BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu jasa lingkungan terpenting dari kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) adalah air, yang merupakan output dari fungsi ekologi kawasan dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat sekitarnya. Air di kawasan TNGC berguna langsung sebagai air konsumsi dan keperluan rumah tangga serta menghasilkan barang dan jasa dalam bentuk industri air bersih yang dikelola secara komersial oleh beberapa badan usaha di daerah sekitar kawasan.
Pemanfaatan air di kawasan TNGC perlu mendapat perhatian karena hal ini merupakan “core bussines” kawasan selain wisata dan panas bumi dan menyangkut hajat hidup masyarakat luas. Potensi sumber mata air yang ada di kawasan TNGC menjadikan gunung ciremai sebagai salah satu “menara air” yang potensial di Jawa Barat. Fungsi hidrologis kawasan sebagai suplai air bersih dan pengatur tata air bagai masyarakat di 5 wilayah administratif yaitu Kuningan, Majalengka, Cirebon, Indramayu, dan Brebes.
Seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan berbagai jenis usaha masyarakat disekitar kawasan konservasi maka pemanfaatan air dari dalam kawasan cenderung meningkat, seperti halnya di sekitar kawasan TNGC. Berkenaan dengan semakin berkembangnya model pemanfaatan air di kawasan konservasi tersebut maka diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Salah satu amanat peraturan tersebut adalah tersedianya data sumber air di dalam kawasan baik yang sudah dimanfaatkan ataupun belum, dan data tersebut harus di monitoring secara periodik. Untuk itu sebagai tindak lanjut dari kegiatan monitoring sumber air sebelumnya dan menjalankan amanat peraturan di atas, maka tahun ini dilakukan kegiatan monitoring potensi sumberdaya air lingkup kawasan TNGC.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah monitoring dan updating potensi sumberdaya air di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang dimanfaatkan oleh masyarakat maupun oleh pihak lain. Sedangkan tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah mengukur data debit air dikawasan Taman Nasional Gunung Ciremai serta updating data sumber air yang belum dimonitoring pada tahun sebelumnya.
1.3. Sasaran, Output dan Outcome
Sasaran kegiatan ini adalahpotensi sumber air di dalam kawasan TNGC dan sumber air baru yang belum dimonitoring pada tahun sebelumnya. Output fisik dari kegiatan ini adalah terkumpulnya data-data potensi sumber air di dalam kawasan TNGC. Sedangkan outcome dari kegiatan ini adalah pemanfaatan air yang optimal sesuai dengan kapasitas ekologis kawasan TNGC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jasa Lingkungan Air
Pengertian jasa lingkungan adalah keseluhan konsep system alam yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan dari proses alam yang bekerja dalam ekosistem tertentu dan memberikan hasil berupa fungsi ekologi yang bermanfaat bagi makhluk hidup baik tumbuhan, hewan dan manusia. Penyedia jasa lingkungan yang paling produktif adalah hutan sebagai satu kesatuan ekosistem alam yang menghasilkan berbagai produk kayu dan non kayu serta manfaatnya sebagai penjaga siklus serta distribusi air di bumi. Kecenderungannya hutan-hutan penyedia jasa lingkungan adalah kawasan konservasi yang memeiliki ekosistem alam utuh dan beragam dibandingkan dengan hutan untuk penggunaan lain (Haryanto, 2012).
Menurut Wunder (2005), produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi dalam 4 kategori yaitu :
1). Penyerap dan penyimpan carbon (carbon sequestration and storage);
2). Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection);
3). Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection);
4). Keindahan bentang alam (landscape beauty);
Dalam konteks jasa lingkungan air, hutan (khususnya kawasan konservasi) menyediakan ekosistem alam untuk : memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan erosi; mengatur aliran dan supplay air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya; mencegah dan mengurangi bencana akibat air seperti banjir; menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau (ESP-USAID, 2006). Jasa lingkungan air banyak dijadikan alasan utama ataupun dasar pertimbangan dalam upaya konservasi atau pelestarian alam. Sepertihalnya beberapa contoh yaitu: 1). Gunung Pangrango sebagai cagar biosfer untuk melindungi daerah tangkapan dan supply air untuk wilayah Jakarta, Bogor, Puncak, Sukabumi dan Cianjur, dan 2). Alih fungsi kawasan Gunung Ciremai menjadi taman nasional adalah pertimbangan fungsi ekologis kawasan yang merupakan daerah resapan air dengan produktifitas yang sangat tinggi untuk supply air di daerah Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Brebes.
2.2. Peraturan Pemanfaatan air di kawasan konservasi
Perkembangan pemanfaatan air di kawasan konservasi cenderung meningkat dalam kurun waktu 5 – 6 tahun terakhir, meskipun belum ada peraturan perundangan yang mengatur. Bahkan, Kementerian Kehutanan, saat itu Departemen Kehutanan, belum betul-betul sigap dalam menyikapinya, meskipun telah diberikan ruang oleh UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Selama tahun 2008 hingga 2012, pelayanan pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan konservasi hanya diakomodir melalui mekanisme kerjasama. Ini diatur melalui Surat Edaran Dirjen PHKA No. SE.3/IV-Set/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air di Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.
Selanjutnya melihat trend dan permintaan pemanfaatan air di kawasan konservasi semakin meningkat maka diwujudkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Apabila kita menilik Pasal 40 ayat 2, jelas sekali diamanatkan bahwa pemanfaatan air dan energi air diatur melalui peraturan yang lebih operasional, yaitu peraturan Menteri. Namun demikian peraturan tersebut di atas dirasa belum optimal mengatisipasi permasalahan teknis dalam pemanfaatan air di kawasan konservasi terkait kriteria dan indikator pemanfaatan air serta mekanisme kewajiban yang dibebankan pada pemanfaat.
Dalam perkembangannya, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 kemudian diterjemahkan kedalam peraturan yang lebih operasional dan implementatif, yaitu Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam yang ditetapkan pada tanggal 3 Desember 2013. Peraturan tersebut merupakan jawaban yang selama sembilan tahun ini ditunggu, terutama sejak lahirnya UU No. 7 tahun 2004. Dalam Pasal 25 Ayat 2 UU No. 7 tahun 2004 diamanatkan bahwa pengaturan konservasi sumber daya air yang berada di dalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan diatur tersendiri.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 tersebut kemudian ditindaklanjuti melalui Surat Edaran Dirjen PHKA Nomor SE. 01/IV-PJLKKHL/2014 tentang Izin Pemanfaatan Air (IPA) dan Izin Pemanfaatan Energi Air (IPEA), serta Pertimbangan Teknis untuk Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Untuk itu dengan terbitnya kedua peraturan di atas, maka mekanisme operasional serta implementatif pemanfaatan air di kawasan konservasi dapat segera diwujudkan.
2.3. Pengukuran potensi sumberdaya air
Ada beberapa metode dalam pengukuran debit air suatu sungai atau sumber air di dalam kawasan, mulai dari metode yang cukup sederhana (menggunakan alat-alat sederhana) sampai dengan menggunakan metode yang cukup rumit dan mahal (menggunakan alat manual dan automatik).
Bagi petugas di lapangan (petugas resort/pejabat fungsional), metode pengukuran debit air secara sederhana dapat membantu mempermudah pengambilan data debit air suatu sumber mata air yang ada di dalam kawasan. Karena seperti diketahui bersama, terkadang petugas lapangan tidak cukup dilengkapi dengan alat-alat pengukuran debit air. Akan tetapi dengan segala keterbatasan tersebut petugas lapangan tetap dapat melakukan pengukuran dan data tersebut tetap valid. Berikut ini uraian metode pengukuran secara secara sederhana beserta cara perhitungannya :
- Pengukuran debit air dengan Metode Tampung
Metoda ini dilakukan untuk pengukuran sumber mata air yang tidak menyebar dan bisa dibentuk menjadi sebuah terjunan (pancuran).Alat yang diperlukan dalam pengukuran debit dengan metoda ini:
- Alat tampung dapat menggunakan botol air mineral untuk volume 1,5 liter atau alat tampung lain seperti ember/baskom yang telah diketahui volumenya.
- Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang dilengkapi dengan stop watch.
- Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:
- Siapkan alat tampung yang sudah diketahui volumenya.
- Bentuk aliran sebagai pancuran atau terjunan (untuk memudahkan pengukuran, aliran air sumber dapat dibendung kemudian aliran air disalurkan menggunakan bambu, potongan pipa, dll).
- Diperlukan 3 (tiga) orang untuk melakukan pengukuran. Satu orang untuk memegang alat tamping, satu orang bertugas mengoperasikan stop watch, dan orang ketiga melakukan pencatatan.
- Proses dimulai dengan aba-aba dari orang pemegang stop watch pada saat penampungan air dimulai, dan selesai ketika alat tampung sudah terisi penuh. Waktu yang diperlukan mulai dari awal penampungan air sampai terisi penuh dicatat (T) dalam form pengukuran. Pengukuran dilakukan 5(lima) kali (untuk mengoreksi hasil pengukuran), dan hasil pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nila T rata-rata.Waktu rata-rata merupakan hasil pembagian antara Jumlah total waktu pengukuran dengan jumlah pengulangan pengukuran.
S Waktu
T rata-rata = ——–
n
dimana :
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)
S Waktu = Total Waktu Pengukuran
n = Pengulangan Pengukuran
Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran dengan kecepatan (v) aliran air.
Q= A.V |
dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
- Pengukuran debit air dengan Metoda Apung
Metoda ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan (terapung) untuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka. Biasanya dilakukan pada sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform). Pengukuran dilakukan oleh 3(tiga) orang yang masing- masing bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai batas titik tertentu (finish), sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan benda terapung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit air dengan Metoda Apung:
- Bola pingpong atau bisa diganti dengan benda lain yang ringan (gabus, kayu kering, dll)
- Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/hand phone) yang dilengkapi dengan stop watch
- Alat ukur panjang (meteran atau tali plastic yang kemudian diukur panjangnya dengan meteran).
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:
- Pilih bagian aliran yang tenang dan seragam, hindari aliran yang memiliki pusaran air.
- Tentukan dulu panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal (start) dan akhirnya (finish). (catat dalam form pengukuran).
- Bersihkan bagian aliran tersebut dan bentuklah menjadi aliran yang lurus dengan penampang aliran yang memiliki kedalaman yang relatif sama .
- Bagilah panjang saluran/lintasan menjadi beberapa bagian (misal 5 bagian/titik), ukur lebar sungai (L) pada titik-titik tersebut; dan ukur juga kedalamannya (H) pada bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran. Kemudian hitung masing-masing rata-ratanya. (catat dalam formulir pengukuran)
- Hitung luas penampang (A) rata-rata seperti dalam formulir pengukuran.
- Gunakan benda apung (bola pingpong, kayu kering, gabus, dll) yang dapat mengalir mengikuti aliran air dan tidak terpengaruh angin.
- Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (start) bersamaan dengan menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda stop) pada titik akhir lintasan (finish) dan hitung waktunya (T).
- Ulangi pengukuran waktu tempuh 5 kali ulangan.
- Catat waktu tempuh benda apung dan hitung waktu rata-ratanya.
- Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A) dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
- Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus
Luas penampang (A) merupakan hasil perkalian antara Lebar rata-rata (L) saluran/aliran dengan Kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran air.
A = L rata-rata x H rata-rata
dimana :
A = Luas Penampang (m2)
L rata-rata = Lebar rata-rata (meter)
H rata-rata = Kedalaman rata-rata (meter)
Panjang saluran/lintasan pengukuran (P) = — meter (Panjang lintasan harus tetap)
Kecepatan (v) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi dengan waktu rata-rata (T rata-rata).
P
V = ————
T rata-rata
dimana :
V = Kecepatan (meter/detik)
P = Panjang saluran (meter)
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)
Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran dengan kecepatan (v) aliran air.
Q = A.V |
dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
Konversi satuan :1 M3 = 1000 Liter
1 Liter = 0,001 M3 Contoh : 0,632 M3/detik = 632 Liter/detik |
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatanmonitoringpotensi sumberdaya air dilaksanakan secara menyeluruh di 11 (sebelas) resort wilayah di SPTN I dan II oleh staf Balai TNGC sesuai SPT (terlampir) dengan tatawaktu pelaksanaan sebagai berikut :
Tabel 1. Lokasi Kegiatan Monitoring SDA Tahun 2016
No. |
Wilayah |
Tata Waktu |
Sumber Mata Air |
|
I. |
SPTN Wilayah I Kuningan | |||
1. |
Resort Pasawahan | 22 – 23 April 2016 |
|
|
2. |
Resort Mandirancan | 20 – 21 April 2016 |
|
|
3. |
Resort Cilimus | 22 – 23 April 2016 |
|
|
4. |
Resort Jalaksana | 20 – 21 April 2016 |
|
|
5. |
Resort Cigugur | 22 – 23 April 2016 |
|
10. Curug mangkok |
6. |
Resort Darma | 20 – 21 April 2016 |
|
|
II. | SPTN Wilayah II Majalengka | |||
7. |
Resort Bantaragung | 25 – 26 April 2016 |
|
|
8. |
Resort Gunungwangi | 20 – 21 April 2016 |
|
|
9. |
Resort Argalingga | 22 – 23 April 2016 |
|
|
10. |
Resort Argamukti | 20 – 21 April 2016 |
|
|
11. |
Resort Sangiang | 22 – 23 April 2016 |
|
3.2. Metode Pelaksanaan
Pengukuran debit air menggunakan metode apung dengan alat bantu bola pingponguntuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka. Pengukuran dilakukan oleh 3 (tiga) orang yang masing- masing bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir. Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan bola pingpong dari suatu titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai batas titik tertentu (finish) kemudian dicatat waktu tempuhnya.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
- Bola pingpong sebagai alat bantu terapung untuk mengukur kecepatan air.
- Stop watch sebagai alat ukur waktu .
- Meteran dan tali plastik untuk mengukur panjang lintasan.
- GPS sebagai alat navigasi dan pencatat koordinat.
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:
- Menentukan panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal (start) dan akhirnya (finish).
- Membagi panjang saluran/lintasan menjadi beberapa bagian (misal 5 bagian/titik), mengukur lebar sungai (L) pada titik-titik tersebut; dan mengukur kedalamannya (H) pada bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran.
- Menghitung luas penampang (A) rata-rata seperti dalam formulir pengukuran.
- Menghanyutkan bola pingpong untuk mengkur kecepatan aliran air.
- Mencatat waktu tempuh dengan 10 kali ulangan.
- Menghitung kecepatan (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A) dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
- Menghitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus
Luas penampang (A) merupakan hasil perkalian antara Lebar rata-rata (L) saluran/aliran dengan Kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran air.
A = L rata-rata x H rata-rata
dimana :
A = Luas Penampang (m2)
L rata-rata = Lebar rata-rata (meter)
H rata-rata = Kedalaman rata-rata (meter)
Kecepatan (v) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi dengan waktu rata-rata (T rata-rata).
P
V = ————
T rata-rata
dimana :
V = Kecepatan (meter/detik)
P = Panjang saluran/lintasan harus tetap (meter)
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)
Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran dengan kecepatan (v) aliran air.
