.
Sobat suka makan Jengkol?. Atau tak pernah memakannya karena nggak suka dengan baunya?.?
.
Ya, Jengkol atau “Archidendron pauciflorum” atau “A. jiringa” atau “Pithecellobium jiringa” atau “P. lobatum” adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara.
.
Tanaman Jengkol mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang cukup tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air tanah.
.
Di gunung Ciremai, Jengkol bisa kita temui hingga ketinggian 1000an meter di atas permukaan laut (mdpl). Sebagian kecil Jengkol ditanam masyarakat sekitar. Namun kebanyakan, Jengkol tumbuh secara liar.
.
Jengkol termasuk suku polong-polongan atau “Fabaceae”. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral. Warnanya lembayung tua. Biji buahnya berkulit ari tipis dengan warna cokelat mengilap.
.
Kulit biji Jengkol memiliki getah berwarna keunguan yang sulit dihapus bila terkena pakaian. Semakin tua, warna bijinya mengarah ke warna kuning dan akhirnya merah atau cokelat setelah benar-benar matang.
.
Biji Jengkol keras dalam keadaan matang. Tapi bisa menjadi lunak dan empuk setelah direbus atau sedikit liat setelah digoreng. Nah tekstur inilah yang disukai. Walaupun beberapa orang juga menyukai konsumsi biji mudanya dalam keadaan mentah yang jauh lebih keras dan pahit.
.
Sobat mesti hati-hati sebab biji Jengkol sedikit beracun. Hal ini karena kandungan senyawa “Asam Amino” yang dapat menyebabkan “djenkolism” atau keracunan.?
.
Selain bau, mengkonsumsi Jengkol secara berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran urin yang disebut kejengkolan.
.
Namun sisi baiknya, Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan karena bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung.
.
Kemudian dari segi nutrisi, Jengkol memiliki “Vitamin”, “Asam Jengkolat”, “Mineral”, dan serat yang tinggi.?
.
Hmm, #sobatCiremai masih doyan makan Jengkol?. So, mari kenali, cintai, dan manfaatkan secara bijak tumbuhan sekitar kita.
.
[Teks © Tim Admin, Foto © IG @hardi91kusuma @tayotagarden @ragilproyoatmojo @sundabagja | 122019]