Angin berhembus kencang, mentari terik panas mencubit kulit, seluas memandang hanya hamparan padang rumput dan semak belukar yang mulai menguning dan sebagian sudah mengering.
Wilayah ini paling ditakuti ketika terjadi kebakaran hutan. Akses jalan sekaligus berfungsi sebagai sekat bakar hanya hanya satu. Itu juga kondisinya sudah mulai rusak dan ditempuh sekitar 45 menit dari muara jalan Batuluhur. Bayangkan bila terjadi kebakaran dan sekat bakar tidak berfungsi efektif, tentu akan sulit dikendalikan.
Untuk itu, Polisi Kehutanan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) terus melakukan upaya perondaan pada areal rawan kebakaran tersebut. Selain itu juga dilakukan pendataan sarpras sebagai pendukung upaya pemadaman ketika terjadi kebakaran.
Sementara ini, Bukit Seribu Bintang (BSB) telah memiliki satu embung air dengan luas sembilan meter persegi dan kedalaman 1 meter. Air disalurkan melalui pipa paralon berukuran satu inch ke dalam kolam tersebut.
Sarana komunikasi juga telah tersedia. Penguat sinyal atau “repeater” telah ada tapi belum berfungsi optimal.
Hasil pemantauan kondisi di lapangan, kecepatan angin sekitar 35 km per jam dengan kisaran suhu 21 sampai 25 derajat celcius.
Kedepan, penambahan embung air perlu dipertimbangkan sebagai antisipasi pemadaman. Air bisa disalurkan dari sumber mata air Sigodebag dan Begawat.
Nah #sobatCiremai, itu kondisi terkini BSB. Bagaimana agar lokasi ini tidak terbakar?. Ya, tentu kita semua perlu terlibat untuk mencegahnya. So, mari turut serta dalam pengendalian kebakaran di kawasan TNGC. Bila terlanjur terjadi, sesegera mungkin menghubungi “Call Center” kami ya sobat!.
[Teks & Foto © Yaya S-BTNGC | 072019]