Gedung KNPI Kuningan penuh sesak pada Sabtu sore 14 Juli 2018. Menjadi tempat berkumpulnya lebih dari 500 pemuda pemudi pada acara yang bertajuk nonton bareng film pendek “Aku Ciremai”. Benar-bebar malam minggu yang cerah ini menjadi semakin sempurna.
.
Film pendek yang diputar di layar “nobar” sebagai pembuka adalah “Wonderful Kuningan”, “Sumpah Pemuda” dan “Bukit Seribu Bintang”. Sebagai pengisi antar film juga ada berbagai penampilan musik dari musisi dan kelompok band dari Kuningan, diantaranya sanggar Lokananta, Klopediakustic dan Sofie. Juga kuis oleh pembawa acara dengan berbagai hadiah, diantaranya voucher muncak ke Gunung Ciremai dari 4 pintu masuk pendakian, buku Pariwisata Alam 54 Taman Nasional dan hadiah lainnya dari para pendukung acara.
.
Asep Dheny, seniman-pelukis dari Kuningan berkesempatan memberikan semangat kepada pemuda-pemudi yang hadir.
.
“Apresiasi untuk Kuningan Kreatif dengan terselenggaranya acara ini. Juga untuk Aruna Cinemapro yang telah berkontribusi dalam Festival Film Pendek Konservasi dan meraih juara ke-2. Namun ini bukan akhir perjuangan, kita tidak boleh puas sampai di sini, harus menjadi penyemangat untuk berkarya lebih baik lagi,” lanjut Asep Dheny.
.
Pemuda-pemudi yang hadir dan memenuhi gedung KNPI Kuningan bukan hanya dari Kuningan, namun juga dari Majalengka dan Cirebon. Diantaranya adalah komunitas: Cirebon Travelling, fotografer amatir Kuningan, pelajar dan tentunya para pecinta alam. Semangat dan antusias sangat terlihat dari riuhnya tepuk tangan berkali-kali ketika film “Alunan Ciremai” diputar, menyusul berikutnya “Aku Ciremai” dan diakhiri “Pendaki 10 Langkah”, yang sangat “gue” banget sebagai anak muda pecinta alam.
.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Kuswandono, juga memberikan perkenalan terkait trilogi film pendek yang salah satunya mendapatkan penghargaan juara 2 pada Festival Film Pendek Konservasi pada Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam (FTN-TWA) 2018.
.
“Sejatinya kita menyiapkan 3 judul film pendek, sebuah trilogi yang tak terpisahkan. Menggambarkan keunikan pengelolaan TNGC. Kenapa unik? Tak lain adalah karena keunikan sejarah terbentuknya TNGC. Untuk mencapai pengelolaan lestari ekosistem gunung Ciremai harus didukung oleh pengelolaan ekonomi rakyat yang berdiam di kawasan penyangga, khususnya melalui pemanfaatan jasa wisata alam. Juga mesti memperhatikan kelestarian budaya luhur,” lanjut Kuswandono.
.
Film “Aku Ciremai” merepresentasikan pengelolaan ekologi TNGC, menggambarkan ikatan ekologi dalam ekosistem Gunung Ciremai yang tak terpisahkan. Sedangkan “Alunan Ciremai” menggambarkan kekayaan sosial dan keluhuran budaya masyarakat yang tumbuh dalam ekosistem Gunung Ciremai. Melengkali trilogi adalah “Pendaki 10 Langkah”, menggambarkan potensi ekonomi rakyat yang dibangkitkan dari Gunung Ciremai, salah satunya melalui kegiatan pendakian Gunung Ciremai. Meski ketiganya siap, namun sayang, ternyata yang diperbolehkan diikutkan dalam festival hanya satu judul untuk masing-masing peserta lomba. Film “Aku Ciremai”-lah yang dianggap paling merepresentasikan gabungan dari trilogi tadi.
.
Sobat Ciremai, acara “nobar” ini diinisiasi oleh Kuningan Kreatif dan Aruna Cinemapro. Acara ini didukung oleh berbagai pihak, antara lain Balai TNGC, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan, Sangkan Resort Aqua Park, PDAU Kuningan, Orijiman, Waja Kopi Kuningan, Denurran Food, Bareng Bidadari, Villa Kampung Gunung, RM Saung Ema’, Bima X Production, Kuningan Repost dan Grage Hotel & Spa.
.
Nino, dari Kuningan Kreatif dan juga dari Aruna Cinemapro yang menggagas acara ini menyampaikan bahwa pemuda-pemudi Kuningan banyak memiliki potensi dan mengukir prestasi.
.
“Kuningan sudah memiliki alam yang cantik luar biasa. Potensi sumberdaya manusianya juga tidak kalah. Tinggal kita sekarang harus mau untuk maju, bersama-sama bersemangat untuk selalu berkreasi. Kita sudah mengawali membuktikan, kalau kita mau kita bisa,” tutup Nino.
.
Pada acara ini juga disampaikan banyak pesan konservasi, terutama berwisata tanpa sampah plastik dan tanggung jawab kita khususnya generasi muda terhadap lingkungan. Acara menjadi semakin menarik dibawakan oleh Regitha Nur Indah Paulani atau biasa dipanggil Rere, yang merupakan Grand Finalis Miss Earth Indonesia 2018 dari Kabupaten Kuningan.
.
[teks © Idin & Koeszky, foto © BTNGC | 072018]
.
#gunungCiremai
#tngc
#klhk
#kuningankreatif
#kuningan
#akuCiremai
#alunanCiremai
#pendaki10Langkah