Dalam babad Cirebon disebutkan pada tahun 1482 Syarif Hidayatullah yang saat itu berkedudukan sebagai Tumenggung Cirebon di bawah kekuasaan Pajajaran menghentikan pengiriman upeti berupa terasi dan garam. Lalu menyatakan Cirebon “mahardika” atau merdeka, lepas dari kekuasaan Pajajaran.
Sejak saat itu Cirebon menjadi kesultanan Islam dan Syarif Hidayatullah sebagai sultan Cirebon pertama. Padahal saat itu Pajajaran menjadi pusat pengembangan Hindu di nusantara. Hari pengangkatan sultan pertama inilah yang ditetapkan sebagai hari jadi kabupaten Cirebon yakni 2 april 1482.
Empat tahun sebelumnya pada 1478, Syarif Hidayatullah diangkat menjadi pemimpin Wali Songo yang dilantik oleh Sunan Ampel sehingga beliau resmi bertugas sebagai penyebar Islam di tanah Pasundan, Jawa bagian barat.
Berdirinya kasultanan Cirebon tidak mulus begitu saja. Timbul serangan dari Kerajaan Galuh, bawahan Pajajaran yang rajanya bernama Cakra Ningrat. Peperangan pun tak terelakkan. Cirebon bergabung dengan Kuningan dan dibantu Demak. Dengan demikian kemenangan ada di pihak Cirebon.
Panglima Perang Pajajaran dipimpin Jaga Bayan yang membawa 600 prajurit. Tapi akhirnya Jaga Bayan dan pasukannya masuk Islam.
Prabu Siliwangi makin murka karena cucunya membangun kerajaan Islam. Beliau ingin menumpas Cirebon, tetapi dilarang oleh penasehatnya. “Malu harus berperang dg cucu sendiri”, tutur Penasehat Rajat.
Maka urunglah niat perang dengan Cirebon. Malah pada kemudian hari Cirebon yang menyerang Pajajaran. Saat itu Pajajaran dipimpin Prabu Nila Kendra, cucu Prabu Siliwangi. Jadi Kanjeng Sunan bukan perang dengan kakeknya melainkan dengan sepupunya.
#sobatCiremai, para pelaku sejarah Cirebon bercita cita membangun negara Islam yang subur makmur. So, ayo wujudkan kabupaten Cirebon yang “gemah ripah lohjinawi” sebagai satu dari empat daerah penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
[Teks © ISO, Foto © @nanton_iya-BTNGC | 042019]