.
Meski kabut menyelimuti penuh tubuh gunung Ciremai, namun di dekatnya ada matahari yang menjamin sore itu tak akan hujan di salah satu “demontration plot” atau demplot pertanian sehat (7/6).
.
Sobat perlu hapal, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ‘punya’ enam demplot uji coba pertanian sehat di desa penyangga pada Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan dan SPTN Wilayah II Majalengka.
.
Tentunya semua demplot tersebut berada di luar kawasan taman nasional ya. Lalu yang paling penting, semua demplot dikelola masyarakat setempat.
.
Sebagai contoh, demplot Bawang Merah atau “Allium cepa L” yang punya luas 1400 meter persegi ini dikelola Kelompok Tani Hutan (KTH) Bakti Mandiri desa Bandorasa Kulon, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat.
.
Nasir, sang ketua KTH beserta beberapa anggotanya melakukan uji coba penanaman 20 kilogram bibit Bawang Merah dengan bantuan “Plant Growth Promoting Rhizhobacteria” (PGPR).
.
Mereka bekerja atas bimbingan Idin Abidin, petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH).
.
Tatkala tiba waktu panen, Kuswandono, Kepala Balai TNGC blusukan ke kebun bawang untuk memantau langsung.
.
“Sedang apakah?,” tanya Kuswandono kepada dua lelaki di depannya.
.
“Lagi panen Bawang Merah hasil uji coba PGPR Ciremai C71,” jawab Idin Abidin sambil tersenyum.
.
“Berapa lama masa tanamnya?,” tanya Kuswandono lagi.
.
“Dengan PGPR bisa 55 hari Pak. Padahal normalnya 80 harian. Jadi dengan PGPR bisa lebih cepat panen”, ungkap Idin Abidin.
.
“Ukuran bawangnya lebih besar dan tidak ada gangguan hama dan penyakit apapun. Yang paling penting hemat biaya,” seloroh Nasir, Ketua KTH Bakti Mandiri.
.
Selepas bincang singkat itu, mereka larut dalam keceriaan ‘pesta’ panen Bawang Merah di kaki gunung Ciremai.
.
Yuk tonton tayangan panen Bawang Merah ini pada chanel youtube TNGC atau klik tautan https://bit.ly/bawangmerahpertaniansehat
.
Selepas menyaksikan panen itu melalui grup whatsapp, Suryo Wiyono, doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) justru mengabarkan berita duka petani bawang di Brebes dan Tegal, Jawa Tengah.
.
“Produksi rendah karena awal musim ulat grayak untuk bawang merah,” tulis Pak doktor yang menembuskan pesan dari koleganya di Brebes dan Tegal.
.
“Cendawan seperti ‘Fusarium’, ‘Alternaria’, dan ‘Colleto’ serangannya kenceng banget bertindihan dengan ulat grayak,” tambahnya.
.
Hal itu mendapat tanggapan Pakdhe Padmo, anggota Gugus Tugas Multipihak (GTM) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem yang juga pernah menjabat Kepala Balai TNGC.
.
“Lha Brebes, Tegal, dan Kuningan kan dekat. Sangat mungkin ulat grayaknya bisa dilawan PGPR,” sarannya melalui whatsapp.
.
“Iya benar mesti pakai PGPR Ciremai C71,” timpal doktor Suryo menganggukan saran Pakdhe Padmo.
.
Nah bila #sobatCiremai butuh konsultasi pertanian sehat ala gunung Ciremai, silakan hubungi Idin Abidin +62 811-2187-429. So, mari hidup sehat!.
.
[Teks © Tim Admin, video © Idin Abidin & Koeszky-BTNGC | 062020]