Suhu hangat di kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Majalengka tak menggoyahkan semangat 15 masyarakat Mitra Pariwisata Gunung Ciremai (MPGC) untuk melakukan rapat penting (10/6).
Pertemuan perdana para MPGC sejak penutupan wisata alam akibat pandemi ini dihadiri pula ‘inohong sarèng wadya balad’ (pejabat dan staf, red) Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Agenda utamanya, pembahasan draft tata cara pengelolaan wisata era ‘New Normal’ atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
Draft tata cara dimaksud berupa poin-poin aturan umum pencegahan penyebaran Covid-19 yang sudah berlaku saat ini. Misalnya bagi pengelola dan pengunjung diwajibkan menjaga jarak, mengenakan masker, dan rajin cuci tangan.
“Mesti ada pembatasan jumlah pengunjung sesuai daya dukung dan daya tampung lokasi wisata alam masing-masing. Misalnya jumlah pengunjung dibatasi 50 persen per hari dari rata-rata jumlah kunjungan,” kata Kuswandono, Kepala Balai TNGC.
Beliau juga mengatakan harus ada durasi kunjungan. Karena kunjungan yang diperbolehkan hanya sehari saja tanpa menginap.
“Selain tata cara umum tadi, tentu harus ada pedoman khusus pada setiap aktivitas wisata alam. Secara logika, tata cara ini dikembangkan dari pedoman jaga jarak,” katanya.
Bila bingung, coba sobat cek lagi postingan kemarin ya.
Masih menurut Kuswandono, selain pengunjung, MPGC pun mesti membersihkan semua fasilitas umum yang tersedia segera setelah usai digunakan.
“Mushola, toilet, shelter, gardu pandang, dan kantin wajib disemprot disenfektan setiap usai dipakai,” katanya.
Sementara Didik Sujianto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha mengajak kepada MPGC agar segera merealisasikan peralatan protokol ‘new normal’ seperti tempat cuci tangan, masker, dan alat cek suhu tubuh di setiap lokasi wisata alam.
“Agar tak terasa berat, sebaiknya mari kita siapkan segalanya dari sekarang. Dengan demikian, kita akan siap saat dibuka,” ajaknya.
Selanjutnya Jaja Suharja Senjaya, Kepala SPTN Wilayah II Majalengka mengingatkan dengan adanya draf protokol ‘new normal’ bukan berarti destinasi wisata alam sudah dibuka saat ini.
“Wisata alam tidak bisa dibuka lagi begitu saja. Karena draft kita ini harus mendapat restu dari Pemerintah Kabupaten Majalengka,” ujarnya mengingatkan.
Kemudian acara rapat ini beranjak ke sesi diskusi.
Tisna, MPGC Bukit Mercury Sayangkaak menyoal pembatasan jam kunjungan wisata.
“Biasanya pengunjung banyak datang siang hingga petang. Jadi bila dibatasi sampai pukul empat sore, ya repot pak,” keluhnya.
Namun keluh ini dijawab Toip, MPGC Apuy.
“New normal kan memang beda dengan normal yang dulu. Jadi, ya kita harus mengedukasi calon pengunjung biar patuh aturan,” jawabnya.
Selepas pertemuan dengan MPGC, rombongan kecil Balai TNGC sowan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka.
“Kami pun sedang menimbang banyak masukan dari berbagai pihak terkait pembukaan kembali sektor pariwisata,” kata Lilis Yuliasih, Kepala Dinas Parbud Majalengka.
“Protokol yang disusun Balai TNGC tentu mesti sejalan dengan protokol Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Majalengka. Baru setelah itu diadakan simulasi,” tambahnya.
Pernyataan Kepala Dinas Parbud Majalengka tadi serupa dengan yang dikatakan Kepala Dinas Parbud Kuningan beberapa hari lalu. Tampaknya kedua pemerintah daerah sedang menimbang matang-matang dampak pembukaan kembali sektor pariwisata.
“Siap. Pemerintah daerah memang lebih tahu kondisi wilayahnya. Jadi kami pasti mengikuti arahan pemerintah daerah,” tutup Kuswandono.
[Teks & Foto © Tim Admin -BTNGC | 062020]