Beberapa hari ini suhu udara terasa lebih dingin padahal kan lagi musim kemarau?.
Menurut Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologo, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alami yang biasa terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau pada Juli-Agustus.
“Udara terasa dingin di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) kandungan uap di atmosfer cukup sedikit,” kata Hary kepada Kompas dot com (26/7).
Hary menjelaskan, fenomena alam ini diamati dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir.
Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Hal ini mengakibatkan rendahnya kandungan uap di atmosfer sehingga membuat energi radiasi yang dilepaskan Bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer, dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu udara atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.
“Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan,” jelasnya.
Menurut laman weatherdotcom, suhu udara di gunung Ciremai bisa mencapai empat derajat celcius tatkala dini hari.
Suhu dingin ini juga dirasakan para petugas dan relawan yang sedang melakukan pemeliharaan sekat bakar kuning di gunung Ciremai.
“Dari sore hingga malam, suhu dingin banget. Saya pakai dua lapis ‘sleeping bag’ masih terasa dingin,” ungkap Hendra, Polisi Kehutanan (26/7).
Hendra menambahkan, meskipun suhu dingin, tapi kondisi semak belukar pun semakin kuning dan mengering.
“Selain dingin, angin juga kencang banget. Tapi dingin-dingin, tetap siaga!,” tutupnya.
#sobatCiremai, yuk tetap jaga kondisi tubuh agar tetap sehat dalam terpaan suhu dingin ini ya.
[Teks & Foto © Tim Admin-BTNGC|072020]