Dua mahasiswa jurusan biologi Universitas Ahmad Dahlan, Yogjakarta kami ajak bermain ke hutan (8/2). Kebetulan mereka memang sedang praktek kerja lapangan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) wilayah Majalengka.
Satu sudut utara gunung Ciremai menjadi lokasi petualangan kali ini. Ya, tempat yang kami singgahi ialah ‘rumah’ sang “raptor”, elang hitam.
“Dari arah mana mengintip aktivitas burungnya pa?”, tanya Cucu, satu dari dua mahasiswa tersebut.
“Biasanya kami mengamati di sana dengan teropong atau kamera”, timpal Robi, petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang mendampingi.
Kamera mulai mengarah ke dahan pohon yang terdapat sarang elang hitam itu. Lalu memicingkan mata dari lensa kamera. Beberapa menit kemudian, berganti mata lainnya mengintip sarang sambil sesekali mencatat perilaku sang “raptor”.
Mengamati perilaku satwa liar memang mengasyikan bagi mereka yang menyenanginya. Ada saja tingkah sang elang yang bisa menjadi bahan diskusi atau bahkan terkesan lucu.
Saking ‘khusyuk’, tak terasa matahari telah berada di atas kepala yang menandakan hari sudah siang. Rupanya berjam-jam kami lewati untuk mengamati sarang sang elang.
“Kiranya sudah cukup. Kalau terlalu lama, mungkin nanti dia merasa terganggu”, kata Tata, petugas Polisi Kehutanan (Polhut) yang juga ikut mendampingi pengamatan hari itu.
“Sebagai pemuncak rantai makanan, keamanan satwa elang hitam di tempat ini memang harus kami jaga dari semua gangguan”, tambahnya.
#sobatCiremai, pengenalan terhadap kehidupan satwa liar mesti kita lakukan. Karena jika kita kenal maka kita sayang. Sayang di sini bukan berarti harus memilikinya ya sobat. So, biarkan mereka hidup bebas dan berada di habitatnya supaya ekosistem gunung Ciremai tetap lestari.
[Teks & foto © Agus Darmawan – BTNGC |022019]