PERTANIAN SEHAT
Gunung Ciremai salah satu kawasan konservasi yang belum tergali secara maksimal sebagai sumber plasma nutfah. Plasma nutfah adalah subtansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Kawasan konservasi sebagai penyedia plasma nutfah menyediakan berbagai kebutuhan penyangga kehidupan berupa flora, fauna serta mikroorganisme yang dapat dipergunakan setiap saat ketika hasil budidaya mengalami kegagalan dalam menyokong kehidupan manusia.
Potensi keanekaragaman floradan fauna TNGC termasuk sangat tinggi, data Balai TNGC menunjukan : tumbuhan tingkat pohon sebanyak 279 spesies, Mamalia 55 spesies, burung 215 spesies, amfhibi 26 spesies, Reptil 49 spesies, insect 25 spesies, pisces 25spesies, mullusca 48 spesies, anggrek 115 spesies, tumbuhan obat 54 spesies anggrek 115 spesies. Data dan informasi tersebut belum mencerminkan keseluruhan keragaman jenis flora dan fauna karena masih terus ditemukan hal-hal yang baru. Hal-hal yang baru ditemukan dalam kawasan TNGC adalah mikroorganisme, Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil biasanya meliputi bakteri, virus, jamur, algae, protozoa dan lain-lain. Penggunaan mikroorganisme dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, saperti bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan.
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) telah melakukan eksplorasi sumberdaya biologi untuk mendukung lingkungan sehat daerah penyangga bersama masyarakat, kelanjutan kegiatan tersebut yaitu pembuatan dan pengujian laboratorium formula pertanian sehat. Kegiatan pembuatan dan pengujian laboratorium formula pertanian sehat merupakan kegiatan untuk memproduksi mikroorganisme yang baik dan telah di uji coba di laboratorium untuk kegiatan pertanian sehat. Pembuatan formula pertanian sehat merupakan kegiatan pembuatan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme yang unggul, bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga hasil pertanian akan meningkat baik mutu maupun jumlah hasil panennya. Pengujian laboratorium formula pertanian sehat adalah proses yang dilakukan di laboratorium dalam menguji mikroorganisme sehinga mikroorganisme tersebut dapat bermanfaat dan berguna dalam kegiatan pertanian sehat.
Pembuatan dan Pengujian Formula Pertanian Sehat ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan eksplorasi sumberdaya biologi untuk mendukung lingkungan sehat daerah penyangga bersama masyarakat, yang mengumpulkan 37 sampel yang selanjutnya sampel tersebut di uji coba klinik Laboratorium Klinik Poteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Setelah Hasil isolasi, uji hemolisis dan uji hipersensitif menghasilkan tiga kelompok mikrob berguna bagi tanaman yaitu 1. Cendawan Hirsutella sp dan Lecanicillium sp. merupakan cendawan patogen serangga hama khususnya kelompok wereng dan kutu-kutuan. 2. Isolat bakteri pemacu pertumbuhan (PGPR).
Bakteri PGPR yang dihasilkan yaitu AKbr, AKs dan C71. Bakteri PGPR terbaik adalah Isolat C71 dari tanah perakaran bambu, yang meningkatkan panjang akar bibit tomat 42.35 % dan meningkatan daya kecambah sebesar 178 %.
Pengujian in vivo mengghasilkan isolat bakteri yang paling efektif dalam menekan dampak frost bagi tanaman, yaitu PGMJ 1 (asal Kemlandingan Gunung) dan A1 (asal Anggrek Vanda sp.), keduanya dengan tingkat keefektivan 66.67%.
Sedangakan untuk Cendawan Hirsutella sp dan Lecanicillium sp. merupakan cendawan patogen serangga hama khususnya kelompok wereng dan kutu-kutuan belum di uji coba di karenakan memerlukan waktu penelitian yang panjang.
Hasil pengujian dan pembuatan formula khususnya bakteri PGPR diuji cobakan pada lahan masyarakat di desa penyangga TNGC yaitu Kelompok Tani Bakti Mandiri Desa Bandorasa Kulon Kec. Cilimus Kab. Kuningan pada lahan kering (2 varietas unggulan Cabe dan Tomat), dan Kelompok Fajar Agung Mandiri Desa Bantaragung Kec. Sindangwangi Kab. Majalengka pada lahan basah (varietas unggulan Padi).
Hasil ujicoba di lahan demplot pertanian Desa Bandorasa Kulon menunjukan bahwa penggunaan Bakteri PGPR (C71) yang berasal dari tanah perakaran bambu dikawasan TNGC pada bibit cabe rawit, dapat meningkatkan pertumbuhan panjang akar, tinggi tanaman dan panjang daun, bila dibandingkan dengan bibit cabe rawit control yang masih menggunakan pupuk kimia buatan . Begitu pula di lahan basah demplot pertanian Desa Bantaragung menunjukan bahwa penggunaan Bakteri PGPR (C71) yang berasal dari tanah perakaran bambu dikawasan TNGC pada bibit padi dapat meningkatkan jumlah malay dan otomatis jumlah bulir padi jadi bertambah..