Q = A.V |
dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
BAB IV
HASIL KEGIATAN
Kegiatan monitoring potensi sumberdaya air di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) tahun 2016 ini difokuskan pada sumber mata air (SMA) yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK.43/IV-SET/2015 tentang Penetapan Areal Pemanfaatan Air dan Energi Air pada Taman Nasional Gunung Ciremai; dan SMA di luar SK.43/IV-SET/2015 yang berada di dalam kawasan TNGC baik yang telah dimonitoring pada tahun-tahun sebelumnya sekaligus inventarisasi SMA baru yang belum pernah dilakukan kegiatan monitoring sebelumnya. Uraian hasil kegiatan monitoring potensi sumberdaya air tahun 2016 adalah sebagai berikut:
- I. Monitoring Sumber Mata Air Berdasarkan SK Dirjen PHKANomor: SK.43/IV-SET/2015
Sumber mata air sesuai dengan SK.43/IV-SET/2015 berjumlah total 106 sumber air yang tersebar di wilayah SPTN Wilayah I Kuningan sebanyak 68 lokasi dan di SPTN Wilyah II Majalengka sebanyak 38 lokasi sumber air.Sebagian besar lokasi sumber air berada pada zona pemanfaatan TNGC (99 sumber air) dan lainnya berada pada zona Religi, Budaya dan Sejarah (7 lokasi di SPTN Wilayah I Kuningan).Hasil monitoring pada lokasi-lokasi sumber air tersebut ditujukan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2. Hasil Monitoring Debit Air pada SMA sesuai SK.43/IV-SET/2015
NO |
Sumber Mata Air (SMA) |
Zona |
Resort |
DEBIT AIR (liter/detik) |
Keterangan |
|
A |
SPTN Wilayah I Kuningan | |||||
1 |
Curug Tajug |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
21,41 |
– | |
2 |
Cipari |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
147,51 |
– | |
3 |
Cipujangga |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
183,00 |
– | |
4 |
Paniis |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
450,91 |
– | |
5 |
Hulu dayeuh |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
0,88 |
– | |
6 |
Telaga Bogo |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
3,5 |
– | |
7 |
Telaga Nilem |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
151,32 |
– | |
8 |
Telaga remis |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
488,14 |
– | |
9 |
Ciceureum |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
321,43 |
– | |
10 |
Cileutik |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
0 |
Berada di luar kawasan | |
11 |
Cibuluh |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
41,19 |
– | |
12 |
Cibolerang |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
81.33 |
– | |
13 |
Telaga Deleg |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
0 |
Kering | |
14 |
Cigoong |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
0 |
Berupa pipa 4 inci tertutup sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran | |
15 |
Cigimpur |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
157,38 |
– | |
16 |
Batu arca |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
2,70 |
– | |
17 |
Situ Tespong |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
0,00 |
Sumber air berada di luar kawasan | |
18 |
Sibubur |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
11,61 |
– | |
19 |
Cisamaya |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
251,52 |
– | |
20 |
Cikole |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
116,78 |
– | |
21 |
Gajah Nunggal |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Pasawahan |
0 |
Pipa tertutup, tidak dapat dilakukan pengukuran | |
22 |
Gajah Putih |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Pasawahan |
0 |
Berada pada satu kompleks areal dengan satu sumber mata air Cikajayaan | |
23 |
Cikajayaan |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Pasawahan |
120,22 |
||
24 |
Gajah Jambrong |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Pasawahan |
0 |
||
25 |
Kemis |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Pasawahan |
0 |
||
26 |
Telaga Pancar |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Pasawahan |
59,41 |
– | |
27 |
Curug Gongseng |
Pemanfaatan |
Pasawahan |
0 |
Berada di luar kawasan (Cibuntu) | |
28 |
Ciayakan |
Pemanfaatan |
Mandirancan |
0 |
Saluran dari MA. Ciayakan dan MA. Panandaan menjadi satu dgn aliran dari MA. Cigorowong | |
29 |
Cibulakan |
Pemanfaatan |
Mandirancan |
57,09 |
– | |
30 |
Cigorowong |
Pemanfaatan |
Mandirancan |
338,09 |
– | |
31 |
Sigedong |
Pemanfaatan |
Mandirancan |
9,3 |
– | |
32 |
Kikuwu |
Pemanfaatan |
Cilimus |
15,5 |
– | |
33 |
Manggong |
Pemanfaatan |
Cilimus |
53,32 |
– | |
34 |
Cibeureum |
Pemanfaatan |
Cilimus |
75,34 |
– | |
35 |
Cikuda |
Pemanfaatan |
Cilimus |
113,79 |
– | |
36 |
Cigintung |
Pemanfaatan |
Cilimus |
0 |
Berada di luar kawasan | |
37 |
Curug Ceret |
Pemanfaatan |
Cilimus |
207,97 |
– | |
38 |
Hulu Ciawi |
Pemanfaatan |
Cilimus |
22,50 |
– | |
39 |
Cikacu |
Pemanfaatan |
Cilimus |
75,00 |
– | |
40 |
Ciwaruling |
Pemanfaatan |
Cilimus |
0 |
Hilang karena longsor | |
41 |
Cibunar |
Pemanfaatan |
Cilimus |
21,01 |
– | |
42 |
Kopi Bojong |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
118,06 |
Lokasi mata air secara administrasi termasuk wilayah Cigugur | |
43 |
Kopi Cigugur |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
2,97 |
||
44 |
Cimanceung Hulu |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
205,00 |
Merupakan satu aliran dan satu sumber mata air dari Cimanceung | |
45 |
Cimanceung Hilir |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
|||
46 |
Kopi Sereh |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
0 |
Kering | |
47 |
Ceng Alin |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
240,96 |
Nama lain Balong Dalam | |
48 |
Blok Salam |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
13,08 |
Nama lain Saladaher | |
49 |
Sumur Galing |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
9,76 |
– | |
50 |
Cadas Belang |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
37,93 |
– | |
51 |
Cibalukbuk |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
2,25 |
– | |
52 |
Situ Sumur 7 |
Religi, Budaya dan Sejarah |
Jalaksana |
210,33 |
berada dalam satu areal obyek wisata Cibulan | |
53 |
Situ Batu Gajah |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
49,02 |
||
54 |
Lembah Cilengkrang |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
310,64 |
Cilengkrang I dan II | |
55 |
Saladaher |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
0 |
nama lain dari mata air Blok Salam | |
56 |
Hulu Cigugur |
Pemanfaatan |
Jalaksana |
97,94 |
– | |
57 |
Talaga Surian |
Pemanfaatan |
Cigugur |
14,00 |
