Mendaki gunung merupakan aktivitas yang sangat diminati kalangan remaja bahkan usia dewasa, walaupun sebenarnya mendaki gunung bukan perkara yang mudah. Tidak hanya sekedar berjalan, membawa perlengkapan dan perbekalan seadanya, atau bahkan menggunakan pakaian sekedarnya. Namun perlu direncanakan dan dipersiapkan secara matang. Bagi usia dewasa, pendaki sudah belajar bagaimana mempersiapkan perbekalan namun bagi usia remaja masih banyak yang melakukan pendakian dengan modal “nekat”. Inilah yang dilakukan petugas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) bersama mitra pengelola jalur pendakian untuk mengedukasi pendaki. Jangan sampai kita membawa diri dalam situasi yang berbahaya pada saat mendaki.
Setiap tahun, Gunung Ciremai kerap didatangi pendaki dengan jumlah yang besar pada momen memperingati 17 Agustus dan akhir tahun. Biasanya pendaki sudah mulai berdatangan dua atau tiga hari sebelumnya. Jalur pendakian Gunung Ciremai meliputi Linggajati, Linggasana, Palutungan dan Apuy. Petugas dan mitra pengelola jalur pendakian sudah bersiap di pos pendakian pada masing-masing jalur untuk menyambut pendaki.
Hal pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan perlengkapan yang dibawa para pendaki. ada yang belum membawa perlengkapan sekedarnya, maka pendaki diharuskan untuk melengkapi demi keselamatan selama mendaki, seperti perbekalan yang tidak cukup. Dilanjut dengan doa bersama agar selamat hingga puncak Ciremai dan kembali turun. Kondisi para pendaki mulai dari naik hingga turun semua dalam keadaan sehat dan selamat. Petugas dan pengelola memastikan pengecekan mulai dari pos pertama hingga puncak agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi.
#sobatCiremai, alam sangat bersahabat apabila kita memperlakukannya sebagai sahabat, namun akan melawan apabila kita memperlakukannya sebagai musuh atau obyek yang ingin ditaklukan. Tahukah sobat mengapa letika mendaki kebanyakan akan menundukkan wajahnya bukan mengangkatnya?agar saat berhadapan dengan alam tidak boleh sombong.
Selain itu, banyak makna kehidupan yang dapat dipetik dari mendaki gunung. Empati, tidak sombong, ringan tangan, gotong royong, dan saling membantu sesama hanya sepenggal makna yang tersimpan. Apabila sobat pendaki sejati, maka makna saat mendaki akan dapat dilakukan pada kehidupan keseharian kita.
[teks © Nisa – BTNGC ; foto © PPGC & BTNGC | 082018]