Pemulihan ekosistem merupakan kegiatan dalam memulihkan ekosistem kawasan konservasi termasuk alam hayatinya. Harapannya ini akan mewujudkan keseimbangan alam hayati dan ekosistem kawasan tersebut.
Dalam pemulihan ekosistem tersebut ada tiga cara yakni mekanisme alam, rehabilitasi, dan restorasi. Nah di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) pemulihan ekosistem dilakukan melalui rehabilitasi dan restorasi.
Demi menunjang keberhasilan program tersebut, Balai TNGC juga melakukan “treatment” khusus yakni dengan menggunakan bakteri “Plant Growth-Promoting Rhizobacteria” (PGPR) pada tanaman pemulihan. Bakteri tersebut merupakan hasil eksplorasi kehati dalam kawasan TNGC dua tahun lalu yang merupakan hasil kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pengembangbiakan dan uji coba bakteri tersebut dicampur dengan “fermentasi” kotoran Kambing dan daun tumbuhan Kipahit “Tithonia diversifolia”, serta air rebusan Nanas. Dimana kotoran Kambing mengandung “Nitrogen”, “Kalsium”, dan “Kalium”. Sedangkan Kipahit mengandung “Nitrogen” berkadar tinggi.
Cara membuat formulasi ini mudah loh sobat. Pertama, air dalam tong sekitar 200 liter dicampurkan dengan kotoran Kambing dan daun Kipahit lalu diamkan selama seminggu. Kedua, setelah seminggu kemudian campur dengan rebusan air Nanas dan masukan bakteri PGPR dalam drum tersebut.
Hasil pengujian luar biasa loh sobat. Tanaman rehabilitasi tumbuh lebih cepat dibandingkan tanpa pupuk tersebut. Pengujian telah berhasil pada jenis Kibeusi, Kicangkudu, Bencoy, Mara, Beringin, Kiciat, Huru mehmal, Kedoya, Benda, Dapung dan Puspa.
#sobatCiremai dengan bantuan formula ini, ekosistem hutan gunung Ciremai akan kembali utuh. So, mari lakukan pemulihan ekosistem untuk kelestarian alam yang bermanfaat bagi kita.
[Teks & Foto © Idin Abidin-BTNGC 042019]