SISTEMATIKA AMFIBI, MANFAAT DAN ANCAMAN KELESTARIAN

Selama ini, kebanyakan orang hanya mengenal katak atau kodok sebagai satu-satunya amfibi. Sebenarnya amfibi terdiri dari tiga bangsa, yaitu Sesilia, Caudata, dan Anura. Bangsa sesilia dikenal juga dengan nama apoda (a=tidak; pod=kaki; tidak berkaki) atau Gymnophioana. Ini adalah amfibi yang tidak memiliki kaki dan sepintas mirip seperti cacing. Hewan ini jarang muncul di permukaan, biasanya berada di dalam tanah, di dalam tumpukan serasah atau di air. Sesilia dijumpai di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia. Paling tidak ada satu jernis sesilia yang ada di Jawa Barat yaitu Ichthyohpis hypocyaeneus (suku Ichthyophiidae) yang terdapat di Bodogol, Taman Nasiaonal Gede Pangrango (kusrini 2007). Berbeda dengan kebanyakan katak yang kawin secara eksterna, diduga semua sesilia memiliki fertilisasi internal. Beberapa jenis lainnya memiliki telur yang akan berkembang langsung menjadi bentuk dewasa terestial atau bahkan melahirkan anak.

fff

Bangsa Caudata dikenal juga dengan nama Salamander dan merupakan satu-satunya bangsa yang tidak dijumpai di Indonesia. Hewan ini memiliki bentuk kepala, badan dan ekor yang jelas dengan empat tungkai yang berukuran sama. Sekilas seperti kadal namun tidak bersisik. Larva dari jenis ini jika akuatik, berbentuk hampirseperti induknyadan tidak ada metemorfosis yang nyata.

Bangsa Anura merupakan bangsa yang paling dikenal orang masyarakat luas dan ditemukan di hampir seluruh belahan dunia. Sebagian besar amfibi Indonesia umumnya masuk ke dalam kelompok ini. Anggota bangsa inilah yang disebut sebagai katak atau kodok dalam bahasa Indonesia. Tubuh umunya pendek dan lebar, terdiri dari kepala dan bagian badan serta memiliki dua pasang tungkai depan. Umunya kaki memiliki selaput yang digunakan untuk melompat dan berenang. Anura memiliki pita suara dan jantan akan mengeluarkan suara untuk menarik betina. Fertilisasi umumnya berlangsung eksternal. Telur yang menetes biasanya akan tumbuh menjadi larva yang berbeda dengan bentuk dewasa dan dikenal dengan nama berudu. Hampir semua berudu akan mengalami metamorfosis saat berubah menjadi dewasa, walau ada yang langsung menjadi bentuk dewasa. Di Indonesia ditemukan sekitar 450 jenis yang mewakili sekitar 11% dari seluruh Anura di dunia dengan 28 jenis Anura di antaranya di temukan di Jawa Barat yang terdiri dari 6 suku yaitu Bufonidae, Dicroglossidae, Microhylidae,Megophryidae, Ranidae, Rhacophoridae.

Perkembangan ilmu taksonomi telah membuat beberapa perubahan dalam penamaan jenis amfibi. Penamaan pada buku ini mengacu pada referensi online Amphibian Species of the World (Frost 2011) yang didasari pada hasil penelitian frost at al. (2006). Walawpun penamaan jenis ini masihb diperdebatkan, namun kebanyakan la[poran telah menggunakan penamaan baru ini termasuk IUCN Red list (IUCN 2011). Untuk itu, pada buku ini nama sinonim yang telah dikenal lama untuk jenis-jenis yang berubah tetap disajikan. Contoh perubahan lama jenis amfibi anatara lain pada kodok buduk Bufo melanostictus yang menjadi Duttaphrynus melanostictus, dan Kongkang kolam Rana chalconota yang menjadi Hylarana chalconota. Adapun penamaan bahasa Indonesia menggunakan Iskandar(1998).

 

 

HABITAT

Amfibi menghuni berbagai habitat, mulai dari pohon-pohon dihutan hujan tropis, halaman disekitar pemukiman penduduk, disawah-sawah, kolam-kolam didalam hutan, sampai cela-cela batu didalam sungai yang mengalir deras. Oleh karna itu secara umum amfibi bisa dikelompkan berdasarkan habitat dan kebiasaan hidup, yaitu :

  1. Terestial : hidup diatas permukaan tanah dan agak jauh dari air kecuali pada saat musim kawin. Kodok buduk Duttaphrynus melanoustictus merupakan salah satu contoh .
  2. 2.       Arboreal : kelompok yang hidup diatas pohon. Jenis-jenis katak pohon umumnya arboreal misalkan Rhacophorusreinwardtti, R.margeritifer,Nyxticalus margaritiper dan Polipedates Leucomystax.
  3. Akuatix : kelompok yang sepanjang hidupnya selalu terdapat disekitar badan air. Phrynoidis aspera, limnonectes kuhlii, dan L.macrodon merupakan jenis yang umum dijumpai disekitar perairan .
  4. Fossorial : kelompok yang hidup didalam lubang-lubang tanah . jenis-jenis seperti kaloula baleata atau K.pulchra biasanya berada didalam lubang-lubang ditanah dan biasanya hanya keluar pada saat hujan . sesilia juga umumnya bersifat fossorial .

