Menjadi suatu rahasia umum bahwa pengelolaan hutan konservasi akan selalu berbenturan dengan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Konflik selalu terjadi, baik antara manusia dengan hutannya, manusia dengan sumberdaya alam hayatinya bahkan manusia.
Tak luput di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Alih status kawasan menyisakan pilu bagi sejumlah masyarakat yang terlanjur menikmati hasil tumpang sari di dalam kawasan.
Mengubah persepsi sampai tingkah laku masyarakat eks penggarap ini mengalami proses yang cukup panjang. Dinamika sosial sangat tinggi, belum lagi ketika berhadapan dengan orang-orang yang tidak paham sejarah, mengkritisi dan berkomentar sesuai kepentingan semata.
Tapi banyak juga yang tanpa banyak komentar, namun banyak aksi yang coba dilakukan. Contohnya desa Cibuntu, salah satu desa penyangga di utara Gunung Ciremai.
Desa ini masuk dalam administrasi kecamatan Pasawahan. Memiliki sejarah panjang dengan kawasan Gunung Ciremai, tidak menjadikan masyarakatnya anti TNGC sewaktu alih status kawasan terjadi.
Keterikatan batin menjadi alasan utama, khususnya hutan yang selama ini menjadi penyangga kehidupan mereka. Tanpa banyak kata, inisiasi dilakukan dalam rangka menjadikan Desa Cibuntu destinasi wisata.
Bersama dengan Universitas Trisakti, rancangan dilakukan. Membangun kesepahaman dengan masyarakat dari berbagai elemen lingkup desa Cibuntu dilakukan. Hingga ditetapkan oleh Bupati Kuningan pada tahun 2012 menjadi Desa Wisata. Awalnya hanya sebatas pengunjung harian, lama kelamaan banyak menerima kunjungan dari luar kota bahkan banyak juga yang melakukan studi banding.
Tujuh tahun berjalan sudah, berbagai penghargaan berhasil diraih. Juara I Sapta Pesona lingkup Kab Kuningan tahun 2017, 5 peringkat terbaik homestay lingkup ASEAN tahun 2017 dan Juara II CBT Award tahun 2018 telah diraih.
Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan Pemerintah desa setempat, terutama sosok Kepala Desa yang kharismatik dan memberikan semangat dan contoh bagi masyarakatnya, H. Awam. Atas arahan beliau, masyarakat penyangga kawasan TN Gunung Ciremai harus menghargai karya leluhur dengan menjaga kawasan Gunung Ciremai siapapun pengelolanya. Bahkan saat ini,pengelola yang diamanahi menjunjung tinggi kelestarian.
Sobat, sinergitas antara alam dan manusia akan menjadi penentu kehidupan manusia selanjutnya. Kalau kita bijak dalam mengelola alam di sekitar kita, yakin dan percaya alam pun akan menjaga kita. Ada banyak hal selain kepentingan ekonomi semata, namun tatkala kita berusaha memberikan yang terbaik bagi alam. Alam pun dengan sendirinya akan memberi peluang bagi masyarakat sekitar agar dapat mengembangkan ekonominya. Seperti yang saat ini terjadi di Desa Cibuntu. Potret sinergitas alam dan manusia.
[Teks & Foto © Nisa S-BTNGC|062019]