Mungkin sobat pernah icip kuliner yang bertabur bunga Honje?. Nah itu mungkin pakai Hoje biasa atau disebut “Etlingera elatior”. Sementara yang ini Honje Hutan atau “Etlingera hemisphaerica” .
Sebenarnya dalam keseharian, baik Honje biasa ataupun Honje Hutan mahfum dianggap sama saja dan dipergunakan sebagai bahan masakan karena aroma khasnya. Meski demikian, nggak ada salahnya lho kita berkenalan dengan Honje Hutan supaya menambah pengetahuan.
Iya, Honje Hutan ialah tumbuhan rempah dari suku jahe-jahean atau “Zingiberaceae” yang rimpangnya tumbuh di bawah tanah permukaan. Rimpang dengan tunas hijau inilah yang memunculkan batang-batang semu yang tumbuh tegak dan membentuk rumpun.
Kok disebut batang semu sih?. Kata orang pinter, sesungguhnya batang tersebut merupakan gabungan pelepah-pelepah daun yang cukup solid sehingga tampak seperti batang. Nah batang semu ini bisa tumbuh setinggi tujuh meter lho. Unggut-unggut!.
Kemudian, warna merah bunga Honje Hutan membentuk karangan padat berbentuk gasing yang menggemaskan. Coba sobat pandangin satu menit deh!.
Kuntum bunga Combrang ini sering dijadikan lalap atau direbus sebagai teman sambal, khususnya bagi orang Sunda ‘baheula’. ‘Ayeuna aya keneh anu nuang teu’?.
Sedangkan buah Honje Hutan berjejalan dalam bongkol. Bentuknya hampir bulat dengan butir besar yang di dalamnya terdapat banyak biji.
Sama seperti bunga Honje Hutan, buahnya juga biasa digunakan dalam masakan atau campuran sambal.
#sobatCiremai, lantas bagaimana rasa bunga dan buah Kecombrang?. Agak masam berbarengan dengan aroma khas yang agak menyengat. Cobain ya! ?
Mari kenali, cintai, dan manfaatkan tumbuhan sekitar kita dengan bijak.
[Teks & Foto © Hetty Hartati -BTNGC | 072020]