belum ada data | |
58 |
Cewe Randa |
Pemanfaatan |
Cigugur |
43,85 |
– | |
59 |
Cibunian |
Pemanfaatan |
Cigugur |
75,36 |
– | |
60 |
Curug Mangkuk |
Pemanfaatan |
Cigugur |
487,31 |
– | |
61 |
Kopi Paderek |
Pemanfaatan |
Cigugur |
27,4 |
nama lain Silutung/ Cisurian | |
62 |
Curug Putri |
Pemanfaatan |
Cigugur |
0,00 |
Satu aliran dengan curug mangkuk | |
63 |
Cigowong |
Pemanfaatan |
Cigugur |
92,99 |
sungai | |
64 |
Gunung Cikanaga |
Pemanfaatan |
Cigugur |
46,12 |
– | |
65 |
Citampian |
Pemanfaatan |
Darma |
15,73 |
nama lain Cigunung | |
66 |
Hulu cai ciacra |
Pemanfaatan |
Darma |
50,2 |
– | |
67 |
Palasari |
Pemanfaatan |
Darma |
40,09 |
– | |
68 |
Lamping pasang |
Pemanfaatan |
Darma |
70,69 |
– | |
TOTAL DEBIT KUNINGAN (L/dtk) |
5.860,83 |
|||||
B |
SPTN Wilayah I Majalengka | |||||
69 |
Leles |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
158,81 |
nama mata air adalah Cimanggung | |
70 |
Cipeuteuy |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
2,54 |
– | |
71 |
Cirumput |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
253,63 |
– | |
72 |
Ciwaringin |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
201,11 |
– | |
73 |
Ciwaru |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
480,56 |
nama lain Batu Badak | |
74 |
Gunung Larang |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
6,67 |
– | |
75 |
Cikadondong |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
83,33 |
– | |
76 |
Situhiang |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
17,5 |
– | |
77 |
Awi Lega |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
3,53 |
nama lain Ciawi Lega | |
78 |
Panyusupan |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
0 |
kering | |
79 |
Cibonteng |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
241,38 |
nama lain Ciwaru 2 | |
80 |
Kalipa |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
3,19 |
belum ada data | |
81 |
Lingga |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
3,3 |
belum ada data | |
82 |
Ciwaru 2 |
Pemanfaatan |
Bantaragung |
0 |
nama lain Cibonteng (satu aliran air) | |
83 |
Cikeruh |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
0 |
Berupa sungai besar | |
84 |
Curug Sawer |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
0 |
Satu aliran dari mata air Cipada | |
85 |
Legok Gorah |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
16,07 |
– | |
86 |
Sangiang Kendi |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
59,54 |
– | |
87 |
Begog |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
6,82 |
– | |
88 |
Cigimpur |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
181,13 |
– | |
89 |
Cikarikil |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
10,38 |
– | |
90 |
Cilame/Cibiuk |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
12,91 |
– | |
91 |
Gunung Aseupan |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
11,02 |
– | |
92 |
Genden |
Pemanfaatan |
Gunung Wangi |
16,48 |
– | |
93 |
Panten Kaler |
Pemanfaatan |
Argalingga |
168,79 |
Merupakan satu aliran dan satu sumber mata air dari Cipanteun | |
94 |
Panten Kidul |
Pemanfaatan |
Argalingga |
|||
95 |
Cipada Kidul |
Pemanfaatan |
Argalingga |
93,91 |
– | |
96 |
Cipada Kaler |
Pemanfaatan |
Argalingga |
42,82 |
– | |
97 |
Cilongkrang |
Pemanfaatan |
Argamukti |
244,50 |
– | |
98 |
Cisalam |
Pemanfaatan |
Argamukti |
17,40 |
berada di blok Cibuluh | |
99 |
Cikolomberan |
Pemanfaatan |
Argamukti |
355,68 |
– | |
100 |
Caruy |
Pemanfaatan |
Sangiang |
4,83 |
– | |
101 |
Cideres |
Pemanfaatan |
Sangiang |
99,71 |
– | |
102 |
Cibuluh (Cisalam) |
Pemanfaatan |
Sangiang |
0 |
lokasi tidak ditemukan mata air | |
103 |
Gunung Putri |
Pemanfaatan |
Sangiang |
163,9 |
Gabungan dari sumber air Gunung Putri I (58,3 L/dtk) dan II (105,6 L/dtk) | |
104 |
Sawijah |
Pemanfaatan |
Sangiang |
1,94 |
– | |
105 |
Situ Sangiang |
Pemanfaatan |
Sangiang |
0 |
lokasi tidak memungkinkan dilakukan pengukuran langsung di lapangan | |
106 |
Cerem |
Pemanfaatan |
Sangiang |
2,2 |
– | |
TOTAL DEBIT MAJALENGKA (L/dtk) |
2.965,576 |
|||||
TOTAL DEBIT (L/dtk) |
8.826,40 |
Sumber: Olah data primer (2016)
Berdasarkan hasil seperti tercantum pada tabel 2, menunjukkan jumlah sumber air di kawasan TNGC yang masih dapat dimonitoring dan dilakukan pengukuran debit air berjumlah 85 lokasi dengan total debit sebesar 8.826,40Liter/detik. Sedangkan lokasinya lainnya sebanyak 21 lokasi tidak dapat dimonitoring atau dilakukan pengukuran debit air disebabkan faktor-faktor antara lainsebagai berikut:
1) Sumber air telah kering, yaitu SMA Telaga Deleg (R. Pasawahan), SMA Kopi Sereh (R. Jalaksana), dan SMA Panyusupan (R. Bantaragung).
2) Lokasi keluarnya sumber mata air (hulu) berada di luar kawasan TNGC, yaitu SMA Cileutik, SMA Situ Tespong dan SMA Curug Gongseng, seluruhnya berada di resort Pasawahan, dan SMA Cigintung di Resort Cilimus, SPTN Wilayah I Kuningan.
3) Lokasi telah hilang karena longsor yaitu SMA Ciwaruling di Resort Cilimus SPTN Wilayah I Kuningan.
4) Sumber air telah dipasangi pipa tertutup sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran debit air, yaitu SMA Cigoong dan SMA Gajah Nunggal di Resort Pasawahan. Namun kedua lokasi ini masih potensial dimanfaatkan.
5) Beberapa SMA merupakan satu aliran atau satu sumber air yang sama, yaitu:
– SMA Gajah Putih, SMA Gajah Jambrong dan SMA Kemis di Resort Pasawahan, berada pada satu kompleks areal dan berasal dari satu sumber mata air Cikajayaan;
– SMA Ciayakan satu mata aliran dengan SMA Cigorowong (Resort Mandirancan);
– SMA Saladaher merupakan nama lain dari SMA Blok Salam (Resort Jalaksana);
– SMA Curug Putri satu aliran dengan SMA Curug Mangkuk (resort Cigugur);
– SMA Ciwaru 2 satu aliran dengan SMA Cibonteng (Resort Bantaragung);
– SMA Curug Sawer satu mata air dengan SMA Cipada (Resort Gunung Wangi).
6) Lokasi tidak ditemukan mata air, yaitu SMA Cibuluh (Cisalam) di Resort Sangiang
7) Sumber air berada di lokasi yang memiliki topografi terjal/curam sehingga sulit dilakukan pengukuran debit air secara langsung di lapangan, yaitu SMA Situ Sangiang di resort Sangiang.
8) Lokasi berupa sungai berukuran besar, yaitu Cikeruh di Resort Gunung Wangi.
Selain itu, terdapat lokasi sumber air yang pada SK tercatat 2 (dua) lokasi namun sebenarnya merupakan satu lokasi atau satu aliran sumber air, yaitu:
1) SMA Cimanceung Hulu dan SMA Cimanceung Hilir merupakan satu aliran dan satu sumber air dari Cimanceung
2) SMA Panten Kaler dan SMA Panten Kidul merupakan satu aliran dan satu sumber mata air dari Cipanteun.
