Sobat ciremai tau tumbuhan sirih. Ya, sirih memang sudah tak asing bagi kita. Masyarakat sering memanfaatkannya untuk kesehatan dan kecantikan karena banyak kita jumpai di kebun, pekarangan bahkan di hutan juga banyak sekali dijumpai.
Berbeda dengan sirih hutan makanan sang Raja Helena, sirih hutan yang dimaksud adalah jenis tumbuhan bernama “Aristolochia tagala”. Tanaman ini merupakan inang dari kupu-kupu Raja Troides Helena.
Sang Raja Helena mempunyai sifat “monopagus” dimana hanya memakan satu jenis tumbuhan saja pada saat menjadi “larva” sehingga tumbuhan ini menjadi faktor kunci keberhasilan dalam upaya konservasi kupu kupu tersebut.
“Aristolochia tagala” ini dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu kalayar, puyan, kunit dan peropak. Tumbuhan yang merambat ini memiliki daun berbentuk oval dengan panjang 6 hingga 25 centimeter dan lebar 4 hingga 10 centimeter. Bagian pangkal daun berbentuk hati, panjang tangkai daun 1,5 hingga 2,5 centimeter.
Aroma bau daun sirih hutan tidak seperti aroma daun sirih pada umumnya yang biasa digunakan oleh masyarakat akan tetapi memiliki bau seperti tumbuhan “liana” dan aroma rumput yang biasa kita jumpai di hutan.
Struktur perbungaan berupa tandan dengan bunga kecil berbentuk pipa terompet yang tumbuh di setiap ketiak daun dan berwarna kecoklatan. Buah sirih hutan ini berbentuk bulat dan mempunyai biji berbentuk hati dan mempunyai sayap.
Di gunung Ciremai kita akan mudah menemukan sirih hutan yaitu di blok Tutupan Teja. Di sana banyak sekali anakan yang tumbuh liar secara alami karena merupakan habitat dari kupu kupu Raja Troides Helena.
Tumbuhan ini pada umumnya mulai berbunga pada Juni. Tapi untuk di gunung Ciremai dijumpai mulai berbunga pada Agustus. Bunga ini akan tumbuh sepanjang tahun sampai berbuah.
#sobatCiremai, sirih memang sangat dekat dalam kehidupan kita dari dulu hingga kini dan nanti. So, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengenali alam dan menjaganya.
[Teks & foto © Oom Mukaromah.A-BTNGC | 022019]