Kuningan – Yayasan Pusat Informasi Lingkungan (PILI – Green Network) bekerjasama dengan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field berhasil menemukan spesies ‘Leptophryne cruentata’ atau Kodok merah dalam kegiatan survey biodiversitas di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremei (TNGC).
Penemuan spesies kodok dengan ukuran 2,5 – 4 cm yang oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah dikategorikan “Critically Endangered” ini sangat penting bagi dunia, terlebih di Indonesia sebab ini menjadi “new record” pencatatan baru keberadaan Kodok merah di Propinsi Jawa Barat, khususnya di TNGC.
Koordinator tim survey dan juga Direktur PILI, Iwan Setiawan mengatakan bahwa temuan ini terjadi saat tim survey bersama petugas TNGC melakukan kegiatan survey biodiversitas di kawasan TNGC. Tepatnya, di hari pertama survey pada tanggal 8 – 9 November 2013, ketika tim melakukan survey di resort Cigugur, tepatnya di area Curug Cisurian dan Cilutung.
”Pada survey ini ditemukan kodok merah sebanyak 22 individu dewasa di Curug Cisurian dan 11 di Curug Cilutung pada ketinggian 1.200 – 1.300 m dpl.” ungkap Bayu Pramitama Saputro, tenaga ahli herpetofauna. Lanjutnya “tim juga menemukan berudu dalam jumlah yang melimpah pada kondisi vegetasi dengan aliran sungai yang masih baik dan dapat mendukung kehidupannya.
Konfirmasi hasil temuan ini juga diperkuat oleh Arief Tajali, Asisten Laboratorium Konservasi Satwa Liar, IPB yang terlibat dalam tim survey, menegaskan bahwa spesies ini benar-benar kodok merah dengan temuan sebaran lokasi baru di TNGC.
Temuan baru kodok merah di TNGC memperkaya temuan sebaran spesies endemik Jawa Barat ini. Dalam kurun 10 tahun terakhir, keberadaan kodok merah banyak diinformasikan dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Lokasi favorit yang sangat terkenal dan mudah dijumpai di kawasan TNGGP adalah Curug Cibeureum-Cibodas dan Rawa Denok. Selanjutnya di tahun 2012 ditemukan di Curug Cibereum-Salabintana oleh petugas fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), TNGGP. Selain di kawasan TNGGP, keberadaan spesies ini juga dijumpai di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sekitar tahun 2002 di blok Cikeris.
Kepala Balai TNGC, Ir Dulhadi mengatakan temuan ini membawa kabar gembira dan menjadi momen penting untuk memperkuat kebijakan kami dalam membangun pusat konservasi di area temuan kodok merah di Ipukan, Resort Cigugur. Kebijakan ini juga didukung oleh Zaini Rakhman selaku Ketua Jaringan RAIN (Raptor Indonesia) yang terlibat pula dalam tim survey ini.
Lebih lanjut Dulhadi menjelaskan bahwa temuan Kodok merah ini memperkuat potensi keberadaan spesies penting dan terancam kepunahan seperti Elang jawa, Surili, Lutung, Macan tutul, Sero ambrang, 14 jenis anggrek yang termasuk dalam CITES Appendiks II, dan 2 spesies Vanda spp., yaitu Vanda tricolor dan Vanda tricolor var. suavis. Kedua spesies ini merupakan anggrek potensial dan bernilai ekonomis tinggi. Menurutnya pula, area tersebut merupakan area yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan bagian penting dari fungsi kawasan TNGC dalam mendukung layanan jasa lingkungan air
Pada kegiatan survey ditemukan 37 spesies mamalia, 112 spesies burung, 60 spesies herpetofauna dan 70 spesies anggrek.
Secara Administratif, kawasan TNGC dengan luas 15.500 ha mencakup Kabupaten Kuningan (25 desa, 7 kecamatan) dan Kabupaten Majalengka (20 desa, 7 kecamatan).
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Dirjen PHKA, Kementerian Kehutanan RI mengaku temuan lokasi baru kodok merah di TNGC membawa angin segar bagi dunia konservasi nasional dan internasional, mengingat sebaran kodok merah yang sangat terbatas.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan yang dijalankan di TNGC ini tidak terlepas dari dukungan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field (PEP Subang). “Ini merupakan upaya kami untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan sejalan dengan kegiatan operasi ramah lingkungan yang kami laksanakan” ujar PEP Subang Field Manager, Defrian Basya. Selain di wilayah TNGC, Pertamina EP Subang Field juga melaksanakan program konservasi Owa Jawa bekerjasama dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Owa Jawa.