Ki Pait “Tumbuhan Insulin”

IMG_20180621_060659_032

Tumbuhan ini banyak tumbuh di Taman Nasional Gunung Ciremai terutama ditempat terbuka, keberadaanya tumbuh liar, cepat tumbuh sulit dikendalikan. Dua hari yang lalu ketika melakukan kegiatan Monitoring Elang Jawa diblok Sayana tumbuhan tersebut menarik perhatian hanya dengan melihat bunganya.
.
Warna bunga tumbuhan ini berwarna kuning mirip dengan bunga matahari. Jika diperhatikan dengan seksama daun-daun tumbuhan ini mulus dan tidak ada ulat atau serangga yang memakannya lalu mencari tahu lebih jauh tentang khasiat dan manfaatnya dimbah google ternyata sungguh diluar dugaan banyak sekali kegunaannya.
.
Tumbuhan dengan bunga warna kuning tersebut disebut oleh masyarakat setempat dengan nama Ki Pait (Tithonia diversifolia) dari suku Asteraceae. Tumbuhan Ki Pait mempunyai banyak manfaat diantaranya sebagai pestisida nabati, Tumbuhan ini sangat tahan serangan hama dan penyakit. Tumbuhannya tidak dimakan serangga atau ulat.

IMG-20180621-WA0001~2

Daunnya mulus tidak ada lubang-lubang. Selama pengamatan tidak ada penyakit yang menyerang tumbuhan Ki Pait ini. Mungkin kemampuan ini dikarenakan Ki Pait memiliki kandungan senyawa yang tidak disukai penyakit atau beracun bagi hama serangga, sehingga tidak ada hama dan penyakit yang bisa menyerangnya. Senyawa ini bisa diekstrak dan dimanfaatkan sebagai bahan untuk pestisida nabati.

Tidak hanya sebagai pestisida nabati, Ki Pait juga bisa digunakan untuk mengatasi penyakit kencing manis atau diabetes. Oleh karena itu, Ki Pait juga dikenal sebagai tumbuhan insulin. Ki Pait bisa mengendalikan kandungan gula darah selayaknya insulin.

Berikut ini resep pemanfaatan daun Ki Pait untuk mengatasi kencing manis berdasarkan beberapa sumber di Google.
1. 10 lembar daun Ki Pait
2. Rebus dengan 4 gelas air hingga tinggal satu gelas.
3. Minum 1 gelas x 3 kali sehari. Jadi sisa airnya diminum pagi hari, siang hari, dan sore hari.
Untuk pengobatan diminum 3 kali sehari. Jika sudah mulai membaik dapat diturunkan sekali atau dua kali sehari.

[teks & foto © BTNGC – Iwan Sunandi | 062018]

Ikuti Kami