**Kuningan (06/05/18)**
Dalam rangka menganalisis realitas sosial, masalah sosio agraria, perubahan sosial, kelembagaan dan model kepimpinan serta pengelolaan kolaboratif SDA di desa penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), mahasiswa jurusan komunikasi pengembangan masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB melaksanakan kegiatan turun lapang pada tanggal 4-6 Mei 2018 di 6 (enam) desa penyangga lingkup SPTN WIl I Kuningan yaitu Desa Kaduela, Desa Pasawahan, Desa Cibuntu, Desa Setianegara, Desa Linggajati dan Desa Cisantana sebanyak 304 orang. Kegiatan praktek turun lapang langsung didampingi Dosen IPB yaitu Dr. Soeryo Adiwibowo, Dr Satyawan Sunito, Ir. Fredian Tonny, MS dan Mahmudi Siwi, SP, MS dan asisten dosen IPB sebanyak 15 (lima belas) orang. Desa penyangga di sekitar kawasan TNGC terpilih menjadi lokasi praktek mahasiswa dikarenakan proses sosialnya sangat dinamis dan mengalami pergerakan pesat khususnya dalam memahami fungsi dan manfaat kawasan TNGC berdasarkan kelola ekologi, ekonomi dan sosial.
Secara garis besar, realitas sosial di desa penyangga TNGC mengalami pergerakan yang signifikan dimana 14 tahun yang lalu ketika kawasan Gunung Ciremai berubah fungsi menjadi taman nasional reaksi yang ditunjukkan masyarakat adalah negatif dan berfikir kawasan Gunung Ciremai akan close access, namun saat ini masyarakat penyangga sudah memahami secara luas manfaat kawasan TNGC yang tidak hanya dimanfaatkan secara langsung dengan mengolah lahan namun dari jasa lingkungan kawasan TNGC seperti air dan wisata alam. Yang paling menarik adalah bagaimana terbentuknya pengelolaan kolaboratif sumberdaya alam antara kawasan TNGC dengan masyarakat penyangga. Peluang dan akses yang diberikan Balai TNGC kepada masyarakat untuk meningkatkan pendapatan secara ekonomi tanpa mengesampingkan ekologi kawasan memberikan perubahan sosial yang luar biasa, dimana saat ini masyarakat sudah memiliki kepercayaan dan keyakinan bahwa dengan mengelola potensi kawasan dengan wisata alam memberikan keberlanjutan pendapatan ekonomi yang tidak hanya dirasakan oleh pengelola saja namun masyarakat sekitarnya seperti warung, transportasi, akomodasi berupa homestay dan lain sebagainya. Kemandirian dan keswadayaan masyarakat sudah terbentuk yang tidak hanya selalu meminta kepada Balai TNGC untuk difasilitasi namun sudah berdiri tegak menjadi tuan rumah untuk melayani tamu dan pengunjung dengan pelayanan prima. Tentu saja ini harus dikawal, dikontrol dan dievaluasi agar tidak terjadi kebablasan dalam kesempatan peluang dan akses yang diberikan. Selain itu, mahasiswa menganalisa asal muasal konflik yang terjadi di masyarakat diantaranya adanya gangguan hama babi hutan dan monyet, pemanfaatan air, kebakaran hutan, hubungan internal dengan pemerintah desa dan status kawasan yang dianggap tanah desa.
Kegiatan praktek turun selesai pada tanggal 6 Mei 2018 pukul 14.00 yang diawali dengan presentasi hasil kegiatan melalui flipchart dari masing-masing kelompok tiap desa dan langsung dinilai oleh Dosen yang mendampingi pada pukul 10.00 WIB di aula GOR Balai TNGC. Dosen dan mahasiswa IPB merasa puas atas pembelajarannya di masyarakat desa penyangga kawasan TNGC walaupun dalam waktu yang relatif singkat.
Dokumentasi dan Teks ©Nisa Sachera F