Legenda Si Windu, Kuda Putih Kuningan


.
Bila menyusuri penjuru kabupaten Kuningan, Jawa Barat sobat pasti menemukan sosok kuda putih. Ya, orang menyebutnya Si Windu
.
Kuda ini mudah kita jumpai dalam wujud patung atau “relief”. Selain terdapat dalam logo kabupaten, biasanya ukiran “Si Windu” juga ada di tugu perbatasan dan gapura setiap desa. Sedangkan dalam bentuk patung, hewan gagah ini kerap dibangun pada pusat keramaian seperti penginapan dan taman kota.
.
Si Windu memang tenar di kabupaten kaki Ciremai ini. Mungkin bagi sebagian masyarakat setempat, kuda putih ini sejajar dengan kemahsyuran mitos naga dan garuda.
.
Nah sobat Ciremai, mengapa seekor kuda bisa melegenda?. Yuk kita simak ceritanya!.
.
Al kisah pada abad ke-15, Kuningan dipimpin Arya Kamuning, seorang adipati Kesultanan Cirebon. Dalam menjalankan pemerintahannya, Sang Adipati didampingi Panglima Perang. Ewangga namanya.
.
Ewangga, seorang ahli militer yang berasal dari negeri Parahyangan. Dia berhasil menempa olah kanuragan dalam bimbingan Sunan Gunung Jati.
.
Suatu hari Syarif Hidayatullah, nama lain Sunan memberikan hadiah istimewa kepada Ewangga karena kemampuannya itu. Ya, Sunan memberikan seekor kuda putih.
.
Konon, kuda putih tersebut merupakan hasil perkawinan antara kuda Sumba dengan kuda milik Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, Sultan Kerajaan Pajang. Mungkin karena garis keturunannya itu, kuda putih tersebut tumbuh menjadi kuda yang bisa diandalkan dalam bermacam situasi.
.
“Si Windu berlari dengan sangat cepat bila dibandingkan dengan kuda lain pada zaman itu”, ungkap Mungal Kartaningrat, pemandu wisata Keraton Kasepuhan Cirebon (15/2).
.
Menurutnya, bila Ewangga berangkat subuh dari Cirebon menuju Kuningan, maka sudah tiba di tujuan sebelum matahari di atas kepala. Berbeda dengan kuda lain yang mungkin bisa menghabiskan waktu seharian untuk menempuh rute yang sama tersebut.
.
Oleh karena kehebatan Si Windu itu, Ewangga langsung sreg. Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk beradaptasi sehingga mengerti satu sama lain. Mungkin bagi Ewangga, Si Windu itu seolah bisa berbicara bahasa manusia?. Atau mungkin juga sebaliknya, Ewangga lah yang mengerti bahasa kuda?.
.
Tak lama Ewangga dan tunggangannya menjadi satu paket dalam menuntaskan tugas kenegaraan.
.
Kedua makhluk tersebut berperan penting dalam membantu penyebaran Islam ke selatan Jawa yakni menyerbu Kerajaan Galuh, Ciamis.
.
Kemudian mereka juga mengemban tugas penting ke Indramayu untuk meminta “klarifikasi” atas perbuatan Arya Wiralodra yang seolah membela Kerajaan Galuh.
.
Kanjeng Sunan menilai dua tugas tersebut cukup sukses dilaksanakan oleh Panglima Ewangga beserta Si Windu.
.
Titah Sultan yang terbesar bagi Ewangga yakni membantu Kesultanan Demak dan Kesultanan Banten untuk menyerbu benteng Potugis di Batavia. Pasukan gabungan itu menyusuri pantai utara Jawa agar sampai di Batavia.
.
Pasukan yang dipimpin Ewangga memilih memusatkan perhatian di selatan Batavia. Ewangga menamakan tempat itu Kuningan, sama dengan daerah asal. Hal ini ia lakukan agar para pengikutnya betah dan tak ingin cepat pulang kampung.
.
Di sanalah Ewangga menetap hingga ajal menjemput. “Makam Eyang Ewangga ada di Kuningan, Jakarta Selatan”, cerita Andis, warga desa Manislor, Jalaksana, Kuningan, Jawa Barat.
.
#sobatCiremai, Berbeda dengan majikannya, riwayat Si Windu tak diketahui akhir riwayatnya. Apakah dia punya keturunan atau dimana kuburnya?. Ada yang bilang kuda putih itu mati dalam pertempuran dan dikuburkan didekat majikannya?. Ada pula yang mengatakan kuburan kuda putih itu ada di Winduhaji, Kuningan, Jawa Barat?.
.
Ya, memang tak seorang pun tahu akhir kisah Si Windu. Tapi bila sobat ingin napak tilas hewan gagah itu, langsung saja datang ke Kuningan. Naiklah delman untuk menyusuri jejak Si Windu di Cilimus, Kuningan Kota atau Luragung.
.
So ayo ke Kuningan, salah satu kaki gunung Ciremai untuk jelajahi wisata alam, sejarah, kuliner dan sosial budaya setempat.
.
[Teks © Tim Admin, Foto © Rudi-BTNGC 022019]

Ikuti Kami