Kuliah Lapangan “Biokonservasi”

2018-11-26-15-48-03
.
Pengelolaan taman nasional dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) telah berusaha mewujudkan tujuan tersebut. Sudah ratusan mahasiswa melakukan penelitian dan belajar dari gunung soliter ini.
.
Ada 12 pertanyaan cerdas yang diajukan mahasiswa biologi, Fakultas Sekolah dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang pengelolaan konservasi pada diskusi awal kuliah lapangan di TNGC.
.
Sabtu (24/11), rombongan mahasiswa ITB dipimpin dosen Samidi, sebanyak 48 orang, terdiri dari 42 mahasiswa Jurusan Biologi, 3 pendamping dan 3 dosen akan melakukan kuliah lapangan #biokonservasi di kawasan konservasi “insitu” TNGC dan “eksitu” Kebun Raya Kuningan (KRK).
.
Acara perkenalan menyampaikan maksud tujuan kuliah lapangan dan alasan mengapa ITB memilih TNGC sebagai lokasi kuliah lapangan “biokonservasi”.
.
Dosen Samidi menjelaskan, “TNGC memiliki kekhususan, memiliki terobosan dalam menyelesaikan permasalahan kawasan serta merubah paradigma pengelolaan kawasan konservasi yang negatif yakni serba dilarang dan kontra pembangunan menjadi taman nasional yang berani merubah paradigma lama tersebut”.
.
Selanjutnya pemaparan materi pengelolaan TNGC yang disampaikan Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan, San Andre Jatmiko tentang potensi gunung Ciremai dari ruang bawah tanah, permukaan tanah, antara permukaan tanah dan tajuk serta potensi di tanjuk. Selain itu dijelaskan zonasi kawasan, permasalahan dan upaya penyelesaiannya, progres program dan kegiatan yang telah dicapai serta upaya mengelola resiko dalam menghadapi kesehatan lingkungan sekitar yang semakin kompleks hingga dapat mengancam kelestariannya.
.
Selanjutnya sesi tanya jawab. Tercatat 12 pertanyaan menarik tentang konflik lahan dengan masyarakat, hambatan dalam pengelolaan kawasan, pengelolaan sampah dan dampaknya, pengaruh sampah makanan terhadap perubahan perilaku satwa di obyek wisata, keterlibatan “stakeholders” badan usaha, kiat membangun relasi dengan masyarakat sekitar, antisipasi resiko selain kebakaran, konflik satwa, kesehatan lingkungan kawasan, “patologi”, kesehatan air dari bakteri “e. ecoli” dan pengaruh “mass tourism” dengan ekowisata.
.
Jawaban dan penjelasan disampaikan San Andre dengan jelas. Karena beberapa pertanyaan merupakan yang sering ditanyakan berbagai pihak kepada Balai TNGC.
.
Sebelum berangkat ke KRK di Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, mahasiswa dikenalkan anakan Ikan Dewa (Tor sorro) yang hidup di akuarium Balai TNGC.
.
Sesuai jadwal mahasiswa, Minggu (25/11) kuliah lapangan di Blok Ipukan. Blok yang sejarahnya bekas persemaian dan lahan garapan tumpangsari. Sekarang menjadi tempat wisata alam dengan tema “landscape”, Surili, Lutung dan tentunya si Kodok Merah Ciremai (Leptophyrne cruentata).
.
Semakin banyak pengunjung di kawasan konservasi akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Minimalkan hal negatif dan terus tingkatkan hal positifnya.
.
#sobatCiremai, kepunahan itu suatu keniscayaan karena alam ini bersifat fana. Tetapi kita tidak boleh lemah karena hal itu, tetap semangat menggali potensi dan manfaat taman nasional dengan penuh kearifan. Jangan sampai punah sebelum dikenali manfaat keberadaannya.
.
Gunung Ciremai adalah karunia Yang Maha Kuasa, banyak ilmu pengetahuan di dalamnya, jangan hanya dilihat. So, ayo belajar langsung di lapangan seperti mahasiswa ITB.
.
[teks © ISO, foto © BTNGC | 112018]
.
#klhk
#ayoketamannasional
#gunungciremai
#itb
#fsthitb
#ipukan
#fgc2018
#festivalgunungciremai
#pesonakuningan
#pesonaindonesia
#wonderfulindonesia

Ikuti Kami