Salam atau “Syzygium polyanthum” merupakan nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan Nusantara.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian “bay-leaf” atau “Indonesian laurel”.
Di gunung Ciremai, Salam ditemukan tumbuh liar dan atau ditanam mulai dari bawah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Pohon Salam berukuran sedang dengan tinggi mencapai 30 meter dan gemang 60 centimeter. Pepagan atau kulit batangnya berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.
Daunnya tunggal terletak berhadapan dengan tangkai hingga 12 milimeter. Helai daun berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, gundul, dengan 6 sampai 11 urat daun sekunder dan sejalur urat daun intramarginal yang tampak jelas dekat tepi helaian. Ia berbintik kelenjar minyak yang sangat halus.
Hmm, buah Salam berwarna merah bila matang. Bentuknya bulat sempurna. Rasanya manis agak sepat.
Sedangkan daun Salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi.
“Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang”, kata Agus Sumarna, staf Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (27/11).
Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Biasanya di pasar dan di dapur, Salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas.
Secara tradisional, daun Salam juga bisa digunakan sebagai obat sakit perut. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.
#sobatCiremai pernah mencicipi buah Salam?. So, mari kenali, cintai, dan manfaatkan secara bijak tumbuhan sekitar kita.
[Teks & Foto © Tim Admin-BTNGC | 122019]