12 Tahun Taman Nasional Gunung Ciremai : “Memantapkan Jalan Menuju Kedaulatan Rakyat!”

kubang-7-web(Salah Satu Wisatawan di Obyek Wisata Bukit Seribu Bintang)

Dokumen keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 menjadi titik balik perubahan fungsi gunung ciremai yang semula berstatus hutan lindung yang kelola oleh Perum Perhutani menjadi stastus taman nasional seluas ±15.500 Ha yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka yang kelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) di bawah wewenang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kemudian pada tahun 2014 kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ditetapkan seluas 15.500 Ha melalui keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.3684/Menhut-VII/KUH/2014.

Dengan demikian kawasan TNGC seluas 15.500 Ha itu harus berubah wajah menjadi kawasan konservasi yang menerapkan segala aturannya.

10 tahun pertama TNGC berjuang keras untuk menerapkan aturan konservasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Ada beberapa hal yang dianggap oleh sebagian kalangan bawa koservasi alam tidak memihak rakyat kecil. Misalnya penggarapan lahan TNGC untuk aktivitas pertanian (sayuran dan tanaman kebun). Dahulu sebelum gunung ciremai menjadi taman nasional, masyarakat sekitar memanfaatkan sebagian lahan gunung ciremai sebagai ladang pertanian dan perkebunan. Kemudian setelah gunung ciremai beralih fungsi menjadi taman nasional hal tersebut tidak diperkenankan lagi. Sebagai gantinya BTNGC menjanjikan alih profesi dari petani penggarap menjadi pelaku wisata alam.

Dibawah kepemimpinan Ir. Padmo Wiyoso sebagai Kepala Balai, BTNGC bertekad membantu menambah kesejahteraan masyarakat di sekitarnya dengan cara mengoptimalkan potensi wisata alam berbasis swadaya masyarakat pada zona pemanfaatan. Ada sekitar 45 desa di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan taman nasional gunung ciremai. Semua desa tersebut digali potensinya untuk dioptimalkan sebagai desa wisata alam.

Beberapa desa yang telah berhasil membangun wisata alam, diantaranya :

Kabupaten Kuningan :

  1. Desa Sagarahiang : Wisata Sejarah dan Religi Situs Lingga
  2. Desa Cisantara : Wisata Alam Bumi Perkemahan (Buper) Palutungan dan Curug Putri, Buper Ipukan dan Jalur Pendakian
  3. Kelurahan Cigugur : Wisata Alam Balong Cigugur
  4. Desa Pajambon : Wisata Alam Lembah Cilengkrang
  5. Desa Sukamukti : Wisata Alam Gunung Putri
  6. Desa Babakan Mulya : Wisata Alam Balong Dalem
  7. Desa Manin Kidul : Wisata Alam Cibulan
  8. Desa Linggasana : Wisata Alam Jalur Pendakian
  9. Desa Linggajati : Wisata Alam Jalur Pendakian
  10. Desa Setianegara : Wisata Alam Bukit Lambosir dan Woodland Hulu Ciawi
  11. Desa Cibeureum : Wisala Alam Buper
  12. Desa Cibuntu : Wisata Alam Curug Gongseng
  13. Desa Paniis : Wisata Alam Buper
  14. Desa Singkup : Wisata Alam Buper
  15. Desa Pasawahan : Wisata Alam Situs Sumur 7 Cikajayaan
  16. Desa Kaduela : Wisata Alam Talaga Remis, Situ Cicerem
  17. Desa Padamatang : Wisata Alam Buper
  18. Desa Padabeunghar : Wisata Alam Bukit Seribu Bintang, Batu Luhur

Kabupaten Majalengka :

  1. Desa Bantaragung : Wisata Alam Curug Cipeuteuy dan Buper Awi Lega
  2. Desa Sangiang : Wisata Alam Situ Sangiang
  3. Desa Argalingga : Wisata Alam Buper
  4. Desa Argamukti : Wisata Alam Jalur Pendakian

Seabreg tempat wisata yang bertebaran di kaki gunung ciremai itu akan segera disusul oleh desa lainnya yang akan membangun wisata alam baru sesuai dengan potensinya masing-masing. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok penggerak wisata alam bahu-membahu dan bergotong royong secara swadaya untuk mewujudkan desa wisata. Mereka rela mengerjakannya dengan sukarela. BTNGC hanya sedikit memberikan bantuan dana. Tapi bimbingan teknis dan promosi pengelolaan wisata alam rutin diberikan kepada para kelompok penggerak wisata itu. Secara perlahan obyek wisata yang terdapat di desa wisata tersebut mulai banyak di kunjungi oleh pengunjung.

Seakan gayung bersambut, jalan tol CIPALI yang menghubungkan kota-kota besar melewati Cirebon yang berdekatan dengan kawasan TNGC. Otomatis jumlah wisatawan yang datang ke Cirebon, Kuningan dan Majalengka menjadi bertambah. Hal ini dapat disaksikan pada weekend dan tanggal merah, jalan yang menghubungkan Kuningan, Majalengka dan Cirebon menjadi lebih padat karena banyaknya wisatawan luar kota yang hendak bertamasya ke sejumlah obyek wisata disekitarnya terutama kawasan TNGC.

Belum lagi rencana pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati-Majalengka, tentu tidak hanya wisatawan lokal yang akan berkunjung. Tetapi wisatawan mancanegara pun akan segera berdatangan ke Kuningan, Majalengka, Cirebon dan Kawasan Wisata TNGC.

Peningkatan kualitas obyek wisata alam di kawasan TNGC mutlak perlu dilakukan guna menyambut peluang besar pasar wisata baru sehingga layak suguhkan menjadi destinasi wisata alam kepada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

Dengan demikian diharapkan semua obyek wisata di desa-desa wisata tersebut dapat membantu meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat disekitarnya melalui keterlibatan dalam pengelolaan wisata. Selain itu juga sebagai wujud nyata alih profesi dari penggarap menjadi pelaku wisata alam.

Dirgahayu TNGC!

Ikuti Kami