Alunan Ciremai, Duet Maut Pop-Tarling


.
Apakah sobat Ciremai hobi mendengarkan musik?. Ya, musik memang selalu hadir dalam keseharian kita. Jenis musik tradisional maupun modern dengan tempo “slow” atau “beat” kerap menyenangkan penikmatnya. Apapun jenis dan iramanya, musik memang selalu asyik kita dengar dan dendangkan di waktu senggang atau saat beraktifitas.
.
Kita tahu letak gunung Ciremai di timur Parahyangan dan dekat pantai utara Jawa (Pantura). Nah, gunung tertinggi di Jawa bagian barat ini juga “soliter”, terpisah dari gunung lain. Tapi dalam kesendiriannya, ternyata Ciremai diapit oleh dua kebudayaan yakni budaya Cirebonan dan budaya Sunda.
.
Sejak masa Kesultanan Cirebon telah terjadi “akulturasi” budaya di utara Ciremai. Budaya lokal seperti Sunda dan Jawa bercampur dengan budaya asing seperti Arab, India, Tiongkok dan Eropa dalam aktifitas niaga di pelabuhan. Konon percampuran berbagai budaya tadi melahirkan budaya Cirebonan yang kita kenal sekarang.
.
Sedangkan di timur, selatan dan barat gunung Ciremai berkembang budaya Sunda dari Kerajaan Galuh Ciamis yang termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran.
.
Dalam sejarahnya, kedua budaya tadi silih berganti ‘menguasai’ wilayah kaki gunung Ciremai. Oleh karenanya tercipta budaya unik pada masyarakat setempat.
.
Satu keunikan budaya tersebut bisa kita lihat pada seni musik. Pop Sunda dan Gitar-Suling Cirebonan atau lebih dikenal Tarling adalah dua ikon jenis musik yang digandrungi masyarakat kaki gunung Ciremai.
.
Para pencipta lagu Pop Sunda dan Tarling Cirebonan kerap memperoleh inspirasi dari gunung Ciremai. Alam asri Ciremai seperti “landscape”, pepohonan, kabut dan mata air jadi sasaran empuk komponis atau pencipta lagu. Setidaknya ada dua judul lagu yang melegenda yakni Cibulan dan Talaga Remis pada dekade 80 hingga 90-an.
.
Lagu Cibulan melantunkan irama tarling pantura yang ceria dengan bahasa Cirebonan. Dariyah ialah penyanyi pertama yang mempopulerkan tembang tersebut. Belakangan ini Diana Sastra, penyanyi kondang Pantura melakukan “remake” lagu tersebut tapi tetap setia dengan aliran tarling.
.
“Kelingan kula kelingan. Pelesiran jalan-jalan. Lunga piknik ning Cibulan. Rame-rame sebebaturan”. Itulah sepenggal liriknya yang menceritakan pengalaman piknik ke Cibulan bersama sanak saudara. Alunan vokal dan iringan musik khas tarling benar-benar mantap untuk goyang.
.
Sementara lagu Talaga Remis yang beraliran Pop Sunda di populerkan Nining Meida, biduan yang banyak menelurkan “hits” tembang Parahyangan. Doel Sumbang, legenda Pop Sunda pun sempat turut mendendangkan lagu ini.
.
Irama mendayu-dayu Pop Sunda sangat enak bila kita barengi anggukan kepala dan ketukan kaki. “Talaga Remis, talaga endah romantis. Tempat urang ngumbar asih ngamprokkeun rasa kasono. Nyacapkeun rasa katresna. Duh endah di sisi Talaga Remis”. Lirik lagu ini mengisahkan romantisme dua sejoli yang memadu kasih.
.
#sobatCiremai, dua lagu tadi merupakan kekayaan sosial budaya lokal yang mengantarkan wisata alam Cibulan dan Talaga Remis ke zaman keemasan. Mau dengar dua lagu itu?. Cari saja di “youtube” ya. Jangan lupa mampir ke “channel” Taman Nasional Gunung Ciremai.
.
Sebenarnya masih banyak lagu dengan “setting” gunung Ciremai seperti lagu Situ Sangiang atau lagu Palutungan hasil kreasi Lokananta. Namun sayangnya lagu-lagu ini masih berusaha untuk mendapatkan tempat di hati penggemarnya.
.
Kita mafhum, karya seni musik kerap mampu mendongkrak popularitas sebuah tempat sehingga menjadi bahan perbincangan hangat dan tujuan destinasi. So, ayo viralkan karya seni musik sobat agar gunung Ciremai “go internasional!”.
.
[Teks © Tim Admin, Image © Rudi & Google – BTNGC | 012019]

Ikuti Kami