Di suatu hari yang cerah, kami berkesempatan menyambangi salah satu sudut Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yakni wisata alam Bukit Lambosir, desa Setianegara, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat (22/6).
Kang Beni Putra Pamungkas telah menunggu kedatangan kami. Saat bersua, ia mulai bercerita Ki Sapu Jagat.
Ya, dari berbagai literatur maupun penuturan lisan, Ki Sapu Jagat ialah guru dari Parmin alias Jaka Sembung, pendekar Kandang Haur, Indramayu yang berani menentang ‘Kumpeni’.
“Dulu area ini disebut Gunung Deukeut, tempat bersemayam orang-orang ‘sakti’ pada zamannya seperti Ki Sapu Jagat”, kata Beni sambil menyeruput kopi hitam.
Menurut ‘tutur tinular’ yang ia dengar, selain dianggap sakti, Ki Sapu Jagat juga merupakan orang saleh. Ia kerap menolong orang susah dan mengajar mengaji di rumahnya.
“Suatu hari ada kebakaran rumah. Api begitu ganas melahap rangka rumah kayu itu. Karena angin kencang, api sampai meloncat ke kebun dan terus merambat ke padang ilalang Ciremai,” tutur Beni.
Menurutnya saat itu semua warga panik karena insiden kebakaran itu. Nah dalam situasi genting, Ki Sapu Jagat muncul sebagai pahlawan yang mampu menenangkan keadaan.
“Ia meniup kobaran api persis meniup obor. Tak lama amukan si jago merah mereda dan padam. Untungnya tak ada korban jiwa,” katanya sambil menghisap sebatang yang ngebul.
Masih menurut Beni, selang beberapa hari diketahui penyebab peristiwa api karena kelalaian sang empunya rumah. Ia meninggalkan tungku perapian yang sedang memasak air.
“Sekarang nama Ki Sapu Jagat kami abadikan sebagai nama kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di sini”, tutupnya.
#sobatCiremai, dari dongeng tadi, kita bisa ambil hikmah. Jangan biarkan api ‘bermain’ sendiri, apalagi saat nanti kemarau, karena bisa menjadi penyulut kebakaran hutan dan lahan.
So, mencegah lebih mudah daripada memadamkan. Sukseskan gunung Ciremai ‘Zero Fire’ 2020.
[Teks & Foto © Tim Admin -BTNGC | 062020]