Edelweis begitu kondang bagi para pendaki. Keterkenalan bunga itu sampai melupakan tumbuhan lain yang juga sebenarnya tak kalah cantik dan bermanfaat bagi pendaki. Tumbuhan dimaksud yaitu Cantigi atau Vaccinium varingiaefolium”, sang penjaga yang tak kenal lelah menunggu dan membantu para pendaki menuju puncak.
Cantigi adalah tumbuhan yang umumnya tersebar sejak ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl), walaupun ada catatan juga di tempat yang lebih rendah. Flora ini dapat tumbuh pada tanah dengan “ph” atau tingkat keasaman rendah dan hidup pada kondisi tanah yang mengandung “alumunium” tinggi.
Di gunung Ciremai, apabila kita ke puncak lewat jalur Palutungan dapat menjumpai Cantigi setelah Transit Camp Pasanggrahan sampai ke bibir kawah. Di pos ini tinggi Cantigi menjadi lebih pendek seiring bertambahnya ketinggian.
Tumbuhan dari suku “Ericaceae” ini memiliki perawakan kerdil, kayu keras, dan bengkok-bengkok.
Dari kejauhan mudah bagi kita untuk membedakan Cantigi dengan tumbuhan lain melalui warna daun mudanya yang berwarna ungu kemerahan.
Sedangkan bunga Cantigi berbentuk malai atau untaian yang berwarna sama seperti daun muda. Bunga tersebut kemudian menjadi buah berwarna hijau. Lalu menjadi biru kehitaman saat matang.
Bagi pendaki, Cantigi memiliki manfaat yang jarang disadari. Posisi Cantigi yang tumbuh di samping kiri dan kanan jalur sangat membantu pendaki.
Saat kondisi jalur licin, kita dapat memanfaatkan batang dan akar Cantigi sebagai pegangan. Kita tidak perlu khawatir tumbuhan ini tercabut, karena Cantigi memiliki akar tunggang yang bercabang sehingga mencengkram kuat tanah.
#sobatCiremai, Cantigi memberi kita pelajaran penting. Ternyata untuk menjadi hebat tidak mesti terkenal. So, pilih mana nih, Cantigi atau Edelweis?.
[Teks & Foto © Tim Admin-BTNGC | 042020]