Berdasarkan hasil pengukuran debit air, diperoleh total debit untuk wilayah SPTN Wilayah I Kuningan sebesar 5.860,83Liter/detik dengan lokasi yang memiliki debit terbesar adalah pada SMA Telaga Remis di Resort Pasawahan (488,14 L/dtk) dan lokasi dengan debit terkecil adalah SMA Cibalukbuk di Resort Jalaksana (2,25 L/dtk). Selengkapnya dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1. Debit air SMA di SPTN Wilayah I Kuningan |
Sedangkan total debit air di SPTN II Majalengka sebesar 2.965,576Liter/detik, denganlokasi yang memiliki debit air terbesar adalah pada SMA Ciwaru di Resort Bantaragung (480,56 L/dtk) dan lokasi dengan debit terkecil adalah SMA Sawijah di resort Sangiang (1,94 L/dtk). Selengkapnya dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini:
Grafik 2. Debit air SMA di SPTN Wilayah IIMajalengka |
- II. Monitoring Sumber Mata Air Diluar SK Dirjen PHKA Nomor: SK.43/IV-SET/2015
Kegiatan monitoring potensi sumberdaya air di kawasan TNGC juga dilakukan pada lokasi-lokasi yang belum tercantum pada SK Dirjen PHKA Nomor: SK.43/IV-SET/2015. Lokasi-lokasi sumber air ini merupakan lokasi yang pernah dimonitoring sebelumnya yaitu pada tahun 2015 dan juga lokasi yang baru diambil datanya pada kegiatan monitoring tahun 2016 ini.Hasil monitoring sumber mata air (SMA) tersebut disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3.Hasil Monitoring Sumber Mata Air diluar SK.43/IV-SET/2015 dan Lokasi baru
NO |
Sumber Mata Air (SMA) |
Zona |
Seksi Wilayah |
Resort |
Debit Air (L/dtk) |
Keterangan |
|
1 |
Panyusupan |
Kuningan |
Pasawahan |
7.26 |
Tahun 2015 dilakukan monitoring pada lokasi ini | ||
2 |
Cikahuripan |
Di luar kawasan TN |
Kuningan |
Pasawahan |
– |
||
3 |
Cimanggu |
Pemanfaatan |
Kuningan |
Mandirancan |
3.77 |
||
4 |
Nini Kadrem |
Pemanfaatan |
Kuningan |
Mandirancan |
11.18 |
||
5 |
Panandaan |
Pemanfaatan |
Kuningan |
Mandirancan |
90.11 |
||
6 |
Kopi cilaja |
Rimba |
Kuningan |
Cigugur |
23.58 |
||
7 |
Cirancak / Tutupan teja |
Pemanfaatan |
Majalengka |
Bantaragung |
44.55 |
||
8 |
Padaherang |
Pemanfaatan |
Majalengka |
Bantaragung |
166.83 |
||
9 |
Cigaruguy |
Rehabilitasi |
Majalengka |
Gunung Wangi |
11.68 |
||
10 |
Karib |
Rehabilitasi |
Majalengka |
Gunung Wangi |
10.65 | ||
11 |
Cimeke |
Rehabilitasi |
Kuningan |
Cigugur |
23.85 |
Lokasi baru dimonitoring tahun 2016 | |
12 |
Cilandak |
Rehabilitasi |
Kuningan |
Cigugur |
28.32 |
||
13 |
Kopi Cipulus |
Inti |
Kuningan |
Cigugur |
45.65 |
||
Total Debit |
467,43 |
Sumber: Olah data primer (2016)
Pada hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 3, terdapat 13 lokasi sumber mata air yang tidak tercantum dalamSK.43/IV-SET/2015 serta SMA yang baru dimonitoring pada tahun 2016 ini.Sebagian besar lokasi terdapat pada SPTN Wilayah I Kuningan yaitu sebanyak9 lokasi SMA, sedangkan di SPTN Wilayah II Majalengka sebanyak 4 lokasi SMA. Hasil pengukuran debit air pada seluruh lokasi SMA berjumlah 467,43Liter/detik.Namun terdapat 1 (satu) lokasi yang rutin dimonitoring namun ternyata berada di luar kawasan TNGC yaitu SMA Cikahuripan, sehingga lokasi sumber air yang potensial dimanfaatkan (diluar lokasi yang tercantum dalam SK.43/IV-SET/2015) berjumlah 12 titik.
III. Sumber Mata Air (SMA) Potensial di Kawasan TNGC
Hasil monitoring potensi sumber daya air dikawasan TNGC yang telah dilakukan padalokasi-lokasi baik yang tercantum pada SK Dirjen SK.43/IV-SET/2015 maupun lokasi lainnya, maka lokasi sumber air di kawasan TNGC yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebanyak 97 lokasi SMA yaitu 85 lokasi menurut SK dan 12 lokasi diluar SK.43/IV-SET/2015. Sebaran sumber air potensial pada masing-masing resort dapat dilihat pada grafik 3 berikut ini:
Grafik 3.Sebaran Lokasi Sumber Air Potensial di Kawasan TNGC Tahun 2016 |
Pada grafik 3 di atas terlihat, lokasi sumber air potensial paling banyak dijumpai pada Resort Pasawahan SPTN Wilayah I Kuningan dan Resort Bantaragung di SPTN Wilayah II Majalengka. Kedua resort ini apabila dilihat letaknya berada di sebelah utara kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan memiliki lokasi sumber air dengan debit air terbesar berdasarkan hasil monitoring per April 2016 ini, yaitu SMA Telaga Remis (Resort Pasawahan) debit air sebesar 488,14 L/dtk, dan SMA Ciwaru (Resort Bantaragung) dengan debit air sebesar 480,56 L/dtk.Total sumber air potensial paling banyak di SPTN Wilayah I Kuningan yaitu berjumlah 62 titik, sedangkan di SPTN Wilayah II Majalengka berjumlah 35 titik. Selengkapnya sebaran sumber mata air potensial di kawasan TNGC dapat dilihat pada Peta terlampir.
- IV. Perbandingan Potensi Sumber Air dengan Monitoring Tahun Sebelumnya
Kegiatan monitoring potensi sumber daya air di kawasan TNGC telah dilakukan sejak tahun 2012 hingga saat ini. Namun berdasarkan data informasi yang ada, tahun 2013 tidak ada kegiatan monitoring air sehingga pada pembahasan kali ini akan membandingkan hasil monitoring air selama 3 tahun terakhir mulai dari tahun 2014 s/d 2016.
Berdasarkan data laporan hasil monitoring tahun 2014 dan 2015 dibandingkan dengan hasil monitoring padatahun 2016 ini, terdapat sedikit peningkatan jumlah lokasi Sumber Mata Air (SMA) yang potensial untuk dimanfaatkan (lihat Grafik 3). Lokasi SMAiniadalah lokasi sumber mata air seluruhnya baik yang tercantum di SK.43/IV-SET/2015 maupun diluar SK. Sedangkan maksud potensial disini adalah lokasi tersebut memiliki sumber air yang dapat dilakukan kegiatan pemanfaatan.
Grafik 3.Jumlah Lokasi Sumber Mata Air Potensial Tahun 2014 s/d 2016 |
Pada Grafik 3 terlihat peningkatan jumlah lokasi sumber air yang berhasil dimonitoring dan diketahui debitnya selama 3 tahun terakhir sebesar 2-5% setiap tahunnya.Hal ini menunjukkan bahwa kawasan TNGC masih perlu digali lagi potensi keberadaan lokasi-lokasi sumber air yang potensial untuk dimanfaatkan.Namun demikian, dilihat dari total debit air pada seluruh lokasi sumber air tahun 2016 dibandingkan tahun 2014 s/d 2016 mengalami penurunan, seperti ditunjukan pada grafik 4 berikut ini:
Grafik 4.Jumlah Total Debit Air Kawasan TNGC Tahun 2014 s/d 2016
Pada grafik 4 terlihat adanya penurunan jumlah total debit air pada tahun 2016 dibandingkan dengan total debit pada tahun 2014 dan 2015. Setelah dilakukan analisis, terdapat beberapa alasan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
1) Kemungkinan pengaruh waktu/musim pada saat pengambilan data debit air;
2) Perbedaan metode/rumus dalam menghitung volume akhir dari debit air;
3) Beberapa lokasi tidak dapat dilakukan pengukuran debit air pada kegiatan monitoring air tahun 2016 ini, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya masih dapat diukur debitnya.
Namun apabila dilihat per lokasi, volume debit pada tiap-tiap lokasi fluktuasi setiap tahunnya artinya ada lokasi yang mengalami penurunan debit air, dan ada juga lokasi yang mengalami kenaikan debit air.Secara keseluruhan, lokasi sumber air yang mengalami kenaikan debit air per April 2016 dibandingkan dengan debit air per September 2015 adalah lebih banyak daripada lokasi yang mengalami penurunan debit air. Seperti terlihat pada Grafik 5 berikut ini:
Grafik 4. Jumlah Lokasi Sumber Airyang Mengalami Penurunan/Kenaikan Debit Air Per April 2016 Dibandingkan dengan Debit Air Per September 2015
Meskipun jumlah lokasi sumber air yang mengalami kenaikan debit lebih banyak dibandingkan lokasi yang debit airnya turun/tetap, namun tetap harus dilakukan pemantauan yang intensif terhadap keberadaan lokasi-lokasi sumber air ini. Pemantauan ini terutama lokasi-lokasi yang mengalamai penurunan debit air selama 3 tahun terakhir ini, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Hasil monitoring potensi sumberdaya air tahun 2016terhadap sumber mata air (SMA) sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen PHKA Nomor: SK.43/IV-SET/2015 menunjukkan hasil sebanyak 85 lokasi berhasil dilakukan pengukuran debit air dengan total debit sebesar 8.826,40Liter/detikdan sebanyak 21 lokasi tidak dapat diketahui debit air disebabkan faktor-faktor sebagai berikut:
- Sumber air telah kering;
- Lokasi keluarnya sumber mata air (hulu) berada di luar kawasan TNGC ;
- Lokasi telah hilang karena longsor;
- Sumber air telah dipasangi pipa tertutup sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran debit air;
- Beberapa SMA merupakan satu aliran atau satu sumber air yang sama;
- Lokasi tidak ditemukan mata air;
- Sumber air berada di lokasi yang memiliki topografi terjal/curam sehingga sulit dilakukan pengukuran debit air secara langsung di lapangan;
- Lokasi berupa sungai berukuran besar.
