setiap perkataan yang keluar dari mulut motivator menjadi bahan renungan terhada apa yang telah dilakukan dalam pekerjaan selama hampir setahun penuh. Sebagian besar rombongan kami merasa tersinggung dengan perkaataan motivator tersebut. Namun kami menilai tidak perlu marah karena motivator mengatakan dengan benar apa adanya. Pada titik tertentu yang ada dipikiran, kami merasa malu sendiri. Mungkin ada banyak sekali yang merasa sebagai golongan ‘makruh’ dan bahkan ‘haram’? terngiang-ngiang kembali ucapan dan tindakan yang sering kali membuat kekacauan yang dilakukan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan dari atasan.
Kemudian rombongan kami diminta berpasangan masing-masing 2 orang untuk saling berhadap-hadapan. Rupaya ini adalah game insting dan perasaan. Pasangan masing-masing 2 orang itu diminta saling berhadapan dan memejamkan mata sambil mendengarkan sugesti dari motivator. Tindakan yang dilakukan adalah Suit dengan teman yang saling memejamkan mata. Suitnya bukan untuk saling mengalahkan tapi harus sama jarinya. Misalnya teman kita menggunakan jempol, maka kita yang merupakan pasangannya harus sama menggunakan jempol juga.
Apabila dalam suit jari kita sama dengan pasangan, maka itu bisa dianggap mampu merasakan keinginan yang sama dengan kita dan pasangan.
Namun bila berbeda jari, maka itu dianggap sebaliknya. Berarti kita belum mampu menyamakan keinginan dengan pasangan kita. Hehehhe
Kontan saja setelah membuka mata, mayoritas peserta membelakan mata terperanjat karena jari yang digunakan berbeda dengan pasangannya. Kejadian seperti itu kontan membuat geli dan gelak tawa yang riuh rendah bahkan terbahak-bahak tertawa lepas.
Ada yang sama jarinya, tapi kebanyakan berbeda !
3 kali dilakukan suit. “Dengarkan sugesti saya” kata motivator. “Bicaralah dari hati ke hati dengan pasangan anda. Kawan, aku ingin menggunakan jari ini. Ayolah kita bersama-sama menggunakannya. Dalam hitungan ke 3, kita buka mata” lanjut motivator memberikan sugesti.
Ada yang 3 kali suit tidak pernah sama dengan pasangannya. Ada yang hanya 1 kali saja sama dan seterusnya. Benar-benar bervariasi hasilnya. Hehehe..
Tiba-tiba motivator mengajak keluar ruangan, tepatnya di halaman hotel. “Mari kita keluar untuk berjalan diatas bara dan api yang menyala !”…. seru motivator mengajak peserta.
“Hah…???!!!” semua peserta merasa enggan dan bahkan ciut nyalinya.
Tiba dihalaman, benar saja bara api sedang dinyalakan dengan bensin. Api begitu berkobar menyala-nyala siap menghanguskan apa saja. Ciut semua nyali peserta. Sebagian besar peserta adalah petugas lapangan Polhut dan PEH yang sejatinya telah terbiasa berhadapan dengan si jago merah. Namun biasanya api di hutan harus dipadamkan dan tidak digunakan untuk berjalan diatasnya apalagi dijadikan permainan. Hehehhe….
“Yakinlah kepada saya bahwa api ini benar-benar aman !” kata motivator meyakinkan peserta. “Api ini tidak terasa panas karena menggunakan arang dari kayu tertentu yang menjadi rahasianya” ucap motivator kembali meyakinkan peserta.
2 buah jolang diletakan diantara bara api yang menyala. Rupanya sebelum dan sesudah berjalan diatas api, kaki langsung dicelupkan di jolang yang isi air.
Motivator mengawalinya dengan mencupkan kakinya di jolang yang telah diisi air. Api di nyalakan dan berkobar-kobar. Tanpa ragu sedikitpun motivator Mas Bayu langsung beraksi berjalan diatas api dengan cepat lalu cepat pula mencelupkan kakinya pada jolang diseberangya.
Tepuk tangan mengiringi aksi tersebut.
Memang jarak bara api itu hanya sekitar 3 meter saja.
Kejadian itu langsung menyengat peserta untuk segera mencobanya. Peserta pertama terlihat bergetar berdiri dalam jolang. Lalu segera berjalan dengan sedikit ragu untuk beberapa detik kemudian sampai di jolang di seberangnya. Peserta lainpun ikut tertarik untuk mencobanya. Bahkan ada yang sampai 3 kali mencobanya. Antrian aksi berjalan diatas api dan bara itupun menjadi tak terelakan. Jepretan kamera dengan blitz silih berganti seperti kilatan petir.
Nasib sial bagi peserta yang memiliki bulu-bulu pada betisnya. Pada beberapa bagian betis itu bulunya habis terjilat api. Hehhee…
Puas menginjak-nginjak api, motivator menutup rangkaian acara malam itu. Jam menunjukan pukul 22.30 wib.
Panitia menyegerakan peserta untuk pembagian kamar hotel. Peserta yang merasa kelelahan, badan lengket bermandi keringat saling berebut mengantri. Perlahan namun pasti, masing-masing peserta memasuki kamarnya untuk istirahat dalam peraduannya.