Harimau Jawa atau harimau Sunda (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang endemik atau hanya hidup di pulau Jawa.
Namun menurut organisasi “Internasional Union for Conservation of Nature and Natural Resources” (IUCN) harimau Jawa telah punah pada 1980-an!.
Karena pada 1940-an sampai 1950-an populasi harimau Jawa hanya tersisa 25 ekor saja. Populasi kucing besar tersebut kian susut menjadi tujuh ekor pada 1973. Akhirnya pada 1979 tersisa tiga ekor saja di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.
Seminar nasional harimau Jawa yang di gagas Universitas Gajah Mada pada 1998 menyepakati ‘peninjauan kembali’ atas status punah sang raja rimba tersebut.
Hal ini dilakukan karena terdapat bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik harimau Jawa.
Namun setelah cek lapangan dengan “camera trap” selama setahun pada 1999 sampai 2000, tak ditemukan bukti si loreng masih hidup.???
Masyarakat acap kali memberikan informasi penampakan harimau Jawa sampai kini.
Dugaan bukti keberadaan si belang tersebut berupa cakaran. Bahkan ada yang mengaku berjumpa langsung melalui penglihatan mata maupun kamera. Tapi bukti-bukti temuan tersebut sulit diverifikasi?.
Lantas bagaimana dengan keberadaan harimau Jawa di gunung Ciremai?.?
Menurut Didik Raharyono, Peduli Karnivor Jawa pada 2010 silam menulis artikel harimau Jawa dari gunung Ciremai.
“Steidensticker & Soejono (1976) luput mencantumkan gunung Ciremai sebagai habitat harimau Jawa dalam bukunya The Javan Tiger and The Meru Betiri Reserve”, tulis Didik yang puluhan tahun berkecimpung dengan si belang.
“Diantar Pak Deddy, Kermit Petakala Grage (PG), penulis menjumpai specimen kepala harimau Jawa dari gunung Ciremai.
Banyak informasi ilmiah dapat ‘dibaca’ atas temuan spesimen ini. Walaupun sudah dianggap punah, usaha mengendus eksistensi harimau Jawa selalu mengantarkan bagi tersingkapnya tabir pengetahuan baru”, lanjut Didik.
Pada 27 Maret 2019, Didik juga memposting sebuah gambar harimau Jawa di akun instagramnya. Gambar itu ia dapatkan dari seorang fotografer yang berhasil mengabadikan si belang di sebuah hutan Jati.
Nah dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, Didik meyakini harimau Jawa masih ada.??
Masyarakat pun beberapa kali ‘melaporkan’ penampakan Maung.
Pada medio 2014 silam, Kristianto (54), pertapa warga kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah melakukan pengembaraan selama 38 hari di kawasan puncak gunung Ciremai.
Saat turun gunung, ia berulangkali melihat persis seekor harimau melintas di sekitar 20 meter dari tempat ia berdiri.
“Sosok hewan yang telah beberapa kali saya saksikan jelas adalah harimau bukan macan. Corak warna bulunya juga terlihat jelas belang hitam dan kuning, bukan totol-totol,” kukuh Kristianto saat itu.
Memang ‘keberadaan’ harimau Jawa di gunung Ciremai belum pernah terungkap. Karena tak ada data?.?
Sejak gunung Ciremai menjadi taman nasional pada 2004 sampai sekarang, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai rutin melakukan identifikasi dan inventarisasi flora dan fauna melalui pengamatan langsung maupun kamera trap.
Hasilnya nihil untuk keberadaan si belang di gunung Ciremai.?
#sobatCiremai, entah kenapa sangat sulit mengungkap keberadaan harimau Jawa. Mungkin memang sudah punah?. Hmm.
Lalu mengapa harimau Jawa punah tetapi macan tutul Jawa tidak?. Pantengin terus medsos gunung Ciremai ya sobat.
So ayo save flora dan fauna Indonesia supaya tak mengalami nasib seperti harimau Jawa.
[Teks © Tim Admin, foto © @didikraharyono-BTNGC | 092019]