.
Elang hitam (Ictinaetus malayensis) ialah salah satu jenis burung pemangsa atau “raptor” yang dapat kita temukan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Elang ini satu-satunya dari genus “Ictinaetus” yang berukuran besar dengan bulu dominan hitam. Mungkin ini juga yang menjadi penyebab satwa ini disebut elang hitam.
.
Mangsa burung ini bervariasi. Mulai “mamalia”, “herpetofauna”, “aves” hingga telurnya. Mangsa tersebut tentu berukuran lebih kecil dari sang pemangsa. Kerap kali elang hitam memakan burung kecil dan telurnya. Biasanya si elang akan menyergap sarang calon mangsa. Lalu seketika menghabisi mangsanya. Oleh karena perilakunya itu, elang hitam terkenal sebagai perompak kejam.
.
Julukan tersebut memang sesuai perilaku berburunya. Saat berburu, biasanya sang elang terbang sendiri atau berpasangan. Kemudian melayang melintasi atas bukit dan meluncur di atas kanopi hutan. Saat melihat mangsa, burung ini akan terbang lebih rendah dan langsung menyergap dengan kedua cakarnya.
.
Sungguh naas bagi mangsa elang. Karena mangsa mustahil melepaskan diri dari cengkraman kuat kaki elang hitam. Tubuh mangsa pasti terkoyak atau tercabik oleh cakar tajam.
.
Biasanya elang hitam terbang soaring, berputar-putar di atas sarang. “klii-ki, klii-ki” atau “hi-li-liiiuw”. Suara dari salah satu elang mengiysratkan kedatangan dengan hasil buruannya. Sementara induk yang berjaga bergegas meluncur meninggalkan sarang untuk menggantikan tugas berburu.
.
Induk yang berhasil berburu terus berputar-putar di atas sarang sambil mengeluarkan suara melengking mengundang perhatian anaknya. Elang muda bergegas menuju ujung dahan yang paling tinggi. Saat itu pula, induk elang melepas hasil buruannya dari angkasa. Sang anak melesat dari dahan menyambut umpan yang melayang di angkasa itu. Bila gagal menangkap mangsa yang dijatuhkan sang induk, elang muda akan mencari oleh-oleh dari induk yang terhempas di lantai hutan.
.
Kemampuan berburu yang dimiliki elang hitam ditunjang dengan penglihatan yang luar biasa. Matanya yang tajam bisa mengamati calon mangsa seukuran kelinci dari jarak 1,5 kilometer. Sementara arena perburuannya seluas 50 hingga 160 kilometer persegi. Dengan area yang begitu luas, mereka bebas mengincar menu apa saja yang tersedia dalam kanopi hutan.
.
Bagi elang hitam, hutan merupakan meja makan yang senantiasa menyajikan makanan lezat. Tak segan-segan, koloni elang berebut mangsa di udara. Induk yang sedang mencengkram mangsa direbut oleh elang muda. Cakar mereka saling mengait pada tubuh mangsa yang tak lagi bernyawa. Aktifitas duel seperti ini merupakan ritual harian bagi elang hitam.
.
#sobatCiremai, perilaku ‘kejam’ elang hitam merupakan kodrat yang harus ia jalani sesuai dengan hukum alam. Sebab sebagai pemuncak dalam rantai makanan sudah menjadi hak elang hitam menyantap satwa yang berada di bawah posisinya. So, mari kita biarkan hukum alam berkerja untuk keseimbangan ekosistem sekitar kita.
.
[Teks & Foto © Hendra P, Iyan & Wahyu – BTNGC| 012019]