SobatCiremai, kita mungkin pernah mendengar cerita kalau mata kita terkena air urine katak maka menjadi buta. Apakah cerita itu termasuk mitos atau fakta?. Yuk simak penjelasannya.
Kebanyakan satwa mempunyai senjata pertahanan terhadap predator atau untuk melumpuhkan mangsa. Senjata tersebut biasanya berupa racun. Ular, kalajengking dan hewan lainnya mempunyai racun yang sangat mematikan dalam hitungan menit. Bahkan dalam hitungan detik. Jika tidak cepat-cepat mendapatkan pertolongan nyawa sobat taruhannya.
Bagaimana dengan katak atau kodok?. Apakah mempunyai racun yang mematikan juga?.
Katak atau kodok memang ada yang mempunyai racun. Bahkan sangat mematikan. Racun tersebut dapat membunuh bagi predator mereka. Racun ini juga digunakan sebagai racun pada anak panah para pemburu dan bisa membunuh manusia.
Tapi sobat tidak perlu cemas atau takut. Karena katak jenis tersebut hanya ada di benua Amerika tepatnya di negara Brazil.
Di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) juga punya jenis kodok yang beracun yakni dari famili “Bufonidae”. Nama ilmiahnya “Phrynoidis aspera” atau “Bufo asper” sering disebut juga “River Toad” atau Kodok paru besar.
Racun tersebut terletak di kulit kelenjar “parotodoid”. Apabila sobat tekan maka akan keluar cairan putih dengan bau yang sangat menyengat. Racun ini hanya bisa melumpuhkan bagi binatang-binatang kecil lainnya. Sedangkan bagi manusia racun ini tidak berbahaya.
Berikutnya adalah katak yang konon air kencingnya dapat membutakan mata manusia. Katak ini dari famili “Rachophoridae” yakni jenis “Polypedates leucomystax” atau disebut “Striped Tree Frog atau Katak pohon bergaris. Orang Sunda sering menyebutnya “Dindang”.
Urine katak adalah salah satu bentuk pertahanan katak. Tapi sampai saat ini, belum pernah manusia menjadi buta karena itu. Jadi hal tersebut merupakan mitos semata.
Kodok atau katak beracun dapat mudah dikenali dari bau mereka yang menyengat. Selain itu, sobat dapat membedakan dari warna kulit yang cerah atau terang.
Nah sobat sudah paham kan?. Walaupun katak dan kodok tidak beracun, mari kita jaga mereka. Agar tetap fungsi ekologis mereka bagi lingkungan tetap terjaga pula.
[Teks & Foto © Azis AB-BTNGC | 042019]