Mayoritas warga lokal yakin nama Majalengka berasal dari bahasa Cirebon, “Maja’e Langka”.
Dua kata itu terucap dari mulut Pangeran Muhammad dan Siti Armilah pada 1490. Saat itu mereka mendapat tugas dari Sunan Gunung Jati untuk mencari buah Maja. Namun ternyata nihil. Tidak ada buah Maja setelah hutan Maja dihilangkan oleh Nyi Rambut Kasih, Ratu Kerajaan Sindangkasih.
Dalam buku Sejarah Majalengka karya N. Kartika yang mewawancarai budayawan Ayat Rohaedi, mencatatkan Majalengka berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘maja’ merupakan nama buah dan kata ‘lengka’ yang berati pahit. Jadi, Majalengka adalah nama lain dari Majapahit.?
Tentu masih perlu penelitian lagi untuk menjernihkan toponimi atau asal usul Majalengka. Namun yang jelas, kini Majalengka telah menjelma menjadi salah satu kabupaten di Jawa Barat yang menarik untuk dikunjungi.
Guratan panorama alam gunung Ciremai, buah Gedong Gincu, buah Durian Sinapeul, dan kecap Ban Bersayap merupakan sebagian ikon Majalengka, si kota angin.
Namun perayaan usia Majalengka ke 530 yang biasa digelar setiap 7 Juni ini tak bisa dilakukan ingar bingar seperti dikatakan Eman Suherman, Sekretaris Daerah Kabupaten Majalengka pada pers Media Hijau, kemarin (6/6).
“Tahun ini kita sedang dilanda musibah Covid-19. Namun peringatan hari jadi tetap dilaksanakan dengan dua agenda saja. Pertama, ziarah kubur ke makam leluhur Majalengka. Kedua, rapat paripurna yang diselenggarakan besok minggu,” katanya.
Karna Sobahi, Bupati Majalengka pun mengajak warga untuk memperingati hari jadi Majalengka sesuai protokol kesehatan penanganan Covid-19.
“Hari jadi Majalengka ke-530, tahun 2020 dalam keadaan pandemi Covid-19 melanda kita. Oleh karena itu, kita harus menyesuaikan dengan keadaan saat ini,” ajaknya.
#sobatCiremai, yuk ucapkan selamat hari jadi Majalengka di kolom komentar.
“Sindangkasih sugih mukti, Majalengka raharja!”.
[Teks © Tim Admin, IG © @gilangpra19 @ari.budiyanto @risma_sumyati @lensakelvin -BTNGC | 062020]