Pengertian konservasi telah dibahas pada tulisan sebelumnya sehingga tidak perlu dijabarkan lagi disini.
Upaya memasyarakatkan pemahaman konservasi kepada masyarakat sekitar kawasan TNGC telah dilakukan sejak berubahnya fungsi hutan lindung gunung ciremai menjadi taman nasional pada tahun 2004 sampai dengan hari ini. Berbagai upaya dilakukan mulai dari pengumpulan para kepala desa, tokoh masyarakat dan instansi terkait guna menyebarkan tentang pemahaman konservasi.
Rupanya selama hampir 11 tahun upaya itu hanya baru dipahami sepenggal-penggal tanpa pemahaman yang jelas. Lebih parahnya lagi para pihak terkait tersebut yang pernah mendapatkan pemahaman konservasi, belum meneruskan informasi tersebut kepada lingkungan sekitarnya sehingga menciptakan pemahaman yang kabur dan bias. Hal ini mengakibatkan terciptanya opini konservasi yang keliru.
Setidaknya ada 3 opini keliru konservasi yang populer dikalangan masyarakat :
- Tidak diperkenankannya aktivitas masyarakat didalam kawasan konservasi terutama dalam hal pengolahan tanah negara menjadi lahan pertanian sayuran dan tanaman perkebunan. Hal ini dianggap sebagai pemicu kemunduran kesejahteraan masyarakat sekitar gunung ciremai.
- Satwa seperti babi hutan dan monyet turun mencari makanan ke ladang masyarakat sehingga terjadi konflik antara manusia dan satwa. Hal ini dianggap rusaknya kelestarian gunung ciremai.
- Debit air berkurang pasca berubahnya fungsi hutan lindung menjadi taman nasional
Fakta yang sebenarnya adalah :
- Pengolahan kawasan konservasi menjadi lahan pertanian dan tanaman perkebunan adalah hal yang tidak sesuai dengan fungsi konservasi. Pertanian dan perkebunan memiliki kawasan tersendiri. Adapun tanaman yang diperbolehkan dalam kawasan konservasi yaitu tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu diantaranya Durian, Petai, Ketapang yang berdasarkan Permenhut No. 35 tahun 2007. Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai melalui sektor wisata. Saat ini pengelolaan wisata berbasis pemberdayaan masyarakat yang berhasil dapat dilihat di wisata pendakian. Tidak menutup kemungkinan bahwa wisata non pendakian pun dapat mencapai hasil yang sama.
- Salah satu indikator pulihnya ekosistem kawasan konservasi TNGC adalah meningkatnya populasi satwa. Selain itu rehabilitasi secara suksesi alam memegang peranan penting dalam pemulihan ekosistem pasca berakhirnya perambahan.
- Pasca keberhasilan penurunan perambah hutan, dilaksakanlah rehabilitasi hutan melalui campur tangan manusia dan suksesi alam. Kawasan non tegakan secara perlahan menjadi hutan kembali. Dengan terbentuknya hutan kembali tentunya debit air semakin melimpah.