Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) setiap tahunnya menjadi lokasi tujuan pembelajaran lapangan para mahasiswa perguruan tinggi dalam mempraktekkan teori-teori yang diperoleh di kampus. Salah satunya adalah mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara (USU) yang pada Agustus 2018 ini berkesempatan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di TNGC.
Salah satu materi yang diberikan kepada mahasiswa adalah bagaimana cara mengetahui debit air sungai. Pengalaman menarik diperoleh mahasiswa USU dalam melakukan penghitungan debit air secara manual. Sebelum praktek langsung, mahasiswa diberikan pendahuluan dan metode yang akan dilakukan. Ketika dijelaskan oleh pendamping praktek, Azis Abdul Kholik, semua terdiam dan menyerngitkan kening.
Sambil tersenyum, Azis yang merupakan fungsional Pengendali Ekosistem Hutan menambahkan “tenang saja, ini gampang kok”.
Maklum latar belakang jurusan para mahasiswa ini adalah dari jurusan THH (Teknologi Hasil Hutan) yang cenderung kegiatan mereka tentang pemanfaatan hasil hutan kayu. Mahasiswa sempat kebingungan dengan peralatan yang dibawa oleh pendamping lapangan untuk praktek pengukuran debit air. Pendamping lapangan hanya membawa peralatan berupa bola pingpong (bola tenis meja), meteran kain dan stop watch.
Setibanya di lokasi yaitu Blok Sumur, Sayana, Jalaksana, Azis menjelaskan beberapa tahapan dalam penghitungan debit air yang lokasi pengambilan datanya di aliran. Materi & praktek perhitungan debit air ini menjadi salah satu materi khusus dari Balai TNGC yang diberikan kepada mahasiswa yang melakukan praktek di TNGC. Hal ini mengingat TNGC memiliki puluhan sumber mata air yang harus terus dipantau debitnya. Perhitungan debit air ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
Keberadaan sumber air dapat menjadi salah satu parameter rusak tidaknya suatu kawasan hutan antara lain dilihat dari besar kecilnya debit air. Potensi sumber mata air yang melimpah di kawasan TNGC menjadikan gunung tertinggi di Jawa Barat ini sebagai salah satu “menara air” yang potensial. Fungsi hidrologis kawasan sebagai suplai air bersih dan pengatur tata air bagai masyarakat. Selain itu, berfungsi juga sebagai komponen habitat dari tumbuhan dan satwa liar yang hidup di sekitar mata air.
Setelah mendapatkan penjelasan dari pendamping lapangan, mahasiswa menjadi mengerti tantang fungsi dari alat-alat yang mereka bawa tadi, dan cukup memahami mengapa TNGC sangat menjaga kelestarian dari keberadaannya fungsi dan manfaat air. Bagi mereka kegiatan tadi merupakan pembelajaran alam seperti bermain-main di hutan, tetapi memiliki manfaat yang penting bagi masyarakat di lereng Gunung Ciremai.
#sobatCiremai, tidak ada hutan maka tidak ada air. Jangan sampai yang ada hanya air yang menetes baru kita sadari penting arti hutan sebagai penyerap air. Yuk kita lindungi hutan kita untuk masa depan yang lebih baik.
[Teks & foto © Azis AK – BTNGC | 082018]