Sabtu (13/4), saat yang menggembirakan bagi mahasiswa IPB yang sejak pagi buta bersiap menuju kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), tepatnya di Situ Sangiang dan Bukit Merkuri Sayang Kaak, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Majalengka.
Sebanyak 56 mahasiswa yang terdiri dari 55 orang Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat serta 1 orang dari Departemen Agribusiness yang didampingi dosen Arzyana Sunkar, mahasiswa gali langsung bagaimana pengelolaan kawasan konservasi.
“Mahasiswa dapat belajar bagaimana pemberdayaan masyarakat sekitar TNGC melalui kegiatan wisata alam”, ucapnya saat presentasi rencana kegiatan mahasiswa di kantor SPTN Wilayah II Majalengka.
Kepala Seksi, Jaja Suharja menyambut kedatangan mahasiswa dan berharap mereka mendapatkan pembelajaran berharga pada kegiatan praktikum ini.
“Ini adalah momen bagi mahasiswa untuk menggali pengelolaan kawasan konservasi yang terkadang memerlukan kreatifitas dan improvisasi, terkadang tidak sesuai dengan teori yang dipelajari, banyak hal yang harus disesuaikan dengan kondisi lapangan”, sambutnya.
Didampingi petugas, Lili mengawali perjalanan mahasiswa ke Situ Sangiang bertemu dengan Engkos. Mahasiswa diceritakan sejarah Situ Sangiang.
Perjalanan dilanjutkan ke Bukit Merkuri Sayang Kaak untuk bermalam dan disambut dengan pemandangan indah. Mahasiswa belajar bagaimana Balai TNGC berperan dalam menjaga sistem penghidupan masyarakat di kecamatan Argapura yang sebagian besar bergantung pada pertanian sayuran.
Mahasiswa sangat menikmati keindahan alam di sekitar Bukit Merkuri Sayang Kaak, terutama saat bermalam di tenda. MPGC Bukit Merkuri Sayang Kaak sebagai pengelola menceritakan awal mula masyarakat terlibat pengelolaan.
Lili juga bercerita bagaimana komunikasi dengan masyarakat untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Mahasiswa dapat melihat dan belajar menghadapi tantangan dalam memberdayakan dan mengembangkan masyarakat di zona penyangga dengan memanfaatkan potensi gunung Ciremai.
Semula, masyarakat awam dan apatis terhadap wisata alam. Namun saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan utama mereka. Mahasiswa belajar bagaimana wisata dapat dijadikan alat dalam mengelola kawasan konservasi baik untuk meningkatkan kerjasama dan partisipasi dengan masyarakat maupun mengurangi konflik.
#sobatCiremai, wisata alam TNGC tidak melulu soal pendakian atau kunjungan harian hanya untuk “selfie” dan menikmati alam. Namun inilah yang paling penting, bagaimana kawasan TNGC menjadi bagian dari pembelajaran yang dilakukan pelajar atau mahasiswa. Melalui interpretasi yang dilakukan pengelola wisata alam dan petugas Balai TNGC dapat memberikan wawasan dan informasi bagi mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu namun juga pengalaman berharga.
[Teks © Nisa, foto & video © IPB-BTNGC | 052019]