Benchmarking Pengelolaan Jasa Lingkungan bersama Masyarakat

IMG_0816

Untuk mengukur dan membandingkan kinerja pengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan (jasling) Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) terhadap aktivitas atau kegiatan di tempat lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal, Petugas Balai TNGC bersama masyarakat, kembali melakukan Benchmarking Pengelolaan Jasa Lingkungan ke Daerah Istimewa Jogjakarta.

IMG_0810

Pengelolaan Jasling bersama masyarakat yang telah dilaksanakan di TNGC antara lain, usaha pemanfaatan jasa wisata alam pemandu wisata, makanan dan minuman, transportasi wisata, informasi wisata, perjalanan wisata dan penyediaan souvenir.

20181117_165020

Benchmarking ini dilaksanakan sebagai upaya Balai TNGC dalam meningkatkan kinerja dan kualitas pemanfaatan jasa lingkungan yang telah dilaksanakan bersama masyarakat selama ini, dengan membandingkan dan mengukur sejauh mana pengelolaan Jasling di tempat lain.

Pelaksanaan dilaksanakan selama 4 hari, mulai hari Rabu s/d Minggu (14-18 /11). Rombongan berangkat dari Kuningan hari Rabu malam pukul 21.00 WIB dan kembali hari Minggu pukul 4.30 WIB.

Rombongan kloter pertama yang dipimpin oleh Kepala SPTN Wilayah I Kuningan (San Andre Jatmiko, S.Hut, MM.) berjumlah 44 orang, terdiri dari petugas Balai TNGC (Pejabat Struktural, Pejabat Polhut, Pejabat PEH, Pelaksana, Tenaga Honorer/ Kontrak dan Masyarakat Petani).

Lokasi yang menjadi sasaran kegiatan antara lain, pengelolaan budidaya kakao dan kambing oleh masyarakat Patuk, Gunung Kidul dan Pertanian terpadu “Joglo Tani” di Sleman.

Wisata alam Geopark di Gunung Kidul, wisata alam minat khusus River Tubing di Kali Suci – Gunung Kidul, wisata alam Seribu Batu Songgo Langit di Mangunan, dan  wisata alam Pantai Krakal di Gunung Kidul.

Wisata souvenir dan batik di Jalan Malioboro dan Pasar Bringharjo, sedangkan untuk wisata sejarah dan budaya di Keraton Kesultananan Jogjakarta.

Untuk jasa wisata makanan dan minuman serta oleh-oleh makanan khas lokal, yang menjadi sasaran antara lain, jasa kuliner makanan tradisional restoran “Keong Mas”, makanan restauran nasi merah, makanan serba jamur, makanan laut pantai Krakal, gudeg Jogja dan Goebog Resto, serta penyediaan jasa makanan dan minuman di wisata alam River Tubing di Gunung Kidul dan wisata alam Seribu Batu di Mangunan.

Untuk jasa souvenir dan oleh-oleh makanan khas lokal perbandingan dan pengukuran di lingkungan jalan Malioboro dan pasar Bringharjo serta lingkungan Keraton Sultan Jogjakarta, sedangkan untuk “buah tangan” hasil budidaya di Griya Coklat Budidaya Kakao dan hasil olahan makanan hasil pertanian terpadu di “Joglo Tani” Sleman.

Sedangkan pengelolaan jasa pemanduan wisata alam di River Tubing dan transportasi wisata di seatle angkutan Jeef wisata alam Kali Biru dan Keraton Jogjakarta.

Selain itu, rombongan dapat melihat, mengukur dan membandingkan pengelolaan air di Kabupaten Gunung Kidul yang sebelumnya merupakan daerah yang kesulitan air, gersang dan berbatu, sekarang terlihat hijau dan kesulitan air dapat teratasi.

Benchmarking ini dilaksanakan  dengan cara mengukur dan membandingkan mulai dari perencanaan, perizinan, kerjasama, kelembagaan kelompok, pengorganisasin, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi serta pemecahan permasalahan dalam pengelolaan jasa lingkungan di lokasi yang sesuai dengan pengelolaan jasling di TNGC.

Selain kegiatan di atas, rombongan juga mendapat nilai tambah berupa kegiatan team building di Pantai Krakal dan motivasi dari motivator Rizki Hazjik, Pak Haji Samidi dan Pak Sadi Budidaya Kakao, Mas Ipung di Seribu Batu dan Pak TO. Suprapto di Joglo Tani.

Banyak hal positif yang diperoleh dari perjalanan 84 jam ini, mulai dari penyediaan sarana dan prasarana wisata alam dan budidaya, pengembangan “gendongan” mulai dari pengenalan potensi sampai menjual produk, interpreter, memandu dan pengamanan pengunjung, sub terminal wisatawan dan seatle angkutan, pengembangan souvenir dan makanan khas lokal, serta aspek sosial dan budaya lokal.

#sobatciremai, penasaran dengan cerita kakao jadi lulur kecantikan, motivasi di pantai Krakal, kisah Mas Ipung merenung tujuh hari di atas batu, dan kenapa dinamakan kali biru serta cerita perjalanan 84 jam lainnya, tunggu episode masing-masing obyeknya

Namun semua ukuran dan perbandingan yang diperoleh tidak akan meningkatkan kinerja dan kualitas pengelolaan jasling di TNGC jika tidak dilaksanakan. Seperti yang sampaikan Pak TO. Suprapto di Joglo Tani “tidak ada keinginan yang tercapai, tanpa kita melakukan”, “JOS” (jangan omong saja).

[Teks & Foto © ISO – BTNGC | 112018]

Ikuti Kami