MANFAAT AMFIBI

Sebagai bagian dari ekosistem, amfibi memegang peranan pentik dalam rantai makanan. Kebanyakan amfibi adalah predator yang memakan berbagai jenis serangga atau larva serangga. Katak yang tinggal didaerah pesawahan, misalnya, diketahui memakan berbagai jenis serangga yang menjadi hama bagi pertanian. Katak juga dapat menekan keberadaan serangga yang merugikan kesehatan manusia. Serangkaian laporan hasil penelitian menunjukan bahwa berudu dan larva nyamuk berkompetisi memperebutkan makanan ( Mokany & Shine 2003a,2003b ). Keberadaan berudu secara nyata menekan pertumbuhan dan ketahanan hidup larva nyamuk.. kegunaan katak untuk penelitian medis telah diketahui sejak dulu. Katak merupakan salah satu hewan percobaan yang banyak digunakan dalam penelitian maupun p[raktikum dilabolatorium. Senyawa aktif biologi pada kulit katak kini dikembangkan sebagai obat-obatan bagi manusia (Tyler 1994). Tahun 1939 uji kehamilan mengguanakan Xenopus laevis diperkenalkan oleh Hogben. Dengan ditemukan metode yang lebih maju dan m udah, tes ini kemudian ditinggalkan mulai tahun 1960-an (Gurdon & Hopwood 2000)

Selama beberapa tahun terakhir, para peneliti menyadari bahwa amfibi terutama pada tahap telur dan berudu sangat sensitif terhadap kerusakan lingkungan. Seringkali terjadi perubahan yang terukur baik secara morfologis maupun pada populasi satu jenis amfibi sebelum hewal lain terkena dampak kerusakan lingkungan.

Oleh karena itu, amfibi menjadi indikator biologos yang penting, damana adana perubahan pada populasi katak menjadi ukuran kesehatn lingkungan disekitarnya.

Katak dikonsumsi diberbagai negara. Indonesia adalah salah satu pemasuk kaki katak beku terbesar didunia (kusrini dan alfod 2006). Ekspor terbesar katak Indonesia terutama negara-negara di Eropa seperti Prancis, Belanda, Belgia dan Luxemburg. Katak yang dikonsumsi adalah katak yaang berukuran besar yang hidup disawah seperti fejervaria cancrivora dan katak batu limnonectes macrodon yang hidup disungai. Katak lembu lithobates catesbeianus (sinonim rana catesbeiana) yang berasal dari Amerika selatan secara khusus dibudidayakan untuk konsumsi.

Beberapa orang senang memelihara katak didalam terarium. Biasanya katak yang dipelihara adalah katak yang berwarna bagus dan relatif tidak banyak melompat saat dipegang. Data kuota ekspor satwa liar yang dikeluarakan oleh departemen kehutanan setiap tahun menunjukan bahwa katak dari jawa barat semisal R.Reinwardti, R.margaritifer dan Nyxticalusmargaritifer diekspor untuk kepentingan hewan peliharaan .

ANCAMAN PELESTARIAN

Tahun 2004 IUCN meliris tentang kepunahan global populasi amfibi (Stuart et al.2005). Disebutkan bahwa lebih dari sepertiga populasi amfibi didunia sedang atau telah mengalami penurunan. Tidak kurang dari sembilan jenis telah punah sejak tahun 1980. Salah satu jenis yang hilang diAustralia adalah suku Rheobatrachidae. Ancaman kelestarian amfibi dapat berupa satu atau kmbinasi dari berbagai penyebab seperti penguranan habitat, pencemaran, introduksi spesies eksotik, penyakit dan parasit, serta penangkapan lebih. Selain itu para ahli juga cemas karena pada beberapa kasus terjadi kepunahan di daerah-daerah yang terpencil dan dilindungi serta tanpa sebab-sebab yang jelas.

Fibi sangat tergantung pada air. Lahan basah den habitat memijah amfibi lainnya seringkali menjadi tempat pembuangan dan penampungan bahn pencemar. Selain itu lahan basah dan hutan tempat tinggal katak kini banyak yang hilang, umunya untuk pembangunan. Manusia juga seringkali memasukan jenis katak lain dengan sengaja untuk kepentingan budidaya namun terlepas kealam. Misalkan, katak lembu lembu lithobates catesbeianus yang didatangkan dari Amerika Selatan. Jenis ini bila terlepas kealam dapat membunuhkatak lokal .

Amfibi juga terancam oleh penyakit. Sejenis jamur yang diduga kuat menjadi penyebab kematian masal amfibi di Amerika tengah, Australia dan belahan dunia lain telah diteliti secara intensif. Katak yang terjangkit jamur ini seringkali disebut menderita penyakit chytridiomycosis.

Katak ditangkap untuk dimakan dan juga untuk keperluan hewan peliharaan atau hewan percobaan dilaboratorium. Indonesia adalah negara pengekspor terbesar paha katak beku didunia. Jenis yang dapat dimakan biasanya berupa katak sawah dan juga beberapa spesies yang diintroduksi dari luar seperti katak lembu lithobates-chatesbeianus. Pengambilan dari alam diyakini memberi sumbangan penting bagi konsumsi daging katak dan dikawatirkan dapat mengakibatkan berkurangnya populasi katak dialam. Saat ini data mengenai keberadaan dan status amfibi di Indonesia sangat sedikit. Paling tidak dua jenis katak dari Bawa Barat telah masuk kedalam daftar merah Red list IUCN yaitu katak batu, limnonectes macrodon (vulnerable atau rawan) yang umum dijumpai disungai-sungai di Jawa Barat dan dikonsumsi serta leptophryne cruentata, kodok berukuran relatif kecil yang populasinya dikawatirkan menurun. Survey yang dilakukan tim fakultas kehutanan IPB pada tahun 2004 hanya menemukan tiga individu dalam dua minggu. Oleh karena itu dalam daftar merah IUCN jenis ini masuk kedalam kategori Critically Endangered atau terancam punah.

sumber : Buku Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat oleh Mirza D. Kusri

Ikuti Kami