.
Musim kemarau di seputaran gunung Ciremai telah memasuki bulan ke tiga. Selama periode itu Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) bersama masyarakat setempat serta instansi terkait terus melakukan upaya pencegahan kebakaran hutan (karhut) seperti sosialisasi, pengaktifan posko, pembuatan sekat bakar, dan patroli.
.
“Memang sempat terjadi empat kali karhut. Tapi kejadian itu relatif bisa kami tangani dengan cepat,” ungkap Kepala Balai TNGC, Kuswandono melalui ‘Fire Boss’, Agus Yudantara (17/9).
.
Menurut ‘Fire Boss’, petugas dan mitra terus melakukan patroli di jalur sekat bakat guna meminimalisir kejadian karhut lagi.
.
“Kami ajak mitra Masyarakat Pariwisata Gunung Ciremai (MPGC), Masyarakat Peduli Api (MPA), Polri, TNI, dan relawan untuk patroi bersama,” ujarnya.
.
Patroli bersama pihak terkait ini menggunakan jalur sekat bakar kuning mulai dari Lambosir di Cilimus hingga Cileutik di Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat.
.
“Iya dari Lambosir ke Bintangot lalu lanjut ke Arca dan Karang Dinding hingga ke Cileutik, sejauh 14 kilometer,” katanya.
.
Beni Putra Pamungkas, MPGC Bukit Lambosir mengatakan dirinya turut dalam patroli ini.
.
“Sebenarnya bukan kali ini saja kami patroli. Sebab saban hari pun kami melakukan penjagaan dan patroli di sini,” katanya melalui WA.
.
Hal senada diungkapkan Mang Engkos, aktivis lingkungan yang bercokol di Bintangot.
.
“Iya benar. Tidak hanya mencegah karhut, kami juga berjaga di Bintangot untuk melindungi hutan dari para pemburu satwa liar,” ungkapnya.
.
#sobatCiremai, mari cegah kebakaran hutan dengan tidak ‘bermain’ api di dekat kawasan hutan.
.
[Teks © Polhut, Foto © Koeszky -BTNGC|092020]