Mahasiswa ITB Belajar Perencanaan Kawasan Hutan ke Taman Nasional Gunung Ciremai

IMG-20181107-WA0030
.
Jum’at (2/11), Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) kedatangan 45 mahasiswa jurusan Perencanaan Tata Wilayah Kota Institut Teknologi Bandung (ITB). Didampingi tujuh orang dosennya, mahasiswa diajak melihat langsung pengelolaan hutan taman nasional yang merupakan hutan konservasi.
.
Mufrizal, Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyambut mahasiswa dan memberikan gambaran mengenai pengelolaan kawasan TNGC di kantor Balai TNGC.
.
Selayaknya wilayah perkotaan, hutan pun terbagi menjadi beberapa zona yang disesuaikan dengan fungsinya. Dalam penentuan zonasi, dilakukan inventarisasi potensi kawasan hutan yang kemudian akan menjadi dasar penentuan zonasi.
.
TNGC terbagi dalam enam zonasi yaitu zona inti, rimba, pemanfaatan, rehabilitasi, religi dan sejarah serta khusus. Masing-masing zona mempunyai tata kelola dan fungsi yang tidak sembarangan.
.
Tak hanya bermanfaat secara ekologi namun juga mengangkat ekonomi, sosial dan budaya. Itulah landasan permasalahan yang ada di setiap kawasan hutan konservasi. Selama tidak memberikan solusi ekonomi, sosial dan budaya maka selama itu pula masalah akan terus ada.
.
Diskusi mahasiswa ITB yang cukup menarik dan membuka ruang pikir lebih dalam lagi, tentang bagaimana memberikan jawaban yang dapat membuka ruang pikir mahasiswa tentang pengelolaan kawasan konservasi.
.
Pertanyaan menarik dan yang paling banyak tentang pembagian ruang “spasial” kawasan TNGC, yaitu tentang zonasi kawasan taman nasional.
.
Pada umumnya pertanyaan-pertanyaan tersebut menganggap bahwa pembagian zona di taman nasional merupakan pembagian ruang yang sangat ketat, seperti ruang dalam bangunan yang rapat dan hanya dapat keluar masuk lewat pintu yang disediakan, itupun kalau ada pintunya.
.
“Memang dalam peraturan jelas disebutkan beberapa kriteria untuk masing-masing zona, seperti zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lainnya. Sedangkan pada kenyataan di lapangan kita akan kesulitan menemukan batas yang jelas antara masing-masing zona yang ada di kawasan,” jawab Mufrizal.
.
Jawaban jujur kita kepada mahasiswa tentunya berdasarkan aturan yang ada, bahwa TNGC ditunjuk berdasarkan kriteria tentang penunjukan suatu kawasan menjadi taman nasional, yaitu mempunyai ekosistem asli dan dapat dikelola dalam ruang zonasi.
.
Sedangkan jawaban sebenarnya adalah upaya Pemerintah Kuningan pada waktu itu sebagai kabupaten konservasi yang melihat kondisi kawasan gunung Ciremai yang mengalami penurunan fungsi secara ekologi, yaitu pengelolaan dengan status hutan produksi.
.
Hampir setengah dari luasan kawasan gunung Ciremai menjadi lahan terbuka dengan sistem tumpangsari, dengan menurunnya fungsi kawasan sebagai cathman area dan tentunya hal ini menyebabkan tingkat erosi yang tinggi dan fungsi penyimpanan air yang makin menurun kualitasnya.
.
Berdasarkan hal itu dan mendapat dukungan dari DPRD Kuningan serta Pemerintah Majalengka maka diusulkan evaluasi fungsi kawasan ke Pusat. Pada akhirnya terealisasi penunjukan kawasan gunung Ciremai menjadi taman nasional pada tahun 2014.
.
Menata zonasi dalam kawasan konservasi taman nasional menjadi hal yang tidak terlalu rumit seperti membuat kamar tanpa pintu dengan kriteria yang seakan begitu ketat. Kalau sebagian taman nasional ditunjuk dengan kondisi asli hutan alam, sementara TNGC ditunjuk dengan kondisi setengahnya saja hutan alam, selebihnya merupakan hutan buatan atau pernah ada campur tangan manusia.
.
Selanjutnya, mahasiswa berkunjung langsung ke obyek wisata alam Bumi Perkemahan Ipukan yang dikelola oleh kelompok LMDK Rimba Lestari sejak 2014.
.
Kang Jawil selaku pengelola menceritakan awal mula pengelolaan Bumi Perkemahan Ipukan. Mengandalkan tenaga dan swadaya, sedikit demi sedikit menata lokasi yang dulunya merupakan tempat masyarakat menggarap yang telah ditinggalkan.
.
“Kami mengajak masyarakat lain, tapi tidak ada yang mau bahkan dianggap melakukan pekerjaan yang sia-sia. Namun Allah SWT tidak tidur, sekarang bahkan kami dapat berbagi kepada anak yatim dan dhuafa disekitar kami”, tambahnya.
.
Mahasiswa juga diperlihatkan jenis satwa yang ada di Bumi Perkemahan Ipukan, kodok merah Ciremai (Leptopryne cruentata). Pada saat yang bersamaan, terlihat seekor lutung Jawa (Tracypithecus auratus) bergerak diatas Curug Cisurian. Mahasiswa sangat antusias melihat satwa hidup langsung di alam liar.
.
#sobatCiremai, dapat dibayangkan kalau kita, manusia terkekang tidak bisa kemana-mana. Akan terasa tidak mengenakkan. Begitu juga satwaliar, ketika rumahnya sudah “terfragmentasi” akibat kerusakan hutan maka kehidupannya pun akan terganggu.
.
Keindahan ekosistem hutan gunung Ciremai memikat banyak orang, terlebih dengan menyandang predikat gunung tertinggi di Jawa Barat. Yang jauh pun mendekat, seperti halnya kedatangan mahasiswa ITB Jum’at pagi kemarin. Tak hanya menjadi tempat belajar bagi sebagian masyarakat yang jarak tempat tinggalnya dekat dari kawasan.
.
Masih banyak sekali yang bisa kita pelajari dari alam pada umumnya dan gunung Ciremai pada khususnya, apalagi bagi #sobatCiremai yang tinggal di seputaran Ciayumajakuning.
.
Jangan lupa kenali dan cintai alam kita ini, karena satu kesatuan ekosistem inilah yang menjaga makhluk hidup yang ada disekitarnya, termasuk manusia.
.
[Teks © Nisa & ISO – BTNGC ; Foto © ISO & Asep W- BTNGC | 112018]
.
#klhk
#ayoketamannasional
#gunungciremai
#mahasiswaitb
#tataruangwilayah
#zonasi
#starcamipukan
#pesonakuningan
#pesonaindonesia
#wonderfulindonesia

Ikuti Kami