ABSTRAK
Hutan merupakan suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu. (Arifin Arief, 2001:11). Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup. Dalam proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi Mikrobilogi tanah pada tiga areal penutupan lahan di Jalur STPTN 1 Taman Nasional Gunung Ciremai. Metode Penelitian dengan pembuatan plot pada tiga lokasi berbeda yaitu hutan alam, hutan produksi/pinus, lahan terbuka/bekas pertanian. Dengan ukuran plot 20×20 dan sub plot 5×5. Alat yang digunakan dalam pengambilan sample tanah menggunakan ring tanah dengan ukuran tinggi 15 Cm dan diameter 5 Cm.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium maka kandungan mikrobiologi fungi di kedalaman 15 Cm berlokasi di lahan terbuka/bekas pertanian paling besar dan yang terkecil pada kedalaman 45 Cm di areal hutan pinus. Kandungan mikroorganisme rata-rata berada pada kedalaman 15 Cm dan yang paling besar terdapat pada lahan terbuka di kedalaman 30 Cm yaitu sebesar 134 (10 SPK/g) dan yang terkecil pada kedalaman 45 Cm di hutan produksi/pinus yaitu sebesar 25 (10 SPK/g). Di lahan terbuka memiliki kandungan terbesar karena bekas lahan bercocok tanam oleh petani sehingga siklus hidup biologi tanah lebih cepat, peranan mikrobiologi sangat penting bagi pertumbuhan tanaman karena ada sebagian tanaman yang memerlukan mikrobiologi, dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur dan aerasi.
Berbagai aktivitas pengelolaan pertanian dapat berpengaruh pada komunitas pengubah dalam tanah, dengan sistem tanpa diolah tanah akan menguntungkan fungi dibandingkan dengan sistem olah tanah (Guggenberger et al., 1999 dalam Husin (1994). Ketergantungan organisme tanah terhadap lingkungan tanah sangat berbeda-beda terutama dalam perolehan energi dan hara (Killham, 1994 dalam Husin 1994). Bisa di simpulkan bahwa Pada jenis penutupan lahan terbuka kandungan jenis fungi memiliki kandungan terbesar pada kedalaman 15 Cm yaitu 165 (10% SPK/g). Terdapat perbedaan jumlah kandungan fungi dan mikroorganisme pada berbagai jenis penutupan lahan. Kandungan mikroorganisme tanah pada areal lahan terbuka di kedalaman 30 Cm memiliki jumlah terbesar yaitu 134 (10 SPK/g). Jumlah mikroorganisme terkecil berada pada hutan produksi/pinus di kedalaman 45 Cm yaitu 25 (10 SPK/g). Dan adanya penelitian lebih lanjut mengenai mikrobiologi tanah secara deskriptif.
Riset Lainnya
- Analisis Permintaan Dan Nilai Ekonomi Pada Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Hulu Cai Paniis Dengan Metode Biaya Perjalanan
- Pengelolaan Kawasan Untuk Kegiatan Ekowisata Di Taman Nasional Gunung Ciremai
- Pengelolaan Terpadu Taman Nasional Gunung Ciremai Dalam Rangka Keberlanjutan Fungsi Lingkungan Hidup Sebagai Kawasan Konservasi Hutan Di Kabupaten Kuningan
- Perilaku Wisatawan Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan (Studi Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Wisatawan Di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Jawa Barat)
- Etnobotani Dan Potensi Tumbuhan Berguna Di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Pengelolaan Satwa Liar Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas cuvier, 1809) Di Wilayah SPTN I Linggarjati Taman Nasional Gunung Ciremai
- Keanekaragaman Jenis Bambu Di Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Jawa Barat
- Identifikasi Sumber Pakan Kelelawar Pemakan Buah Dan Nektar Sub Ordo Megachiroptera Berdasarkan Analisis Pollen Di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai
- Pengelolaan Satwa Primata Surili Prebytis Comata Di Taman Nasional Gunung Ciremai SPTN I Dan SPTN II
- Model Pembayaran Jasa Lingkungan Air (Payment For Environmental Services) : Studi Kasus Taman Nasional Gunung Ciremai Provinsi Jawa Barat (Model Of Payments For Water Environmental Service : Case Study Of Ciremai Mountain National Parks, West Java Province)