- Hasil monitoring sumber air di luar lokasi yang tercantum dalam SK Dirjen PHKA Nomor: SK.43/IV-SET/2015 menunjukan jumlah lokasi yang potensial untuk dimanfaatkan sebanyak 12 lokasi sumber air dengan total debit(per April 2016) sebesar 467,43Liter/detik.
- Lokasi sumber air yang potensial dimanfaatkan di kawasan TNGC seluruhnya berjumlah 97 titik dengan total debit air (per April 2016) sebesar 9.293,84Liter/detik.
5.2. SARAN
- Untuk mendapatkan data series yang akurat, kegiatan ini perlu direncanakan dan dilakukan secara periodik dengan tata waktu yang sama setiap tahunnya.
- Perlu dilakukan evaluasi dan revisi Surat Keputusan Dirjen PHKA Nomor: SK.43/IV-SET/2015 tentang Penetapan Areal Pemanfaatan Air dan Energi Air Pada Taman Nasional Gunung Ciremaidengan catatan sebagai berikut:
- Lokasidikeluarkan dari SK yaitu untuk lokasi yang:
– berada di luar kawasan TNGC yaitu SMA Cileutik, SMA Situ Tespong, SMA Cigintung dan SMA Curug Gongseng.
– Sumber air merupakan satu aliran atau satu sumber air yang sama, yaitu: (1) SMA Gajah Putih, SMA Gajah Jambrong dan SMA Kemis di Resort Pasawahan, berada pada satu kompleks areal dan berasal dari satu sumber mata air Cikajayaan; (2) SMA Ciayakan satu mata aliran dengan SMA Cigorowong (Resort Mandirancan); (3) SMA Saladaher merupakan nama lain dari SMA Blok Salam (Resort Jalaksana); (4) SMA Curug Putri satu aliran dengan SMA Curug Mangkuk (resort Cigugur); (5) SMA Ciwaru 2 satu aliran dengan SMA Cibonteng (Resort Bantaragung); dan (6) SMA Curug Sawer satu mata air dengan SMA Cipada (Resort Gunung Wangi).
– dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2014 s/d 2016) memberikan data informasi nihil debit air karena beberapa faktor yaitu lokasi tidak ditemukan, yaitu antara lain SMA Ciwaruling dan SMA Cisalam (Cibuluh)
- Dua lokasi dijadikan satu nama lokasi karena masih satu aliran, yaitu untuk:
– SMA Cimanceung Hulu dan Cimanceung Hilir menjadi SMA Cimanceung
– SMA Panten Kaler dan Panten Kidul menjadi SMA Cipanteun.
- Usulan sumber mata air baru untuk ditetapkan sebagai areal pemanfaatan air di kawasan TNGC yaitu:
– SMA Cimanggu di Zona Pemanfaatan Resort Mandirancan
– SMA Nini Kadrem di Zona Pemanfaatan Resort Mandirancan
– SMA Panandaan di Zona Pemanfaatan Resort Mandirancan
– SMA Cirancak / Tutupan Teja di Zona Pemanfaatan Resort Bantaragung
– SMA Padaherangdi Zona PemanfaatanResort Bantaragung
– SMACigaruguy di Zona Rehabilitasi Resort Gunung Wangi
– SMA Karib di Zona Rehabilitasi Resort Gunung Wangi
– SMA Cimeke di Zona Rehabilitasi Resort Cigugur
– SMA Cilandak di Zona Rehabilitasi Resort Cigugur
BAB VI
PENUTUP
Kegiatan monitoringpotensi sumberdaya airdi Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu langkah optimasi pemanfaatan jasa lingkungan air serta tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 tersebut dan Surat Edaran Dirjen PHKA Nomor SE. 01/IV-PJLKKHL/2014 sebagai pedoman operasional dan implementatif pemanfaatan air di kawasan konservasi. Manfaat dari kegiatan ini adalah diperolehnya data dan informasi terkait potensi sumberdaya air di TNGC yang diperbaharui sebagai database pemanfaatan jasa lingkungan.Laporan pelaksanaan kegiatan inidisusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan data yang disajikan diharapkan dapat dijadikan acuan oleh semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
ESP-USAID, 2006. Kemitraan Penggunaan Air Untuk Konservasi TNGP.Jakarta : Environmental Services Program
Haryanto A., 2012. Model Pembayaran Jasa Lingkungan Air (Payment For Environmental Services): Studi Kasus Taman Nasional Gunung Ciremai
Midora, L. 2012. Pembayaran Jasa Lingkungan dan Ketersediaan Air. Artikel : Conservation International
Wunder. 2008. Necessary Conditions for Ecosystem Services Payments : Conference Paper on Economics and Conservations in The Tropics
Ismanto, A.S.Hut, 2015, http://konservasi-bidang1ntt.blogspot.co.id/2012/05/pengukuran-debit-air-secara sederhana.html (diakses 10 September 2015).
LAMPIRAN 1. Tally sheet pengambilan data
Blanko pencatatan hasil pengukuran debit air dengan Metoda Apung
Tanggal Pengukuran :
Nama Sumber Air :
Lokasi Sumber air (Koordinat/Blok/Zona) :
Resort :
1. Perhitungan Luas Penampang
Tabel Penghitungan Luas Penampang (A)
Titik |
Lebar (L) (Meter) |
Kedalaman (H) (Meter) |
|||
H1 |
H2 |
H3 |
H rata-rata |
||
Titik 1 | |||||
Titik 2 | |||||
Titik 3 | |||||
Titik 4 | |||||
Titik 5 | |||||
Jumlah | Jumlah | ||||
Rata-rata | Rata-rata |
Luas penampang (A) merupakan hasil perkalian antara Lebar rata-rata (L) saluran/aliran dengan Kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran air.
