Sobat pernah terkena bentol dan gatal saat beraktivitas dalam hutan?. Penyebabnya boleh jadi karena kulit bersentuhan dengan daun Pulus.
Ya, Pulus (Dendrocnide stimulans) atau “Wood Nettle atau “Stinging Nettle” ialah tumbuhan dari “genus Dendrocnide” yang banyak tumbuh di daerah hutan hujan tropis dataran rendah seperti gunung Ciremai.
Di beberapa daerah Indonesia, Pulus sering dianggap sama dengan #Kemadu atau Kemaduh (Laportea sinuata), #Jelatang atau Jelutung (Girardina palmata), dan #Lateh. Padahal sejatinya ketiga “spesies” tadi berbeda. Tapi ketiganya memiliki kesamaan yakni bulu sengat pada daun.
Daun Pulus punya tulang dan urat yang tampak jelas. Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat. Semakin tua, gerigi semakin menghilang.
Nah, bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu-bulu halus yang hanya tampak bila dilihat dari jarak sangat dekat.
Bila bulu-bulu ini tersentuh bagian kulit kita yang halus dan sensitif seperti punggung tangan, lengan, paha, dan betis, maka bisa menimbulkan rasa gatal, perih dan panas yang cukup menyengat.
“Penampilan Pulus tak mencolok di antara lebatnya dedaunan di hutan. Mungkin karena itu jua ia gampang berbuat jahil kepada manusia”, ujar Dwi, Analis Data Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (15/11).
Konon bila tanpa penanganan, sengatan Pulus pada kulit ini biasanya baru hilang setelah satu atau dua minggu!.?
“Racun yang terdapat dalam bulu sengat Pulus adalah ‘formic acid’ dan beberapa jenis asam lainnya”, tambah Dwi.
Masih menurut Dwi, kandungan racun yang mirip dengan Pulus dijumpai pada sengat lebah dan sengat semut sehingga asam “formic” ini juga disebut asam semut.
“Seharusnya asam semut larut dengan mudah dalam air. Tapi anehnya hal ini bertolak belakang dengan informasi dari masyarakat yang menyatakan bila terkena sengatan Pulus sebaiknya jangan dicuci. Melainkan menggosok kulit yang terkena sengatan dengan tanah gembur kering”, ungkap Dwi.
Menurut literatur yang bertebaran di dunia maya, menggosok daun Pacing Merah berkhasiat menyembuhan luka sengatan Pulus.
Sedangkan menurut sumber bacaan lain, air yang dihasilkan dari remasan tanaman “Alocasia macrorrhiza” atau Talas Gajah dapat secara instan menghilangkan rasa sakit sengatan Pulus.
“Namun siapa sangka, ternyata selain menyengat, salah satu literatur yang ditemukan menyebutkan daun Pulus juga memiliki manfaat positif”, lanjut Dwi.
Lalu literatur lain menuliskan daun, tunas muda, dan akar keluarga Laportea ini ternyata dapat dimakan. Sebab, daun Pulus punya kandungan vitamin A, C, dan zat besi cukup tinggi dengan protein tujuh persen.
“Bila daun Pulus dimasak, rasanya mirip sayur daun Bayam”, pungkas Dwi.
#sobatCiremai, ternyata dibalik belaian beracunnya, Pulus memiliki kandungan zat yang berpotensi bisa dikembangkan menjadi produk “farmasi”.
So mari kenali, cintai, dan manfaatkan dengan bijak tumbuhan sekitar kita.
Ayo lakukan penelitian di gunung Ciremai.
[Teks & Foto © Tim Admin-BTNGC | 112019]