Semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke Taman Nasional Gunung Ciremai, khususnya pengunjung wisata alam menjadi salah satu tantangan bagi mitra pengelola wisata untuk meningkatkan kemampuannya dalam pelayanan pengunjung. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pengunjung. Salah satunya adalah bidang kepemanduan wisata. Ya, pemandu wisata mutlak diperlukan dalam pelayanan pengunjung agar terciptanya kenyamanan dan kepuasan pengunjung terhadap obyek wisata yang dikunjungi. Selain itu, pemandu juga perlu menyampaikan informasi terkait obyek wisata dan pesan konservasi kepada pengunjung.
Seolah gayung bersambut, kemarin (25-26/09/2017) para pemegang IUPJWA (Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam) Pramuwisata ODTWA Taman Nasional Gunung Ciremai mendapat kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya di bidang kepemanduan wisata. Acara tersebut terselenggara berkat kerjasama Direktorat PJLHK (Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi) yang menggandeng LSP Pramuwisata Indonesia dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang selama 2 hari bertempat di Kantor Balai TNGC. Tema pelatihan tersebut adalah Pembinaan dan Uji Kompetensi Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam Bidang Pemandu Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Kegiatan tersebut memiliki tujuan agar para pemegang IUPJWA Pramuwisata mampu melakukan pemanduan dengan baik dan sesuai dengan standar LSP Pramuwisata Indonesia serta mewujudkan IUPJWA bidang jasa pemanduan kawasan konservasi yang kompeten. Oleh karena itu, para peserta diberikan materi Penguasaan Potensi Keanekaragaman Hayati, Gejala Keunikan Alam dan Budaya Lokal, Pemahaman Ekowisata dan Interpretasi, Ekowisata Berbasis Alam serta Teknik dan Etika Kepemanduan. Selain teori, para peserta juga menempuh uji kompetensi. Uji kompetensi tersebut terdiri dari pemenuhan unsur administrasi seperti KTP, Ijazah, Pas Foto, Daftar Riwayat Hidup, SK IUPJWA dan mengisi sejumlah formulir dan daftar pertanyaan.
Hal yang paling penting dalam uji kompetensi adalah wawancara dengan asesor yang meliputi pengalaman kepemanduan wisata. Para peserta terlihat sangat antusias mengutarakan pengalamannya sebagai pemandu wisata. Sementara itu, Asesor dari LSP Pramuwisata Indonesia memberikan tanggapan atas apa yang diutarakan oleh para peserta sehingga tercipta bina suasana pelatihan yang cair dan informatif karena terjadinya pertukaran informasi dan pengalaman yang berharga untuk bekal sebagai pemandu wisata.
Peserta yang telah menyerap materi dan mampu melewati uji kompetensi dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan sertifikat dari Plt. Direktur PJLHK.
Satu hal yang mungkin kurang dalam pelatihan ini adalah belum dipergunakannya bahasa internasional (inggris) sebagai salah satu materi uji kompetensi. Ya, bahasa indonesia masih dipergunakan pemandu wisata di kawasan TNGC karena memang sampai dengan saat ini pengunjung yang datang merupakan wisatawan nusantara. Tidak menutup kemungkinan, dalam 10 tahun kedepan, dengan segala potensi dan dukungan infrastruktur yang ada, kawasan wisata TNGC akan kedatangan wisatawan mancanegara. Dengan demikian dibutuhkan juga jasa pemandu yang mampu berbahasa internasional.