A = L rata-rata x H rata-rata
dimana :
A = Luas Penampang (m2)
L rata-rata = Lebar rata-rata (meter)
H rata-rata = Kedalaman rata-rata (meter)
2. Penghitungan Kecepatan (v)
Panjang saluran/lintasan pengukuran (P) = — meter (Panjang lintasan harus tetap)
Tabel Perhitungan Kecepatan
Pengulangan | Waktu Pengukuran (T) (detik) |
Pengukuran 1 | |
Pengukuran 2 | |
Pengukuran 3 | |
Pengukuran 4 | |
Pengukuran 5 | |
Jumlah | |
Rata-rata |
Lampiran 2. Perbandingan Debit Air Tahun 2014 s/d 2016 sesuai dengan SK SK.43/IV-SET/2015
NO |
Sumber Air |
Seksi Wilayah |
Resort |
X |
Y |
Debit Air Menurut SK Dirjen PHKA |
Debit Air Maret 2014 (liter/detik) |
Debit air September 2015 (liter/detik) |
Debit air April 2016 (liter/detik) |
1 |
Curug Tajug |
Kuningan |
Pasawahan |
215813 |
9242643 |
11.00 |
55.43 |
11.00 |
21.41 |
2 |
Cipari |
Kuningan |
Pasawahan |
213122 |
9244845 |
39.00 |
39.00 |
59.21 |
147.51 |
3 |
Cipujangga |
Kuningan |
Pasawahan |
213930 |
9246990 |
99.00 |
99.00 |
86.40 |
183.00 |
4 |
Paniis |
Kuningan |
Pasawahan |
217566 |
9245771 |
900.50 |
900.50 |
900.50 |
450.91 |
5 |
Hulu dayeuh |
Kuningan |
Pasawahan |
217281 |
9245634 |
78.52 |
– |
tidak ada aliran |
0.88 |
6 |
Telaga Bogo |
Kuningan |
Pasawahan |
214066 |
9247034 |
27.00 |
50.19 |
34.33 |
3.5 |
7 |
Telaga Nilem |
Kuningan |
Pasawahan |
214552 |
9248964 |
96.30 |
119.10 |
203.86 |
151.32 |
8 |
Telaga remis |
Kuningan |
Pasawahan |
214365 |
9248878 |
204.24 |
278.38 |
785.80 |
488.14 |
9 |
Ciceureum |
Kuningan |
Pasawahan |
215158 |
9247865 |
260.25 |
260.25 |
416.18 |
321.43 |
10 |
Cileutik |
Kuningan |
Pasawahan |
215804 |
9245984 |
91.38 |
91.38 |
51.20 |
diluar kawasan |
11 |
Cibuluh |
Kuningan |
Pasawahan |
215046 |
9247398 |
23.57 |
23.57 |
15.00 |
41.19 |
12 |
Cibolerang |
Kuningan |
Pasawahan |
215882 |
9248307 |
83.70 |
83.72 |
287.53 |
81.33 |
13 |
Telaga Deleg |
Kuningan |
Pasawahan |
214756 |
9248764 |
391.74 |
391.74 |
rawa kotor |
kering |
14 |
Cigoong |
Kuningan |
Pasawahan |
213011 |
9244813 |
39.00 |
– |
5.05 |
pipa tertutup |
15 |
Cigimpur |
Kuningan |
Pasawahan |
206425 |
9240399 |
65.46 |
18.91 |
58.63 |
157.38 |
16 |
Batu arca |
Kuningan |
Pasawahan |
215509 |
9243022 |
15.00 |
– |
0.22 |
2.70 |
17 |
Situ Tespong |
Kuningan |
Pasawahan |
213220 |
9247356 |
11.77 |
– |
– |
diluar kawasan |
18 |
Sibubur |
Kuningan |
Pasawahan |
217087 |
9243492 |
2.00 |
– |
14.56 |
11.61 |
19 |
Cisamaya |
Kuningan |
Pasawahan |
216743 |
9246669 |
65.00 |
– |
950.23 |
251.52 |
20 |
Cikole |
Kuningan |
Pasawahan |
216194 |
9248377 |
20.45 |
78.20 |
12.68 |
116.78 |
21 |
Gajah Nunggal |
Kuningan |
Pasawahan |
215619 |
9246889 |
4.50 |
– |
31.59 |
pipa tertutup |
22 |
Gajah Putih |
Kuningan |
Pasawahan |
215620 |
9246878 |
9.80 |
– |
– |
satu sumber dengan Cikajayaan |
23 |
Cikajayaan |
Kuningan |
Pasawahan |
2155345 |
9246932 |
15.58 |
33.11 |
115.47 |
120.22 |
24 |
Gajah Jambrong |
Kuningan |
Pasawahan |
215555 |
9246917 |
9.50 |
– |
– |
satu sumber dengan Cikajayaan |
25 |
Kemis |
Kuningan |
Pasawahan |
215550 |
9246915 |
7.50 |
– |
– |
|
26 |
Telaga Pancar |
Kuningan |
Pasawahan |
215624 |
9246916 |
8.70 |
– |
49.53 |
59.41 |
27 |
Curug Gongseng |
Kuningan |
Pasawahan |
9242471 |
217051 |
12.50 |
– |
– |
diluar kawasan |
28 |
Ciayakan |
Kuningan |
Mandirancan |
218495 |
9242574 |
157.88 |
157.88 |
83.60 |
satu aliran dengan cigorowong |
29 |
Cibulakan |
Kuningan |
Mandirancan |
220512 |
9242307 |
55.90 |
61.55 |
55.90 |
57.09 |
30 |
Cigorowong |
Kuningan |
Mandirancan |
218660 |
9242839 |
119.79 |
119.79 |
595.87 |
338.09 |
31 |
Sigedong |
Kuningan |
Mandirancan |
216111 |
9241016 |
10.90 |
11.99 |
21.99 |
9.3 |
32 |
Kikuwu |
Kuningan |
Cilimus |
219118 |
9237869 |
15.00 |
15.50 |
15.00 |
15.5 |
33 |
Manggong |
Kuningan |
Cilimus |
218747 |
9238883 |
96.00 |
109.35 |
101.63 |
53.32 |
34 |
Cibeureum |
Kuningan |
Cilimus |
220759 |
9241205 |
23.61 |
25.50 |
10.50 |
75.34 |
35 |
Cikuda |
Kuningan |
Cilimus |
219013 |
9238064 |
13.57 |
56.00 |
4.65 |
113.79 |
36 |
Cigintung |
Kuningan |
Cilimus |
219866 |
9237822 |
68.22 |
68.22 |
112.27 |
diluar kawasan |
37 |
Curug Ceret |
Kuningan |
Cilimus |
218967 |
9238677 |
59.12 |
60.00 |
83.95 |
207.97 |
38 |
Ciawi |
Kuningan |
Cilimus |
220805 |
9240456 |
22.50 |
22.50 |
17.50 |
22.50 |
39 |
Cikacu |
Kuningan |
Cilimus |
219124 |
9238790 |
75.00 |
75.00 |
75.00 |
75.00 |
40 |
Ciwaruling |
Kuningan |
Cilimus |
218033 |
9239215 |
0.85 |
0.89 |
0.85 |
Hilang karena longsor |
41 |
Cibunar |
Kuningan |
Cilimus |
218969 |
9238246 |
56.27 |
89.25 |
11.64 |
21.01 |
42 |
Kopi Bojong |
Kuningan |
Cigugur |
215526 |
9233508 |
36.48 |
40.26 |
55.30 |
118.06 |
43 |
Kopi Cigugur/ Pasangkrahan |
Kuningan |
Cigugur |
215496 |
9233208 |
12.62 |
16.04 |
4.25 |
2.97 |
44 |
Cimanceung Hulu |
Kuningan |
Jalaksana |
218218 |
9234544 |
76.50 |
159.17 |
57.75 |
205.00 |
45 |
Cimanceung Hilir |
Kuningan |
Jalaksana |
218218 |
9234544 |
47.97 |
|||
46 |
Kopi Sereh |
Kuningan |
Jalaksana |
217379 |
9236385 |
0.17 |
0.90 |
Kering |
Kering |
47 |
Ceng Alin/Balong Dalam |
Kuningan |
Jalaksana |
221083 |
9234394 |
76.47 |
169.37 |
49.13 |
240.96 |
48 |
Blok Salam |
Kuningan |
Jalaksana |
219092 |
9235996 |
1.69 |
12.50 |
2.47 |
13.08 |
49 |
Sumur Galing |
Kuningan |
Jalaksana |
219138 |
9236630 |
17.95 |
7.71 |
1.25 |
9.76 |
50 |
Cadas Belang |
Kuningan |
Jalaksana |
216536 |
9235169 |
263.00 |
263.00 |
37.55 |
37.93 |
51 |
Cibalukbuk |
Kuningan |
Jalaksana |
217974 |
9235174 |
0.95 |
0.95 |
0.73 |
2.25 |
52 |
Situ Sumur 7 |
Kuningan |
Jalaksana |
222186 |
9235354 |
21.00 |
