Selain mengurusi Pertanian Sehat, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) juga mengadakan Mobil Sampah. Untuk apa ya #sobatCiremai?
Pertanyaan banyak orang, mengapa taman nasional mengurusi Pertanian Sehat? Bukankah itu diluar tugasnya?. Terbaru, mengadakan Mobil Sampah. Ini juga bukan tugasnya?
Masalah terbesar dari “mass tourims” adalah sampah yang ditimbulkan aktifitas pengunjung wisata alam. Contohnya, sampah pendakian dari empat jalur setara dengan kapasitas angkut empat truk. Bila ditambah dengan lokasi wisata lain, tentu jumlahnya akan menggunung.
#sobatCiremai, penanganan sampah organik mungkin lebih mudah dilakukan dengan memendam dalam tanah saja sudah tidak ada masalah.
Sedangkan sampah anorganik yang mengandung bahan kimia cukup sulit dilakukan. Apalagi berada diketinggian yang cukup jauh. Bisa saja dibakar atau dipendam kalau sekedar tidak terlihat. Namun dampak lain akan muncul, yaitu tercemarnya ekosistem kawasan dan tercemarnya air di hulu.
Melihat masalah ini, Balai TNGC mengambil langkah strategis dengan meningkatkan kapasitas masyarakat mitra yang mengusahakan jalur pendakian dan wisata alam lainnya dengan izin usaha penyedia jasa wisata alam yang mereka kantongi.
Sejak tahun 2016 masyarakat mitra tersebut melakukan peningkatan pelayanan pengunjung wisata dengan penyesuaian harga tiket masuk. Ternyata strategi ini berhasil mengurangi tingkat sampah di jalur pendakian hingga mendapat predikat gunung terbersih di Indonesia. Plus pemerintah serta lembaga lain tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk “acara bersih gunung”.
Proses pengendalian sampah yang dilakukan Mitra Pengelola Wisata Gunung Ciremai (MPGC) dengan memilah sampah dan membawa sampah anorganik dari puncak gunung ke pos tiket dibatas kawasan. Hal ini dilakukan rutin setiap bulan dan khususnya setelah momen ramai pendakian pada hari – hari libur nasional.
Ternyata masalah sampah belum selesai sampai gunung bersih karena sampah berpindah tempat dari gunung ke pos-pos pendakian di pintu masuk kawasan. Pos tersebut berada di ujung desa dekat batas kawasan yang tidak dijangkau oleh mobil pengangkut sampah instansi terkait.
Protes warga sekitar pun menjadi masalah baru akibat bau dan pemandangan tidak sedap dari sampah yang menggunung dan semua menyalahkan pengelola wisata tentunya.
Dari hal tersebut di atas akhirnya Balai TNGC mengajukan pengadaan kendaraan yang dapat mengangkut sampah dari pos pendakian ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Mekanisme pengangkutan sampah dikoordinasikan oleh Forum Ciremai di Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Ternyata tidak hanya sampah yang berasal dari wisata pendakian saja yang diangkut, sampah di wisata lain pun ikut mendapat layanan pengangangkutan sampah tersebut.
#sobatCiremai, proses pengadaan melalui e-katalog LKPP dengan pemilihan spesifikasi yang sesuai dengan akses jalan di kawasan taman nasional. Pengadaan tersebut termasuk jenis belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat sebagai bentuk apresiasi pemerintah atas kepedulian kelompok masyakat yang telah ikut menjaga dan melestarikan taman nasional.
Seperti pertanian sehat yang bakterinya bersumber dari dalam taman nasional tengah diterapkan untuk menjaga kesehatan ekologi kawasan, maka mobil pengangkut sampah juga ditujukan untuk menjaga kesehatan ekologi gunung Ciremai.
So, ayo kita buang sampah pada tempatnya untuk menggapai lingkungan hidup yang memiliki ekologi sehat, ekonomi sehat dan sosial sehat sehingga menjadi “budaya konservasi”.
[Teks © ISO; Foto & Video © Mufrizal & ISO – BTNGC | 112018]