212.20 |
19.82 |
210.33 |
53 |
Situ Batu Gajah |
Kuningan |
Jalaksana |
222278 |
9235378 |
52.90 |
52.90 |
– |
49.02 |
54 |
Lembah Cilengkrang |
Kuningan |
Jalaksana |
216511 |
9232495 |
179.56 |
545.60 |
799.53 |
310.64 |
55 |
Saladaher |
Kuningan |
Jalaksana |
219092 |
9235996 |
31.56 |
– |
nama lain dari mata air Blok Salam |
nama lain dari mata air Blok Salam |
56 |
Hulu Cigugur |
Kuningan |
Jalaksana |
218874 |
9229071 |
32.85 |
– |
– |
97.94 |
57 |
Talaga Surian |
Kuningan |
Cigugur |
215561 |
9231040 |
3.20 |
15.60 |
3.26 |
14.00 |
58 |
Cewe Randa |
Kuningan |
Cigugur |
214951 |
9230217 |
48.78 |
10.05 |
104.33 |
43.85 |
59 |
Cibunian |
Kuningan |
Cigugur |
215621 |
9231671 |
7.15 |
25.60 |
157.69 |
75.36 |
60 |
Curug Mangkuk |
Kuningan |
Cigugur |
215961 |
9231782 |
252.95 |
978.65 |
704.95 |
487.31 |
61 |
Kopi Paderek/ Silutung/Cisurian |
Kuningan |
Cigugur |
216016 |
9232383 |
12.62 |
125.60 |
67.50 |
27.4 |
62 |
Curug Putri |
Kuningan |
Cigugur |
216560 |
9231572 |
1147.00 |
– |
– |
satu aliran dari Curug Mangkuk |
63 |
Cigowong |
Kuningan |
Cigugur |
213770 |
9232718 |
4.00 |
24.40 |
26.38 |
92.99 |
64 |
Gunung Cikanaga |
Kuningan |
Cigugur |
211840 |
9230741 |
35.60 |
– |
– |
46.12 |
65 |
Citampian |
Kuningan |
Darma |
212618 |
9229298 |
1.50 |
1.50 |
3.21 |
15.73 |
66 |
Hulu cai ciacra |
Kuningan |
Darma |
214240 |
9230207 |
26.20 |
69.23 |
47.53 |
50.2 |
67 |
Palasari |
Kuningan |
Darma |
213889 |
9229949 |
40.40 |
52.73 |
22.23 |
40.09 |
68 |
Lamping pasang |
Kuningan |
Darma |
213788 |
9229870 |
27.20 |
44.31 |
19.78 |
70.69 |
69 |
Blok Leles |
Majalengka |
Bantaragung |
211672 |
9247232 |
26.09 |
20.49 |
137.00 |
158.81 |
70 |
Cipeuteuy |
Majalengka |
Bantaragung |
210948 |
9244439 |
93.00 |
365.00 |
37.18 |
2.54 |
71 |
Cirumput |
Majalengka |
Bantaragung |
207964 |
9244250 |
242.92 |
622.43 |
297.64 |
253.63 |
72 |
Ciwaringin |
Majalengka |
Bantaragung |
210886 |
9244583 |
365.00 |
365.00 |
19.97 |
201.11 |
73 |
Ciwaru |
Majalengka |
Bantaragung |
209830 |
9245877 |
562.00 |
300.00 |
330.34 |
480.56 |
74 |
Gunung Larang |
Majalengka |
Bantaragung |
210942 |
9245039 |
21.00 |
21.00 |
6.63 |
6.67 |
75 |
Cikadondong |
Majalengka |
Bantaragung |
208028 |
9244630 |
1232.00 |
73.32 |
27.43 |
83.33 |
76 |
Situhiang |
Majalengka |
Bantaragung |
210659 |
9444550 |
24.08 |
24.08 |
29.90 |
17.5 |
77 |
Ciawi Lega |
Majalengka |
Bantaragung |
211345 |
9244814 |
15.38 |
6.91 |
3.52 |
3.53 |
78 |
Panyusupan |
Majalengka |
Bantaragung |
211716 |
9245280 |
0.34 |
– |
Kering |
Kering |
79 |
Cibonteng |
Majalengka |
Bantaragung |
210364 |
9244461 |
319.08 |
– |
79.05 |
241.38 |
80 |
Kalipa |
Majalengka |
Bantaragung |
212423 |
9245624 |
1.75 |
– |
– |
3.19 |
81 |
Lingga |
Majalengka |
Bantaragung |
212259 |
9244407 |
1.48 |
– |
– |
3.3 |
82 |
Ciwaru 2 |
Majalengka |
Bantaragung |
209948 |
9245602 |
15.85 |
– |
– |
nama lain Cibonteng (satu aliran air) |
83 |
Cikeruh |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206406 |
9238845 |
300.20 |
300.21 |
Sungai besar |
Sungai besar |
84 |
Curug Sawer |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206935 |
9237534 |
110.13 |
– |
– |
Satu aliran dari mata air Cipada |
85 |
Legok Gora |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206028 |
9238781 |
5.00 |
5.00 |
2.47 |
16.07 |
86 |
Sangiang Kendi |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206685 |
9238651 |
26.20 |
26.20 |
59.48 |
59.54 |
87 |
Begog |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206448 |
9239914 |
27.00 |
3.22 |
2.78 |
6.82 |
88 |
Cigimpur |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206663 |
9240498 |
670.00 |
679.80 |
185.86 |
181.13 |
89 |
Cikarikil |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206580 |
9240291 |
7.20 |
7.20 |
21.40 |
10.38 |
90 |
Cilame (Cibiuk) |
Majalengka |
Gunung Wangi |
205728 |
9238555 |
51.00 |
53.44 |
16.32 |
12.91 |
91 |
Gunung Aseupan |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206553 |
9239536 |
21.90 |
100.5 |
15.04 |
11.02 |
92 |
Genden |
Majalengka |
Gunung Wangi |
206406 |
9241390 |
35.00 |
35.00 |
15.84 |
16.48 |
93 |
Panten Kaler |
Majalengka |
Argalingga |
208171 |
9236477 |
186.00 |
106.70 |
86.99 |
168.79 |
94 |
Panten Kidul |
Majalengka |
Argalingga |
208171 |
9236477 |
39.00 |
|||
95 |
Cipada Kidul |
Majalengka |
Argalingga |
208144 |
9237280 |
130.00 |
48.10 |
78.60 |
93.91 |
96 |
Cipada Kaler |
Majalengka |
Argalingga |
208111 |
9237229 |
127.00 |
16.50 |
69.3 |
42.82 |
97 |
Cilongkrang |
Majalengka |
Argamukti |
208091 |
9236194 |
275.00 |
319.47 |
228.34 |
244.50 |
98 |
Cisalam |
Majalengka |
Argamukti |
208950 |
9233860 |
16.00 |
5.60 |
Kering |
17.40 |
99 |
Cikolomberan |
Majalengka |
Argamukti |
209577 |
9234172 |
146.50 |
236.00 |
246.31 |
355.68 |
100 |
Caruy |
Majalengka |
Sangiang |
206869 |
9228396 |
29.14 |
29.14 |
2.67 |
4.83 |
101 |
Cideres |
Majalengka |
Sangiang |
206239 |
9232573 |
33.09 |
51.19 |
1.08 |
99.71 |
102 |
Cibuluh (Cisalam) |
Majalengka |
Sangiang |
– |
– |
61.22 |
– |
0 |
lokasi tidak ditemukan sumber air |
103 |
Gunung Putri I |
Majalengka |
Sangiang |
209578 |
9229967 |
16.62 |
113.26 |
513.45 |
163.9 |
104 |
Sawijah |
Majalengka |
Sangiang |
209216 |
9232139 |
30.23 |
30.23 |
0.54 |
1.94 |
105 |
Situ Sangiang |
Majalengka |
Sangiang |
205890 |
9231964 |
6.39 |
– |
– |
lokasi tidak memungkinkan dilakukan pengukuran langsung di lapangan |
106 |
Cerem |
Majalengka |
Sangiang |
209150 |
9232799 |
2.00 |
– |
– |
2.2 |
TOTAL |
11097.63 |
10189.14 |
9979.09 |
8826.40 |
Sumber: Olah Data Primer (2016)